41.

296 38 3
                                    

Perempuan yang kurang lebih pingsan selama 5 jam lamanya itupun akhirnya sedikit-sedikit menggerakkan jarinya pelan. Bola matanya bergerak dan tak lama ia mulai membuka kedua matanya perlahan.

Nampak ruangan bernuansa putih dan bau obat-obatan langsung menyapa indranya. Ia melihat sekeliling dan banyak orang yang berdiri mengelilinginya.

"Bianca lo nggak pa-pa kan?" tanya teman perempuannya. Mari kita panggil dia dengan nama Dina.

Yang ditanya hanya mengangguk. Baru saja dia bangun dari pingsan yang lumayan panjang,  di kepalanya sudah teringat dengan suaminya. Dimana dia?

"Mas Taeil," ucapnya lirih. Mereka semua diam sampai ada salah satu diantaranya menjawab.

"Lu tenang dulu ya. Gue panggilin dokter bentar." lelaki tampan dan berperawakan tinggi kecil itupun pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Haechan... Mas Taeil mana?" Bianca udah mulai bisa berbicara secara normal nggak selemah tadi.

"ada kok. Dia lagi istirahat. Lo tenang aja disini."

Bianca yang sebenarnya masih lemas itupun terpaksa nurut. Dia nggak jadi nanya banyak-banyak. Tangan kanannya meraba ke sekitar dan dia ngerasa ada yang aneh.

"Haechan bayi gue mana?!!!"

-

"karena kondisi ibu Bianca yang tidak memungkinkan maka Saya mengambil langkah untuk mengeluarkan anak Ibu Bianca sekarang."

Bianca hanya diam. Ia bahagia sekaligus sedih. Bahagia saat mengetahui anaknya masih bisa diselamatkan dan bisa melihat dunia namun ia sedih saat suaminya belum terlihat ataupun mengunjungi keruangannya.

"selamat ya Ca. Gue sama Dina bakal ikut jagain anak lo sampai besar."
Bianca lagi-lagi senyum. Ia bersyukur karena memiliki teman sebaik mereka berdua.

"makasih banyak ya, gue nggak tau kalo semisal nggak ada kalian."

Hachan mengelus rambut Bianca yang sedikit lepek itu. Dan tangan yang satu ia gunakan untuk menggenggam tangan Dina.

Mella jadi pengen nyanyi "senangnya dalam hati kalo beristri duaa~"

"Ibu Bianca ayo diberi asi dedek bayinya," dokter perempuan itupun mulai menggendong bayi lelaki itu ke dekapan Bianca.

Dina yang peka terhadap situasi pun menarik Haechan untuk keluar ruangan. Iyalah masa kudu di dalam terus, menang banyak dong si Haechan.

"lah pada mau kemana? Kok keluar? Ini gue udah beliin bubur ayam buat sarapan,"

"Renjun ganteng. Bianca mau ngasih asi ke dedek bayi. Ayo keluar nggak sopan tau!" tumben bener Chan?

"lah gue disini ajalah." Renjun ngeliatin Bianca sambil senyum manis gitu.

Haechan langsung menutup mata Renjun dengan tangan kirinya soalnya tangan kanan buat gandeng tangannya Dina.

"istigfar Ren! Bukannya nambah pahala ini malah nambah dosa."

Dina akhirnya narik tangan Haechan, Haechan narik tangan Renjun. Dah lah tarik-tarikan mereka bertiga.

"Bianca didalem mas?" tanya Ibu-ibu paruh baya yang baru keluar dari lift dan langsung nyamperin Haechan dkk.

"eh tante," Haechan salim tangan Mamanya Taeil diikuti yang lain juga. "iya ada itu Bianca lagi ngasih asi buat dedek bayinya."

Mamanya Taeil pun ngangguk terus masuk ke ruangannya Bianca.

Haechan, Dina sama Renjun duduk didepan ruangan Bianca lalu mulai makan sarapan bubur ayamnya.

"makan yang banyak Din. Aku nggak mau kamu pingsan lagi." ucap Haechan yang kasihan liat Dina pingsan hampir 2 jam.

"habis ini pulang lah gue!!!" gerutu Renjun yang masih pagi udah tertampar keuwuan oleh mereka berdua.


