Bab 16 Keberanian

1.6K 232 16
                                    

Satu minggu berlalu, yap. Baru satu minggu. Tapi Dirga sudah tidak kuat lagi.

Kaki itu melangkah pada sebuab kantor kejaksaan milik Seta. Dia sudah sangat yakin bahwa ini jalan terbaik. Tidak mungkin dia menyembunyikan semua kenyataan yang sudah jelas didepan mata kepalanya. Tidak mungkin dia membiarkan sahabatnya Arka, terus terpuruk dan mencari kebenaran sementara kebenaran itu ada pada dirinya. Mungkin tidak sangat membantu tapi Dirga berharap dia bisa membantu sedikit.

Bahkan, Dirga sudah mempersiapkan diri untuk menerima hukuman karena kesaksiannya.

Kedatangannya juga sebagai permohonan maaf karena tidak mampu melakukan tugasnya dengan baik untuk menyelamatkan nyawa adiknya Seta. Tetap Dirga masih memiliki hati yang merasa bersalah.

"Dirga..", tanpa meminta bantuan siapapun, Seta sudah berdiri disampingnya. Dirga menoleh padanya. Tatapan Dirga tampak tidak yakin tetapi Dirga harus melakukan ini.

"Kamu punya waktu, Seta?", Seta merasa akan ada pengakuan atau setidaknya informasi yang berarti dari kedatangan Dirga. Mengingat, Dirga juga datang ke lokasi kecelakaannya.

Seta menghembuskan nafasnya perlahan, "kamu yakin soal ini, Dirga?" kata Seta.

"Aku sudah didepanmu. Aku tidak punya keinginan untuk mundur" jawab Dirga yakin.

Seta berkedip pelan lalu ia menatap Dirga dalam. Pemuda ini mengambil resiko untuk memenjarakan ayahnya dan melepaskan ilmu kedokterannya hanya demi urusan orang lain. Seta tidak tau jika Dirga bisa seberani itu.

Kemudian dia teringat pada keberanian Arka untuk menghadapi apapun didepannya demi membuktikan Nanda tidak bersalah.

Nanda yang teramat berani untuk mengakui pembunuhan yang entah dilakukannya atau tidak.

Jika Seta berani melangkah lebih jauh maka Seta bisa menyelamatkan semuanya.

"Aku juga tidak punya alasan untuk mundur" kata Seta kemudian.

***

Sebuah kafe menjadi tempat Dirga dan Seta untuk berdiskusi. Seta mencoba untuk tetap tenang dengan penjelasan Dirga yang semakin membuat fikirannya berputar keras. Ayah kandungnya yang berniat membunuhnya. Lalu merencanakan donor paru Nanda. Setelah itu, kenyataan bahwa mereka adalah saudara sepupu walaupun bukan sekandung.

"Jadi, untuk apa kau datang ke tempat dimana aku mengalami kecelakaan?"

"Aku hanya menerima pesan dari ayahku untuk datang kesana. Kemudian aku bergegas kembali ke rumah sakit setelah kecelakaanmu terjadi. Ditengah jalan aku menerima telfon dari Arka untuk menangani adikmu, lalu donor itu terjadi. Setelahnya, aku baru mengetahui kebenarannya. Aku terus berfikir itu tidak mungkin. Tapi ternyata mereka benar-benar melakukannya" jawab Dirga dengan suara yang ia tahan.

"Arka sudah tau tentang ini?"

Dirga menggeleng lemas, "aku tidak tau. Dia sedang cuti kerja dan sangat sulit menghubunginya"

"Jadi, Nanda sudah tau tentang semua ini" gumam Seta.

Tepat setelah Seta bergumam pintu kafe terbuka dengan langkah kaki yang terdengar pelan namun mendekat pada mereka. Dirga yang pertama kali melihat tidak terlalu terkejut sampai dia bicara.

"Jadi disini kalian?"

Barulah Seta tersentak dan menoleh ke belakang. Dihadapan mereka kini berdiri Arka dengan penampilan yang dengan berantakan dan kedua kelopak mata yang menghitam.

