Hey yo gays!
Aku apdete. Jangan lupa apa?
"Vote dan spam komen"
Okey?Happy reading 💚💚💚
"buka pintunya bangsat!"
Yuta langsung membuka pintu mobilnya sedangkan Bianca udah nunduk aja didalem karena kaget denger bentakan Taeil yang bikin dia takut seketika.
Taeil ngebuka pintu mobil dan narik Bianca kasar yang bikin siempu kesakitan kan kaki dia lagi sakit.
Yuta mah diem aja karena dia ngerasa bersalah. Dia turun buat ngambil belanjaan Bianca dibagasi.
"jangan narik Bianca kaya gitu kakinya lagi keseleo lebih baik lo gendong dia. Gue mau masukin belanjaan ke dalem." -Yuta.
Taeil yang denger omongan Yuta pun reflek liat kaki Bianca dan bener aja kaki istrinya lagi bengkak sama kebiru-biruan.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Taeil langsung gendong Bianca kaya gendong bayi. Dia nggak peduliin tangisan Bianca dan langsung jalan menuju apartnya.
Bianca ngelingkerin kakinya dipinggang Taeil dengan tangan yang meluk leher Taeil erat walaupun dianya masih nangis.
Yuta yang lihat kalo Taeil marah mah biasa aja karena emang dia udah pernah beberapa kali liat tapi emang nggak separah ini marahnya. Jangan lupa loh ya kalo mereka itu temenan udah lama.
"udah sampai. Pulang gih." usir Taeil pada Yuta dan untungnya si Yuta nurut.
"Bianca gue balik dulu ya. Makasih tadi udah dikasih susu lo hehhe gue suka."
Yuta langsung kabur habis ngomong kaya gitu. Taeil yang niatnya mau nggak ngebesar-besarin masalah malah jadi jengkel.
Dia bawa Bianca masuk kedalam Apart. Bianca yang masih digendongan Taeil cuma diem nunduk nggak berani liat muka Taeil yang sekarang lagi nyeremin banget.
Taeil bawa Bianca kekamar lebih tepatnya ke kasur dan langsung ngehempas badan Bianca gitu aja. Untung jatohnya dikasur kalo dilantai bisa remuk kali ah.
"Mas hiks jangan bikin aku takut," rengek Bianca pas Taeil udah mulai ndeket ke dia.
"mana kakinya yang sakit?" tanya Taeil pake nada datar gitu padahal aslinya mah dia khawatir banget.
Bianca cuma diem yang bikin Taeil dengan paksa narik kaki Bianca yang bikin siempu meringis kesakitan soalnya Taeil narik pas banget dibagian yang keseleo.
"Sakit mas,"
Taeil diem dan beranjak buat cari minyak, " saya urut ya biar besok nggak bengkak," ucapnya yang mulai lembut kaya Taeil biasanya ngomong sama Bianca.
Bianca gigit bibir bawahnya pas tangan Taeil udah ngurut kaki dia. Taeil yang liat Bianca kesakitan ikutan meringis seakan dia juga ikut ngerasain apa yang dirasain Bianca.
"Sakit banget ya?"tanya Taeil nggak tega. Bianca cuma ngangguk sambil nangis walaupun tanpa suara tapi air matanya deres banget. Sesakit itu memang.
Taeil dengan cepat dan penuh kehati-hatian mijit kaki Bianca dirasa udah cukup dia langsung ngelus kaki Bianca. "udah kok saya jamin besok udah sembuh."
Taeil yang niatnya mau naruh minyak ke laci malah tangan dia ditarik sama Bianca.
"Mas marah?"
Taeil ngehela nafas berat ia akhirnya duduk disamping Bianca dan tanpa aba-aba dia langsung meluk Bianca erat dan Bianca ngerasain kalo leher dia basah.
"Mas kok nangis? Maafin aku Mas. Aku nggak sengaja ketemu sama Kak Yuta tadi. Aku nggak diapa-apain sama dia."
