1-Point of view

1.6K 113 62
                                    

Sesuatu yang nggak kamu sadari bisa sangat menggemaskan bagi orang lain. Semua bergantung pada sudut pandang dan cara orang itu menatapmu.

———

Now playing | Going Crazy-Treasure

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Now playing | Going Crazy-Treasure

****

Pelajaran lintas peminatan sosiologi membuat anak IPA yang basic-nya hitungan mendadak layu karena dengar ocehan nggak masuk akal dari Pak Herman.

Dari tadi, yang dibahas terus aja muter-muter di sub pembahasan unfaedah yang membuat beberapa orang sudah sibuk sendiri di belakang, membahas rumus kimia karena setelah ini ada ulangan tentang bilangan oksidasi.

Parahnya, Pak Hermah sama sekali nggak menyadarinya, masih sibuk menjelaskan meski sudah diulangi entah berapa kali, membuat satu kelas bosan. Pak Herman benar-benar bikin satu kelas heran.

Shadam, yang jadi salah satu murid teladan dan merupakan pemegang juara paralel satu di Taruna Negara kebetulan juga duduk tepat di depan Pak Herman terpaksa mendengarkan sambil menyoret-nyoret lembar belakang buku, berusaha mengingat beberapa rumus kimia yang akan diujikan nanti.

Peringkat dua di kelas, Depika yang punya body paling oke, malah jadi sasaran Pak Herman untuk menjelaskan. Meski dengan perasaan tak suka, tapi cewek itu tetap berusaha menjelaskan apa yang diketahuinya dari buku paket.

Aksara Mahesa Adhari, atau yang
biasa disapa Esa itu, malah membuang muka memandang keluar jendela. Untungnya, tempat duduk Esa di bagian depan paling ujung, dekat jendela. Jadi pemuda tinggi yang terkadang menghalangi teman yang lain di belakangnya itu aman, mengabaikan pelajaran sosiologi tanpa ketahuan. Toh, Pak Herman jarang fokus ke murid laki-laki, kebanyakan yang diperhatikan murid perempuan yang cantik-cantik.

Segerombolan murid-murid dari lantai atas yang turun lalu melewati kelasnya, menarik perhatian Esa. Itu karena mereka terus membuat keributan bahkan sampai Pak Wido turun tangan menyuruh diam.

Murid kelas 10 itu kelihatan semakin menjadi membuat Pak Wido naik darah. Esa tertawa samar, sedikit tak suka. Selama sekolah, belum pernah sekalipun dia berurusan dengan guru seperti itu, dalam artian membuat sang guru kesal sampai-sampai pergi dengan menahan amarah.

Adik-adik kelasnya ini terlalu berani, begitu sih yang ada dalam fikiran Esa. Pasalnya, dia ini salah satu murid teladan yang tidak pernah keluar dari tiga besar di kelas dan selalu masuk nominasi juara paralel, ya meski cuma nominasi, tapi tetap saja itu membuat bangga. Catatan sikapnya bahkan A, hampir sempurna yang menunjukkan kalau pemuda tinggi dengan tahi lalat di dagu kanan itu tidak pernah masuk ruang BK atau melakukan kenakalan serius. Kalau telat sekolah, dia beberapa kali pernah sih, tapi tidak ketahuan guru piket.

Tatapan dinginnya tak sengaja melihat seseorang yang sangat menonjol di antara yang lainnya, karena gadis itu cukup tinggi, dengan rambut yang digerai sempurna, juga poni rata yang malah kelihatan imut.

MAHESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang