Arka dengan kemarahan yang masih mendominasi, dengan pakaian berkabung setelah pemakaman kedua orang tuanya, dengan jejak air mata diwajahnya serta hati yang kacau karena hal yang menimpa Nanda. Semuanya menyatu menjadi Arka yang terbakar ditengah kobaran amarah.
Adiknya dipidana dan orang tuanya mati. Arka tidak pernah tau hanya dengan satu malam saja hidupnya bisa sekacau ini.
Ia berjalan membawa semua kehancuran dalam hatinya diantara orang-orang yang sedang berada di lobby rumah sakit tempatnya bekerja. Tujuannya satu, ruang Direktur Utama.
Arka membuka pintu eksklusif itu dan mendapati orang yang ia cari sedang membaca beberapa laporan.
Adinata, Direktur Utama.
Arka menatap nama itu sejenak sebelum ia kembali memandang wajah seseorang yang saat ini masih menjadi atasannya.
"Anda merencanakan semua ini? Kecelakaan Seta, donor paru-paru Nanda bahkan pembunuhan yang baru saja terjadi!" Arka memang tidak mengenal basa basi.
Adinata, Direktur Rumah Sakit.
Adiguna, Dokter Spesialis Paru yang namanya meroket setelah donor Nanda berhasil.
Terakhir, Aditya...ayah kandung Seta yang juga ayah angkat Arka dan Nanda.
Ketiganya. Bukankah aneh jika mereka tidak ada hubungan yang sangat dekat? Well, Arka belum mengetahui tentang hubungan mereka bertiga. Semuanya masih teka teki yang begitu rumit.
Adinata hanya menghela nafas tenang sebelum ia menautkan ke sepuluh jemari didepan wajahnya sambil menaikan satu alisnya.
"Bukti apa yang kau bawa?" tanya Adinata dengan sikap tenangnya.
Arka mengepal geram. Ia akui, kedatangannya tidak membawa bukti apapun. Arka seceroboh ini saat otaknya sedang panas.
"Pergi. Aku bisa saja menuntutmu. Tapi mengingat dedikasimu untuk rumah sakit ini aku akan mempertimbangkanmu, Arka"
Adinata kembali pada pekerjaannya. Ia biarkan Arka menyesal dengan langkah yang ia ambil atas dasar emosi ini.
"Jika kau penyebab Bunda dan Adikku menderita, kau akan menerima balasanku"
Arka berbalik dengan tekad yang kuat untuk membuktikan segalanya.
Disaat ia menutup pintu Dirga sudah berada disana dan menatap punggungnya. Dirga tau, Arka tidak sebungkuk itu saat berjalan. Punggung itu tidak setegap dulu lagi. Dirga juga sangat mengerti Nanda adalah seseorang yang sangat Arka jaga. Belum lagi, tentang kedua orang tuanya. Dirga merasa buruk sebagai sahabat dirinya tidak bisa berbuat banyak.
Bodoh!
Ia melirik pada pintu Direktur Utama itu sebentar lalu menyusul Arka yang tengah terguncang.
Belum sampai Dirga memanggil Arka dan menahannya dari pintu keluar, Adiguna ayahnya sudah menghadang dihadapannya.
"Jangan gali kuburanmu sendiri, Dirga" dengan nada suara yang begitu rendah namun penuh ancaman Adiguna memberikan peringatan pada Dirga untuk tetap tutup mulut.
Dirga sangat geram. Kepalan kedua jemarinya begitu erat sampai memutih. Dia menatap ayah kandungnya sendiri dengan penuh kebencian. Dirga sangat menyesal. Mengapa dulu ia menurut saja dengan kemauan ayahnya dengan alasan kebahagiaan Arka sahabatnya. Jika keadaannya sehancur ini, Arka dan Nanda tidak akan merasakan apa itu kebahagiaan yang ayahnya maksud.
Dirga hanya bisa bungkam sampai sekarang. Dia harus pelan dan hati-hati dalam menentukan sikapnya. Ini tentang ayah kandungnya sendiri. Orang yang juga ia sayangi dan hormati. Seseorang yang sudah membesarkan dan merawatnya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NandArka (End)
FanfictionNanda dan Arka. Saudara Keluarga Lalu...mereka bahagia. Harusnya begitu.... @2020