"dan pas dimobil itu cuma kecelakaan aja Kak Yuta nggak sengaja,"
"saya nggak marah sama kalian berdua hanya kesel aja. Coba aja Saya yang anterin kamu ke supermarket pasti kejadian kaya gini nggak bakal ada,"
Bianca dorong badan Taeil pelan buat liat kondisi Taeil yang sekarang pipinya udah basah sama hidungnya yang udah merah.
"ihh kok lucu sih mukanya," Bianca udah ngunyel-ngunyel pipi Taeil gemas.
"jangan digituin wajah saya nanti makin jelek!"
"siapa yang bilang kalo Mas jelek? Mana orangnya? Mas ganteng kok lucu lagi."
Taeil yang denger pun akhirnya senyum.
"nah gitu dong kan kalo senyum jadi manis hehhe,"
Bukannya Taeil ikutan ketawa kaya Bianca dia malah masang wajah dinginnya lagi.
"kamu tau udah berapa jam kamu pergi ke supermarket?" Bianca yang semula ngira kalo Taeil udah nggak marah lagi pun akhirnya cuma bisa nunduk pas denger Taeil ngomong kaya gitu, "dari jam 10 sampai jam 5 sore hanya buat ke supermarket, kalian nggak ketempat lainkan?"
"nggak Mas aku tadi susah jalan terus Kak Yuta bantuin aku," terang Bianca lirih.
"terus maksudnya Yuta ngomong susu kamu enak apa?"
Bianca langsung dongak dengan mata melotot. "ahh... Yuta sialan! Nggak gitu aku cuma kasih dia susu kotak punya aku yang beli di supermarket."
"kamu nggak bohong kan?"
"ya nggak lah. Udah gila kali aku. Baru kenalan masa kaya gitu,"
"tapi bisa aja kan Yuta ganteng kamu pasti nggak bakalan nolak."
Cup!
Bianca yang udah habis kesabarannya pun dengan cepat cium bibir Taeil biar dia berhenti ngomong. Bibir mereka cuma saling nempel nggak lebih soalnya Bianca yang mulai kalo Taeil mah jangan ditanya hehhe kalian pasti tau akhirnya kaya gimana.
"masih nggak percaya sama aku hmmm?" tanya Bianca tapi Taeil malah fokus ke yang lain.
"bibir kamu kok rasa strawberry sih?"
Ucap Taeil sambil mulutnya ngecap beberapa kali, "iya ih rasa strawberry.""ya kan aku habis minum susu rasa itu,"
"saya mau dong," Taeil udah goyang-goyangin tangannya Bianca.
"udah abis yang rasa strawberry rasa pisang aja ya," bujuk Bianca yang hendak turun dari kasur mau ngambil susu kotak.
"enggak usah kebawah Bi kan disini udah ada susunya," Taeil udah senyum-senyum gaje.
"mana? Nggak ada."
"punya kamu kan ada Bi."
"HAH?!"
"hah?"
"maksudnya apaan ya?"
"apa ya?" Taeil malah narik Bianca buat tiduran disampingnya.
"apaan Mas aku nggak paham,"
Taeil malah ngusak rambut Bianca sambil ketawa ganteng.
"nggak usah dibahas. Cuma orang dewasa yang tau maksud omongan Saya tadi,"
"tapi kalo kamu penasaran Saya bisa saja bikin kamu jadi berpikiran dewasa kaya saya? Kamu mau?"
.
.
.
Udahlah capek huhhu...
Salam
Authorsomplak😴
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny | Moon Taeil ✔
Fiksi Penggemar[cerita kesatu] [SELESAI] Tentang cerita Taeil yang bisa menemukan takdir hidupnya pada gadis yang berselisih jauh dengan umurnya. "saya nggak menerima penolakan sayang~" ENJOY! Rank #3 on Moontaeil [190920] Rank # 1 on Taeilnct [011220] Rank # 3...