Di lain tempat Mamanya Taeil masuk dengan raut wajah yang tenang walaupun kondisi hatinya sedang memburuk dan sedih.

"halo Sayang," sapanya lalu mengecup kening Bianca lumayan lama. Menyalurkan kasih sayangnya kepada menantu yang sudah ia anggap anak kandung sendiri.

Bianca yang lagi menyusui pun mendongak dan tersenyum tipis. Dia bersyukur walaupun orangtuanya sudah pergi namun ia masih memiliki mertua yang begitu baik sama seperti suaminya, Taeil.

"Mas Taeil Ma~" Ucap Bianca lirih yang keinget lagi sama suami manisnya itu.

Mama mengelus rambut Bianca pelan, "iya Mama tau. Kamu sabar ya. Taeil itu anak Mama yang kuat dia pasti akan baik-baik aja. Percaya sama mama ya?" Bianca mengangguk.

Mama pun menggendong dedek bayi pas dilihatnya udah tidur pulas, "kamu istirahat ya cucu nenek," ucapnya sambil mencium pipi cucunya itu pelan-pelan. Ia menidurkan dedek bayinya ke tempat asalnya dibantu suster juga.

"Ma Mas Taeil dimana? Tolong jawab Ma." mohon Bianca karena ia belum puas sama jawaban yang diberikan orang-orang.

"kamu udah baikkan? Ayo Mama anter ke suami kamu."

Sebenernya kepala Bianca masih pusing banget sama masih lemes. Padahal tadi Dia udah diperiksa sama dokter dan katanya udah baik-baik aja.

"aku udah kuat kok Ma," Bianca bilang kaya gitu biar cepet ketemu suaminya.

Mama ngangguk terus manggil seseorang buat bantu bawa Bianca.

"sebentar ya," pamitnya yang diangguki oleh Bianca. Mama keluar dan mendapati Renjun yang tengah meminum air mineralnya.

"loh Mas, temennya Bianca mana ya?"
Tanya Mama kebingungan.

"lah Saya temennya Bianca," jawab Renjun nggak kalah bingung.

"Saya nyari ituloh mas-mas yang tinggi trus kulitnya sedikit gelap gitu,"

Renjun ngangguk. "owh si Haechan lagi pulang ke rumah sama pacarnya. Ada yang bisa dibantu buk?" tanyanya yang mengikuti cara berbicara layaknya seorang spg. Kebanyakkan main sama Haechan ya gini nie.

"itu tolong gendong Bianca buat duduk di kursi roda. Bisa? Tante kalo masih bisa mah udah tante gendong hehhe," Renjun senyum. Ada gunanya juga dia disini.

Mereka pun masuk lagi ke ruangan. Renjun dengan hati-hati meletakkan tangan ke pundak dan kaki Bianca, "maaf ya." ucapnya lalu mulai mengendong Bianca ke kursi roda.

"makasih Jun," ucap Bianca. Mama akhirnya dorong kursi Bianca ke ruangan anaknya, Taeil.

Sesampainya diruangan nampak lelaki tampan tengah terbaring tenang dengan alat medis yang menempel ditubuhnya. Bianca senyum, suaminya itu definisi sempurna menurutnya walaupun sedang tidur ia tetap tampan dan manis secara bersamaan.

"pagi Mas Taeil," sapanya yang sudah berada di samping Taeil yang tengah terlelap. Mama dan Renjun hanya diam memberikan ruang agar Bianca bisa berbicara pada suaminya walaupun tanpa diberi balasan oleh Taeil.

"Mas Taeil pasti capek. Makanya lagi tidur gini. Ya kan Ma?"

Mama yang tengah menahan tangis mati-matian pun air matanya mulai turun juga.

"Taeil masih butuh istirahat dulu nak. Dia koma..."

Bianca menggelengkan kepalanya seraya berucap, "nggak! Nggak mungkin! Mas~"












Bersambung...

Hy-hy setelah mengalami cekcok antara batin dan raga akhirnya aku comeback buat lanjutan cerita bang Taeil.

Mohon dukungannya kawan kawan sekalian

Oke, ketemu lagi di part selanjutnya...

"see you." -Mella.

Salam
Authorsomplak😴

Destiny | Moon Taeil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang