6-The Reason Why

577 72 12
                                    

Selalu ada alasan dibalik rahasia yang disembunyikan seseorang. Bukannya sepele, terkadang rahasia kecil itu bisa memborbardir dunia jika diketahui banyak orang.

———

Now Playing | Boyness—Produce X 101

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Now Playing | Boyness—Produce X 101

———






"Sebenernya ... dia itu tunangan gue."

Kaget. Tentu. Rasanya mata Esa benar-benar bisa lepas dari tempatnya saking lebarnya dia melotot. Ini sesuatu yang nggak terduga.

"Serius? Lo nggak pernah cerita," ujar Esa masih mode tidak percaya. Sesekali dia menghela nafas karena belum sepenuhnya percaya, juga agak kecewa.

Malvin mengangguk, "serius, tapi lo udah janji jangan bocor ya," katanya memperingatkan.

Esa mengangguk-anggukkan kepala, masih tidak percaya apa yang didengarnya. Jantungnya memulai beat yang keras, membuat hatinya terasa agak sakit seperti terhantam batu tiba-tiba.

"Wahhh ...." seru Esa kecewa. Dia mengesah pelan, menyenderkan punggungnya ke kursi mulai meratapi nasib. Hidup memang tidak seterduga ini. "Unbelievable," gumamnya.

"Sebenernya ...."










"Anjir lo mau aja dikibulin," ujar Malvin yang sudah tergelak di kursinya, menepuk-nepuk meja saking kencangnya dia tertawa. Bahkan cowok itu hampir mengeluarkan air mata saking banyaknya tertawa.

Esa kaget entah untuk yang keberapa kali.  Mendadak blank. Pikirannya kosong. Masih dalam mode tidak paham apa-apa karena kelakuan aneh Malvin.

Sebenernya ini kenapa?

"Muka lo, Njing," tawa Malvin makin menjadi, membuat Esa sadar dan langsung menguasai diri. "Lo kira ini cerita teenlit? Masih SMA udah punya tunangan?" tanya Malvin yang geli sendiri.

Rasanya, Esa sudah mau mengumpat, tapi impuls otaknya masih belum sampai untuk merespon. Jadi Esa diam, memandangi Malvin dengan kesal sekaligus senang. "Lo ngibulin gue? Lo nggak tunangan, kan?" tanyanya seperti orang bodoh.

Malvin mengangguk masih sambil tertawa geli.

"Ahh, udah gue duga. Rasanya nggak realistis banget," kata Esa yang masih agak shock, pandangan kosongnya jadi menerawang ke arah pagar rumah Malvin.

Malvin berusaha menghentikan tawa, melihat Esa yang menatapnya lugu seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa. "Sebenernya, dia adek gue," kata Malvin kemudian.

Esa menoleh, menatap Malvin mencari kebenaran di matanya, karena trauma dikelabui. Kenapa juga Esa jadi polos-polos banget sampai nggak paham kalau lagi dibohongi.

MAHESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang