34-Kotak Bekal

577 49 125
                                    

"Cewek nggak bakal bisa marah lama-lama sama orang yang dia suka." —Malvin Adhyaksa.

———

No, stop it, that’s enoughIf you continue, I won’t be able to snap out of itNo, stop it, put the flowers away

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

No, stop it, that’s enough
If you continue, I won’t be able to snap out of it
No, stop it, put the flowers away

Just let the breeze blow

Why do people like the spring so much?
Why do they all go outside?
Why does the spring breeze make their hearts flutter?

Not even knowing my heart, it blows even more

Flower sunshine
If only I can walk with you on a perfect day
I’m too scared to tell you I like you so I’m just circling around you

I don’t need any cherry blossoms, I just wanna be next to you, right next to you
Until spring passes, I want all other people to disappear
So only I can see you

Why do people like the spring so much?
Why do they all go outside?
Why does the spring breeze make their hearts flutter?
Not even knowing my heart, it blows even more

Now Playing| BomBol4

———





"Lo serius?" tanya Dopi pada Abun.

Pemuda yang mempunyai mata bulat bernama Abun itu mengangguk yakin, "serius, Dop. Kemaren waktu gue ke rumahnya, matanya sembab, masih nangis," jawabnya serius.

Dopi mengusap wajahnya kasar, "diapain Esa, sih?" tanyanya tak habis pikir.

Abun mengangkat bahu, pertanda tak tahu menahu, "gue nggak yakin, tapi Tiara bilang, dia harus berhenti suka ke Esa. Menurut gue, pasti Esa sama Tiara sempat bicara hal ini sebelumnya," jawabnya pelan.

"Pusing gue lama-lama," keluh Dopi sambil menghela nafas pelan, "jangan rusuhin Esa dulu, besok dia ada lomba NSDC, kita harus support dia," sarannya yang dibalas anggukan oleh Abun.

"Dopi! Gue punya kabar baik nih!" seru Jia sambil berlari ke kelas 11 IPA 2, kelasnya Andovi Putra Sanjaya.

Gadis dengan rambut pendek sebahu itu berseru kegirangan, berlari menghampiri Dopi yang sedang berbicara serius dengan Abun di salah satu meja.

Dopi hanya mengangkat alis, sedang tidak berminat meresponnya dengan kehebohan yang sama karena berita yang dibawa Abun tadi.

"Elah, Dop, tumbenan kalem begini. Sakit ya lo?" Jia meletakkan punggung tangannya ke kening Dopi, seperti mengecek suhu tubuh pemuda itu.

MAHESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang