11-Jangan Dijahatin

528 62 28
                                    

Kalau lo ada di antara dua orang yang jatuh cinta, lo yang jahat. Egois, karena memaksakan perasaan.

———

Now Playing| On Track—Stray Kids

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Now Playing| On Track—Stray Kids

———

Namanya anak cowok, pasti suka banget nongkrong, kumpul-kumpul di warkop atau kafe cuma sekedar ngobrol atau genjrang genjring gitar. Biasanya juga kalau di kafe, beli minum dengan harga paling murah, terus makannya patungan, tapi duduk sampe tengah malam, manfaatin wifi yang super kencang. Apalagi jaman sekarang, kebanyakan cowok candu banget sama game online, pasti jadi sering kumpul buat mabar. Padahal bisa aja main bareng dari rumah masing-masing, tapi tetap aja rasanya beda.

Kalau kata Juno, 'nggak enak ngumpat online'.

Maka dari itu, dari habis isya, Juno, Malvin, Esa, Abun dan Dopi sudah janjian mau ke kafe di dekat perumahan Regency A. Katanya, kafe itu cozy banget, makanan dan minumannya juga murah, sesuai kantong pelajar, wifinya juga lumayan, jadi kalau mabar nggak akan jetlag.

Malvin jadi yang pertama datang, pemuda itu duduk di meja agak di pojok, setelah sebelumnya memesan Ice Americano. Esa dan Dopi datang bersamaan, entah memang janjian atau baru bertemu di parkiran, Malvin tidak tahu.

"Udah pesan minum? Emangnya rumah lo lewat sahara, sampe tenggorokan mudah banget seret," celetuk Dopi yang baru saja duduk di kursi sebelah Malvin.

Malvin cuma mencibir, malas meladeni Dopi yang makin hari makin cerewet, ketularan Juno.

Esa ikut duduk, terkekeh pelan, "santuy kali Dop, kesannya lo kayak netizen, julid banget," katanya menimpali.

"Au tuh, ketularan Juno apa Sonya, sih?" Malvin kepancing meladeni Dopi karena Esa. "Eh Dop, jaket couple lo mana?" tanyanya kemudian.

"Ada di rumah. Kata Muti nggak usah sering dipake, ntar lusuh," jawabnya jujur.

"Makin nempel aja, heran gue. Emangnya lo nggak ada perasaan apa-apa gitu sama Tiara?" heran Malvin. Cowok itu memperhatikan Dopi yang sibuk nonton mukbang, sembari menyeruput minumannya.

Dopi berdecak sebal, "naksir Muti gitu? Nggak, nggak, nggak. Temenan udah lama, gue malah mikirnya dia adek gue," katanya.

"Lo anak tunggal, Gublu," sergah Malvin.

"Iya makanya, kan gue anak tunggal, nggak punya saudara. Pas ketemu Muti tuh, gue ngerasa kayak dia adek gue," balas Dopi mulai ngegas. "Tiara itu ... selalu perlu dilindungin, dia butuh temen. Anaknya kelewat baik, nggak bisa dijahatin," lanjutnya.

Esa mengernyit, dia jadi merasa penasaran, memangnya sudah sedekat apa sampai Dopi sangat mengenal Tiara. Dopi dan Abun memang dulu sekelas, juga sering sama-sama, tapi Esa tidak tahu kalau ketiganya ternyata dekat dari lama. "Lo temenan dari lama?" tanya Esa jadi penasaran.

MAHESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang