"ish... Om kenapa nggak bangun-bangun sih?"
Perempuan yang ternyata memiliki nama Bianca itupun nampak menatap Taeil jengkel namun tak lama ia menghela nafas dan memilih menyimpan surat di atas nakas. Melangkahkan kakinya menuju kamar mandi karena merasa badannya lengket dan berniat untuk membersihkan diri.
Tak memakan waktu lama hanya 10 menit dia sudah merampungkan acara ritual mandinya. Membalut tubuhnya dengan handuk dan berjalan cepat menuju kamar guna berganti pakaian rumahan kebanyakan.
Belum sempat Bianca memilah dan memilih baju yang ia kenakan, dia malah di kejutkan dengan suara Taeil dari arah belakangnya.
"Engh~"
Bukannya memilih baju dengan cepat Bianca malah membalikkan badannya dan melihat Taeil yang sudah sadar dan sekarang siempu tengah berusaha untuk beranjak dari tidurnya.
"eh... Om udah bangun? Gimana masih sakit?" Bianca mendekat kearah Taeil dengan sedikit membungkukkan badannya.
Kedua mata Taeil yang sebelumnya masih sayup-sayup seketika langsung melotot kearah Bianca,
"ASTAGHFIRULLAH, kamu siapa kok dikamar ini?" Taeil melihat Bianca dari atas sampai bawah lalu menundukkan kepalanya kikuk, "kamu kenapa hanya memakai handuk?" tanyanya begitu lirih.
Bianca tertegun, kepalanya menunduk dan melihat tubuhnya yang hanya terbungkus handuk dan karena ia dalam posisi jongkok membuat kedua pahanya terlalu terekspos. Ia benar-benar malu...
"eum maaf Om aku pergi ganti baju dulu ya, Om disini aja jangan kemana-mana."
Dengan perasaan malu Bianca bangkit lalu mengambil pakaiannya asal dengan tergesa-gesa dan karena kecerobohannya sendiri kepalanya malah terbentur ke pintu dan menghasilkan dentuman lumayan keras.
Dugh!
"hati-hati." ucap Taeil saat melihat Bianca jatuh terduduk dengan baju yang dengan epik menimpa atas kepalanya.
Tidak mengindahkan omongan Taeil, Bianca membawa baju dan segera berjalan cepat menuju kamar mandi dengan perasaan bergemuruh.
"kenapa gue lupa kalo dikamar ada Om tadi, hobi banget bikin malu diri sendiri." rutuknya dengan tangan yang sibuk mengenakan pakaiannya namun jangan lupa mulutnya yang selalu menyumpah serampahi diri sendiri karena kecerobohannya.
Setelah berganti pakaian dengan celana traning dan kaos lengan pendek hitam Bianca memilih masuk kembali ke dalam kamar yang tengah di tempati oleh Taeil.
Mendapati Taeil yang tengah berbaring dengan kaki yang belum diberi perawatan serius membuat Bianca meringis dan menatap Taeil dengan pandangan kasihan.
"Om kita kerumah sakit ya," ajak Bianca berbicara dengan hati-hati agar Taeil tidak tersinggung.
Taeil menatap Bianca dan menghela nafas lega saat gadis ini sudah memakai baju yang sopan didepannya.
"kamu sebenarnya siapa? Terus saya kenapa bisa disini?" pertanyaan yang sedaritadi ia simpan akhirnya keluar juga. Penasaran dia tuh.
"eum kenalin Om, aku Bianca yang nyelamatin Om pas jatuh kejurang
kemarin,"tangan Taeil terlihat memegang kepalanya saat ia merasa pusing, "terus Bapak aku yang bawa Om kesini.""terima kasih banyak ya." Taeil tersenyum tulus kearah Bianca yang membuat oknum yang diberi senyuman membeku karena melihat wajah Om didepannya yang kini sangat menggemaskan.
"oke Om---" Bianca bingung memanggil sebutan apa yang pantas untuk Taeil, "panggil Saya Om Taeil aja bi." ucap Taeil yang paham tentang kebingungan Bianca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny | Moon Taeil ✔
Fanfic[cerita kesatu] [SELESAI] Tentang cerita Taeil yang bisa menemukan takdir hidupnya pada gadis yang berselisih jauh dengan umurnya. "saya nggak menerima penolakan sayang~" ENJOY! Rank #3 on Moontaeil [190920] Rank # 1 on Taeilnct [011220] Rank # 3...