Arka tidak bertanya lagi dan langsung duduk bersama mereka. "Aku mencoba membuka brankas milik ayah dan menemukan beberapa berkas ini. Ada surat kesepakatan mereka dalam pembunuhan Seta dan adiknya waktu lalu bahkan ada pembagian saham dan juga surat cerainya. Aku juga sudah mencoba untuk mencari informasi tentang kecelakaanmu dan menemukan rumah dari sopir truk itu. Sayangnya, dia sudah meninggal satu minggu kemudian. Lalu mobil yang menabrakmu. Pengemudinya juga sudah meninggal. Entah karena apa"

Arka sama sekali tidak menatap Seta atau pun Dirga. Dia terus menjelaskan informasi yang dia dapatkan.

"Untuk operasi donor paru Nanda. Aku rasa Dirga tau lebih banyak. Aku tidak bisa membantu", Arka melirik pada Dirga sebentar lalu melanjutkan penjelasannya.

"Aku juga sudah mencari informasi dari hasil otopsi. Aku gunakan identitasku sebagai dokter dan anak dari Aditya untuk mendapatkannya. Bundaku, Ibumu..." Arka menaikan kelopak mata dan maniknya untuk melirik pada Seta yang berada didepannya. "Ada luka tusukan kecil dipunggungnya tapi cukup dalam dan juga bekas pukulan serta penganiayaan. Jika memang Nanda melakukannya seorang diri, itu tidak mungkin. Bahkan ada luka cekikkan pada, ... pada leher Bibi Kiara. Sementara ayahku, dia memang tertembak mati. Pisau itu diperkirakan memiliki panjang 20 cm dan bergigi karena berhasil menghancurkan organ ginjal mereka"

Arka menunjukan berkas gambaran dari luka yang dialami ayahnya. "Ada luka dipipi kanan ayah dan itu merupakan luka pembelaan dari pecahan vas bunga dengan sidik jadi milik Bunda. Sementara Nanda tidak memiliki luka apapun kecuali dibelakang kepalanya. Apa ini tidak mengusikmu, Seta? Dimana pisau yang menusuk kedua ibu kita? Nanda tidak memilikinya"

Seta menghembuskan nafasnya terlebih dahulu. "Kau tau? Semua bukti ini sudah aku baca dan... Aku tidak bisa menggunakannya. Aku jaksa yang menuntut bukan pengacara yang membela. Kecuali..."

Seta menoleh pada Dirga dengan tatapan penuh arti. "Kecuali Dirga mau hadir di persidangan dan menyeret ayah serta pamannya sendiri"

Tanpa sadar, Dirga meremat kesepuluh jemarinya bersamaan setelah mendengar kalimat Seta.

"Aku tidak bisa membantu banyak, Seta. Kau punya semua ini, sampaikan pada pengacaramu. Kau tidak bisa mengandalkanku"

Arka menormalkan laju pernafasannya karena kesal. Dia ingin memohon tetapi yang diucapkan Seta juga ada benarnya. Dirga juga terdiam dan berfikir bagaimana untuk mendapatkan celah dan membebaskan Nanda dari penjara.

"Aku siap untuk bersaksi" kata Dirga dengan tiba-tiba.

"Aku bersedia kalah untuk membebaskan Nanda" kata Seta, dia membuat Arka dan Dirga menoleh padanya hampir bersamaan. "Adikku hidup dalam tubuh Nanda. Aku tidak akan membiarkannya di penjara terlalu lama. Kita butuh rencana" sambung Seta dengan pasti.

Arka mendapatkan harapan. Dia hampir menangis dan mengucapkan terima kasih sambil menautkan kedua tangannya.

"Kau bawa pengacaramu besok, Arka. Pengadilan tinggal satu minggu lagi" kata Seta dengan senyuman sambil menggoyangkan sedikit bahu Arka untuk menguatkannya.

"Arka, maafkan aku.." ucap Dirga pada Arka yang sedang bersyukur itu. Arka balas menatapnya tetapi dia tidak langsung menjawab.

"Aku tidak tau kalian adalah sepupuku. Sekarang, yang aku fikirkan hanyalah membebaskan Nanda. Itu saja"

Seta dan Dirga kembali menepuk kedua bahu Arka hampir bersamaan. Mereka berharap bisa menyelesaikan semua ini dengan rapi tanpa kesalahan. []








Souyaa

Sampai jumpa disuasana persidangan Nanda🙌 dan... Ucapkan selamat datang pada

 Ucapkan selamat datang pada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pengacara, Kim Namjoon.

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang