Nikah?
Ini aku nggak salah denger kan? Om Taeil ngajak nikah? Siapa? Aku? Mimpi.
"Om nie bercanda mulu," aku bingung mau ngapain, mau makan tapi tinggal piringnya doang, mau minum juga tinggal sedotan doang. Apa Aku main HP aja ya?
"Saya serius." ucapnya dengan raut wajah yang emang serius.
Bodo amat aku ngescrool layar IG asal tapi telinga masih fokus buat dengerin omongannya Om Taeil sih.
Dia diem lalu jalan ke abang-abang buat bayar makanan, aku langsung liat hp lagi pas Om Taeil udah jalan kesini.
"ikut saya," Dia langsung narik tangan aku untung aja hpnya nggak jatoh.
"nggak usah cepet-cepet juga kali Om,"
Agak kesusahan aku tu jalan sama Om Taeil kaya gini, Bayangin aja tinggiku yang tidak seberapa sama Om Taeil. Aku aja cuma sedada dia mungkin, sebegitu ucul kah aku? Plak!
"Eh Om mau bawa aku kemana sih?"
Om Taeil menghempaskan tangan aku gitu aja sambil tersenyum sangar, aku jadi takut liat sisi lain dari Om dia nggak seperti Om Taeil yang pendiem kaya biasanya.
Dia udah berjalan mendekat kearahku dapat aku cium bau alkohol ditubuhnya, jangan bilang dari tadi dia mabok lagi?!!!
Aku memundurkan langkahku, huwe aku takut."Om k-kenapa?" tanyaku yang udah berkaca-kaca.
"temani saya tidur malam ini," ucapnya yang sudah berhasil memeluk tubuhku secara paksa.
"Om l-lepasin aku takut," aku udah nangis aja pas Om Taeil malah menyeringai kearahku.
"saya pengen tidur sama perempuan kecil kaya kamu Bi,"
Gendeng! Om udah nggak waras ya? Bisa-bisanya Dia pengen tidur sama aku. Dikira aku ini guling apa gimana? Enteng banget ajakannya. Kalau bukan Bos udah tak pites pala-nya.
"Maaf Om, a-aku nggak bisa,"
Kejadian ini membuatku teringat tentang kejadian setahun yang lalu saat aku diganggu preman dideket stasiun namun ini versi lebih menegangkan, udah malem terus yang buat aku takut Om Taeil lagi. Pengen kabur aja rasanya, tapi aku aja di sudutkan kaya gini mana bisa kabur coba.
"baiklah kalo kamu nolak, kita sekarang pulang kerumah, saya ingin mengenalkan kamu sama orang tua saya." ucapnya dengan tangan mengelus rambutku, merinding gila.
Gue udah lari aja pas Om Taeil melepas pelukannya, bisa gila juga dia kalo lagi mabok gini, namun belum juga nyebrang buat cari taxi tapi tangan dia udah narik badan aku kepelukannya lagi.
Aku gemas dengan situasi ini, oh iya aku kan bisa bela diri mumpung dia lagi nggak sadar bisa kali ya satu pukulan. Ekhem maaf Om sengaja.
Bugh...
Satu pukulan mendarat dipipi dekat bibirnya, dia langsung tersungkur kebawah, apa gue terlalu keras ya mukulnya? Tapi kan dia juga yang mulai duluan.
"Ck, ayo ikut saya!"
Om Taeil udah bangun setelah me-lap sudut bibirnya yang berdarah.
"t-tapi..."
Belum sempat aku merampungkan kalimatku dia dengan cepat memegang tengkukku lalu...
Cup...
"saya nggak menerima penolakan, sayang."
Ucapnya setelah mencium bibir suciku.Ibuk~ bibir Bianca udah nggak perawan lagi Huwe~
Bruk...
Aku berhenti menangis saat melihat Om Taeil jatuh tengkurep di tanah.
Aku berdecak kasar, "bagoos!! habis cium anak dibawah umur sekarang malah tidur ditanah." sindirku padanya ditempat aku berdiri.
Aku kira Dia cuma jatoh biasa nggak taunya malah beneran tidur, dengan amat terpaksa aku angkat cenderung ke nggeret badan dia terus aku senderin ke tembok.
"Bianca maafin saya," ucapnya dengan mata terpejam, apa dia ngigo ya?
Aku menepuk wajahnya yang terkena tanah untung nggak habis hujan coba kalo iya, apa muka dia masih bisa dibilang ganteng kaya gini?
"saya sudah cium kamu tadi,"
"nggak dimaafin enak aja!" ora sudi aku om.
"jujur Saya selama ini cemburu liat kamu deket sama cowok lain,"
Dih emang dia siapa aku? Kebanyakan mabok deh ini, pasti.
"apa saya salah kalo mulai suka sama kamu?"
Eh gimana-gimana aku nggak ngeh tadi, Dia beneran suka sama aku?
"dulu kamu itu jelek, item, gendut nakal lagi,"
Jelek-jelekin aja teros, masih gue liatin belum gue jotos lagi,tenank.
"tapi kok saya suka ya sama kamu?"
Au ah, ini aku harus marah atau seneng weh...
"apalagi liat kamu yang sekarang, udah lebih dewasa sama tambah.... cantik."
Lambemu penuh dengan kebohongan ferguso~
"saya jadi pengen nikahin kamu secepatnya."
Aku diem aja dengan pandangan menatap langit yang beruntungnya aku bisa liat bulan yang indah dengan dikelilingi ribuan bintang membuatnya semakin cantik saja.
Jadi ini alasan kedua orang tuaku memberiku nama Bianca, emang bener sih Bulan itu indah tapi perasaan kok aku nggak ada indahnya ya? Jelek-jelek aja tuh dari dulu.
"Bianca yang artinya bulan sama kaya nama saya,"
Aku menoleh kearah Om Taeil yang lagi liatin bulan bintang sama kaya aku, kapan Dia bangun coba?
Dia berdiri lalu mengulurkan tangannya didepanku, "ayo saya antar pulang."
Dia udah baikan? Apa dia masih mabok? Tapi aku liat dari wajahnya kok udah seger aja nggak kaya tadi kusut.
"nggak usah takut sebenernya daritadi saya nggak mabok kok cuma kehilangan kendali aja."
Bersambung...
Agak canggung ya nulis part ini wkwk
Jujur udah lama gue tunggu part ini. Nggak tau kenapa aku ngetik sambil senyum-senyum sendiri wkwk
Oh iya... Gays berhubung Author double update jadi.............
Author mau hiatus dulu ya,
Mau fokus di real life yg makin sibuk sama badan aku akhir-akhir ini lagi kurang fit sama Pengen merenung dulu gays lagi banyak pikiran huhu...Jangan lupa vote, coment, saran, kritiknya ya~
Satu kata buat foto diatas dong hehhe...
See you•
Salam
Author somplak😴
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny | Moon Taeil ✔
Fanfiction[cerita kesatu] [SELESAI] Tentang cerita Taeil yang bisa menemukan takdir hidupnya pada gadis yang berselisih jauh dengan umurnya. "saya nggak menerima penolakan sayang~" ENJOY! Rank #3 on Moontaeil [190920] Rank # 1 on Taeilnct [011220] Rank # 3...