"Bapak udah makan? Mau dibeliin bubur nggak?"
Ucapku pada Bapak pas baru bangun dari tidurnya, nggak biasanya loh Bapak bangun udah hampir siang begini, biasanya sebelum shubuh udah bangun, mungkin gara-gara kecapekan kali ya, jadi kasihan.
"Boleh tapi jangan pake krupuk ya Ca, bapak kurang suka."
"oke pak, Bianca pergi dulu ya."
Aku memundurkan kursi lalu beranjak pergi namun ada tangan yang menggandengku tiba-tiba,
"Saya ikut ya Bi," Om Taeil udah ngelus belakang lehernya sambil menatap kearahku.
"iya ayok Om,"
Kita berdua jalan keluar tanpa adanya obrolan, jujur aku kurang nyaman kenapa Om satu ini sangat membosankan,
"Saya mbosenin ya orangnya?"
Eh, gimana Dia bisa tau pikiran aku? Apa dia punya telepati atau sejenisnya?
"eum... Nggak kok Om biasa aja hehe."
"sebenernya saya bingung mau bilang sama kamu gimana,"
Om Taeil ngelus belakang lehernya lagi, sebenernya Dia itu kenapa sih? Apakah dia punya panu dibelakang lehernya sampai dielusin daritadi?
"bilang aja Om aku ndengerin kok."
"justru kalo kamu denger saya makin bingung ngomongnya,"
Ceilah dasar orang tua, ngomong tinggal ngomong pake acara bingung segala, biasanya kalau marah-marah sama pelayan yang kurang sopan sama pelanggan aja langsung ceplas ceplos nah ini kenapa dia bingung segala.
"ngomong apaan Om?" aku udah greget aja liatnya.
"saya sebenernya s--"
"eh bentar Om aku mau pesen bubur dulu, Om mau nggak?"
Om Taeil hanya mengangguk lemah Dia kenapa deh? Aku langsung berjalan ke abang-abang bubur.
"Bang buburnya komplit 3 yang satu jangan pake krupuk ya,"
"siyap neng geulis~"
Aku duduk kembali disebelah Om Taeil yang sedang sibuk sama ponselnya, aku jadi nggak enak pasti Dia lagi sibuk karena ninggalin kerjaan disana.
"Om lagi sibuk ya?" aku menyenggol lengannya dan Dia langsung gelagapan mematikan ponselnya.
"nggak kok Bi, tadi cuma bales temen yang chat."
"oh iya tadi Om mau bilang apa?"
Sampai hampir lupa aku sama omongan Om Taeil yang aku potong tadi,
"lupain aja Bi, saya udah lupa".
Aku hanya mencebikkan bibirku, "udah penasaran juga, malah lupa dasar pikun."
Gumamku dan beruntungnya Om Taeil denger, mampos!"emang lumrah kan manusia lupa," Om Taeil menatap dengan tatapan tajamnya kearahku, duh jadi takut.
"iya tapi perasaan Om itu lupanya udah tingkat kronis,"
Pernah ya pas di Cafe Om Taeil datengin aku yang lagi sibuk sama pelanggan dan Dia main narik tangan aku gitu aja untung makanan yang aku bawa nggak jatoh terus dia bilang gini,
'Bi ntar makan siang sama saya ya,' ucapnya dengan tampang datar.
Aku sih iyain aja siapa sih yang nggak mau gratisan, aku udah siap nungguin Dia diruangannya eh malah dia nggak dateng-dateng sampai jam kerja udah mulai lagi, mau nggak mau aku kembali kerja terus ada yang bilang kalo tadi Om Taeil malah makan siang sama temennya, Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny | Moon Taeil ✔
Fanfiction[cerita kesatu] [SELESAI] Tentang cerita Taeil yang bisa menemukan takdir hidupnya pada gadis yang berselisih jauh dengan umurnya. "saya nggak menerima penolakan sayang~" ENJOY! Rank #3 on Moontaeil [190920] Rank # 1 on Taeilnct [011220] Rank # 3...