8-Alasan Asal-asalan

596 69 13
                                    

"Jangan sakit. Kalau kamu sakit, banyak yang khawatir." —Aksara Mahesa Adhari.

———

Now Playing | U Got It—X1/ Produce X 101

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Now Playing | U Got It—X1/ Produce X 101

———

Di luar sedang panas terik, siapa pun rasanya akan berpikir ribuan kali untuk berjemur di lapangan. Tapi, anak paskibraka malah berkebalikan, dengan semangat yang kelihatan membara, dengan keteguhan tekad terus berlatih agar lulus seleksi paskibraka nasional.

Esa jadi merasa kasihan. Pasti mereka semua kelelahan. Begitu besarnya rasa cinta tanah air, sampai mereka rela berjemur di tengah panas terik matahari untuk menyukseskan pengibaran bendera.

Ini patut diacungi jempol.

Salah satu dari barisan anak paskibraka itu, ada April yang terlihat serius tapi beberapa kali gadis itu melakukan kesalahan, seperti tidak fokus. Wajahnya juga kelihatan agak pucat, seperti menahan sakit sampai salah gerakan.

Esa mengangkat alis, merasa ada yang tidak beres dengan gadis itu. Apalagi teman-temannya tidak sempat memperhatikan, karena mereka harus fokus agar tidak ada pergerakan lain yang menyebabkan kesalahan. Para pelatih pun kelihatan tidak melirik April, mungkin karena gadis itu berusaha tetap terlihat kuat, padahal dari pinggir lapangan pun Esa bisa melihat pucatnya April.

Jadi, Esa harus bagaimana?

Apa iya dia harus bersikap seperti super hero yang tiba-tiba datang ke sana untuk membantu April?

Di zaman sekarang, bukannya itu kelihatan norak, ya?

Esa menggelengkan kepala, bukan norak atau tidaknya, tapi yang paling utama adalah bagaimana cara menolong April, agar gadis itu tidak pingsan di tengah lapangan.

Esa merutuk dalam hati, dalam situasi urgent begini, otak pintarnya malah tidak bisa digunakan. Mungkin karena Esa benar-benar panik sampai tidak bisa berpikir jernih saat ini.

Melihat seseorang yang akan berjalan menuju ke arahnya membuat Esa jadi terpikir untuk meminta bantuan. Pemuda itu melambaikan tangan, memberi isyarat agar Tiara menghampirinya.

"Wassup, Bro?" tanyanya heboh.

Esa spontan membekap mulut Tiara yang datang-datang berseru heboh, bahkan bisa saja menggemparkan seisi lapangan.

Gadis di sampingnya itu menggerutu tak keruan, menyingkirkan paksa telapak tangan besar milik Esa dari mulutnya. "Nggak napas tau, lo mah nggak ngira-ngira," geram Tiara.

"Ck, jangan berisik deh, Ra. Ini nanti satu lapangan denger, heboh banget," kata Esa berdecak sebal.

Tiara membenarkan penampilannya, lalu berdehem pelan, "memangnya kenapa?" tanyanya penasaran.

MAHESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang