Bab 1 Pengganggu

6.7K 506 4
                                    

Nanda yang memakai piyama dan juga sandal tidurnya itu masuk dengan langkah kaki yang dia buat sepelan mungkin untuk masuk ke kamar kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nanda yang memakai piyama dan juga sandal tidurnya itu masuk dengan langkah kaki yang dia buat sepelan mungkin untuk masuk ke kamar kakaknya. Astaga, Arka memang terlalu cinta pada kasur.

Sudah pukul 10 pagi dan dia masih bersembunyi dibawah selimut. Iya, Nanda tau kakaknya sedang kelelahan karena libur tapi dia tidak akan bisa sarapan kalau kakaknya tidak bangun. Ayah Bunda mereka sudah meminta Nanda untuk membangunkan Arka dan ini adalah tugas yang sangat Nanda benci.

"Bang Aka. Abang! Woy!"

Arka tidak bergerak. Nanda mengambil oksigen lebih banyak saking kesalnya. Dia kemudian mengambil bantal yang ada dibawah Arka dengan paksa lalu memukul abangnya dengan bantal itu.

Puluhan pukulan itu berhasil membuat Arka terbangun. Nanda tidak tau kelopak mata itu terbuka atau tidak karena mata kakaknya terlalu sipit.

"Bangun, Bang! Aku tidak bisa sarapan kalau Bang Aka tidak bangun-bangun!" pengganggu ini membuat Arka malas untuk mengangkat badannya.

"Iya, tunggu di meja makan" suara serak itu menbuat Nanda berhenti untuk menyadarkan kakaknya yang masih terkantuk-kantuk.

Arka melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menata rambutnya. Berbeda dengan Nanda yang masih diam ditempat dan menatap seluruh isi kamar kakaknya. Semuanya masih sama, kamar kakaknya sangat rapi dan juga minimalis sedangkan kamarnya terlihat sangat penuh dengan beberapa barang.

"Kenapa?" suara dingin dan datar itu menghancurkan lamunan Nanda dalam sekejap.

"Ngga, cuma lihat kamar Bang Aka aja" kata Nanda dengan santainya. "Bang, hari ini Abang ada acara ngga?" tanya Nanda selanjutnya.

"Kenapa?"

"Aku mau pergi"

"Terus kalau kamu yang pergi Bang Aka kenapa?"

"Ya, nanti kalau Bang Aka tidur lagi ngga ada yang bangunin. Ayah sama Bunda mau pergi juga. Ada undangan bisnis atau apa itu aku ngga paham" jelas Nanda panjang lebar tapi Arka hanya mengangguk kecil untuk membalasnya.

Nanda mengira setelah mengangguk itu, Arka akan memberikan jawaban tapi kakaknya justru melangkah pergi menuju meja makan dan meninggalkannya.

"Bang Aka gimana sih? Aku kan tadi masih nanya sama Abang?!"

"Oh, ya Abang di rumah aja"

Nanda menekuk alisnya dengan kesal. Kalau tau reaksi Arka akan seperti sekarang dia tidak akan bertanya lagi.

"Akhirnya Abang bangun juga" sindir Ayah yang langsung mengundang tawa dari Nanda.

Memang sejak dulu seperti ini, tidak akan ada yang memulai makan jika seluruh anggota keluarga belum berada dimeja makan kecuali jika ada kesibukan. Sebisa mungkin, kebersamaan dalam keluarga masih terjalin walaupun mereka sudah menjalani kesibukan masing-masing.

Arka dengan pekerjaannya sebagai dokter.

Nanda dengan kuliahnya.

Bunda dan Ayah dengan bisnis mereka.

Keluarga sibuk yang tetap membumi tanpa mengedepankan kesombongan. Satu hal yang harus diingat adalah...mereka bukan keluarga yang utuh pada awalnya.

Ayah yang sekarang bukanlah Ayah kandung Nanda dan Arka. Ayah yang sekarang dulunya adalah bos atau atasan Bunda yang saat itu bekerja sebagai marketing di perusahaan properti miliknya. Lalu seiring berjalannya waktu mereka menjadi keluarga sampai sekarang.

Karena itu Nanda jadi tidak terbiasa dengan kehadiran ayahnya. Dia masih memiliki trauma akan sosok ayah.

Arka dan Nanda dulunya memiliki seorang ayah yang sangat jahat dan merupakan pecandu narkoba yang berat. Hobi memukul dan menyiksa mereka. Beberapa bekas luka masih ada dikulit Nanda jika ia mau melihatnya.

Nanda dan Ayah mereka yang sekarang tidak terlalu akrab. Berbeda dengan Arka yang sudah mengenal Ayah mereka dan kini mereka terlihat seperti sahabat yang saling mengobrol dimeja makan.

"Ayah itu orang baik, Nan. Ayah tidak akan menyakitimu" kata Bunda yang sedari tadi memperhatikan Nanda. Putra bungsunya itu terus saja melihat Arka dan Ayah sambil mengunyah pelan makanannya.

Aku tidak percaya lagi dengan sosok ayah!

"Aku sudah selesai" lalu Nanda pergi ke kamarnya.

Semua orang terdiam melihat tingkah Nanda yang kekanakan tapi juga semua orang memaklumi trauma yang dialami Nanda. Saat penyiksaan itu terjadi, Arka sudah berusia 10 tahun sehingga dia sudah mampu membaca keadaan. Apalagi Arka memang sosok yang dewasa dan juga selalu positif sehingga dia tidak memiliki trauma dan kebencian pada sosok ayah seperti Nanda.

"Maaf, Yah" lirih Bunda yang terlihat menyesal atas perlakuan Nanda.

"Tidak, tidak. Mungkin aku yang kurang berusaha untuk dekat dengan Nanda" kata Ayah sambil menepuk punggung tangan Bunda.

Mungkin, untuk selanjutnya Arka bisa membantu sedikit. Dia juga tidak mau Nanda terjebak dalam traumanya terus menerus. Nanda harus melihat kalau Ayah mereka yang sekarang sangat menyayanginya dan berusaha untuk membahagiakan ibunya. Arka harap Nanda suatu saat nanti bisa melihat itu semua. []

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang