Bab 32 Pemulihan

1.9K 195 6
                                    

Semuanya sibuk hari ini sehingga Nanda harus sendirian sampai waktu menjelang sore. Semuanya harus berangkat bekerja termasuk Arka. Tetapi karena perasaan ingin segera menemui adiknya, Arka bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Dia juga mengatur waktu dan membatasi pasien untuk ia rawat di poli rawat jalan.

Ini pukul tiga sore dan dia sudah bersiap untuk segera pulang. Dirga membuka pintu ruangan Arka lalu melihat sahabatnya itu masih bergegas.

"Ayo Dirga" ajak Arka dengan langkah yang tergesa-gesa. Dirga ikut mengimbangi langkah Arka. Terlihat Dirga begitu kesusahan hingga Arka mengalah dan menormalkan kedua kalinya untuk berjalan biasa.

Dirga membiarkan Arka menyetir. Dia cukup tau kalau Arka tidak akan mencelakakan mereka berdua hanya karena buru-buru menemui Nanda.

"Apa kita perlu mampir membelikan Nanda sesuatu?" tawar Dirga yang digelengkan kepala oleh Arka.

"Tadi pagi, Dokter Sammy menyarankan Nanda masih tetap pakai NGT. Nanda belum bisa makan karena dua bulan terpasang ventilator. Nanda juga belum bisa bicara. Dia masih lemah sekali, Dirga"

Dirga menghela nafas lelahnya, "ternyata masih ada yang lain setelah dia bangun dari koma" gumam Dirga yang masih bisa didengar Arka.

"Kau mau mampir membeli sesuatu?"

Dirga berfikir sambil melihat sederet toko yang ada disekitar. "Arka, berhenti sebentar" Dirga langsung melepas sabuk pengamannya dan bergegas keluar dari mobil.

"Arka, aku rasa kita perlu membeli aromaterapi supaya Nanda bisa tidur lebih nyenyak"

"Untuk Nanda atau untukmu?"

"Nanda!" lalu Dirga langsung meninggalkan Arka yang masih mematung didalam mobil.

Arka bingung. Semenjak bergaul dengan Yonda, sikap Dirga seperti anak kecil tapi juga terkadang dia menjadi orang yang bisa diandalkan.

***

"Nanda~" Dirga memanggil dengan nada yang begitu riang tapi panggilan itu tidak disahut karena Nanda sedang terlelap entah sejak kapan. "Yah, masih tidur" Dirga kecewa tapi dia maklum.

"Kita makan dulu aja. Nanda masih nyenyak sepertinya" kata Arka dan Dirga hanya menurutinya saja.

Jovan is calling....

Dengan satu gerakan tanpa meletakan burgernya, Arka mengangkat panggilan video itu dan memberikan salam pada Jovan.

"Nanda mana?"

"Istirahat" jawab Arka singkat.

"Aku nanti kesana sama yang lain, ya?"

"Tapi jangan berisik"

"Tidak, Nanda suka kok kalau aku datang. Mana dia? Aku mau lihat Nanda"

Dengan burger ditangan kanan dan ponsel ditangan kirinya, Arka mendekat pada Nanda dan merekam adiknya untuk Jovan.

"Aduh, aku jadi ingin segera kesana. Cepat sembuh ya, Nan. Tunggu Kak Jovan"

"Sudah, ya. Aku dan Dirga sedang makan. Ini juga sudah waktunya Nanda membersihkan badannya"

Jovan tanpa pamit langsung mematikan panggilan videonya. Arka kembali pada kegiatannya. Dirga sudah menghabiskan burgernya sejak tadi dan dia sedang merakit aromaterapi untuk Nanda. Nanti malam, Nanda harus tidur nyaman dengan barang pemberiannya.

"Dirga, aku mau membersihkan tubuhnya Nanda"

"Aku bantu siapin bajunya"

Arka melakukan tugasnya dengan sangat baik. Mengelap wajah adiknya lalu kedua tangan kemudian dada san perutnya. Lalu punggung dan kedua kaki Nanda. Semua alat rumah sakit itu cukup mengganggunya tapi Arka bisa mengatasi itu. Ia usap pelan agar Nanda tidak kesakitan atau terganggu karenanya.

"Dirga, tolong bajunya Nanda" Dirga langsung menyerahkannya. Dirga juga mengganti selimut Nanda dengan selimut yang baru.

"Kamu mandi duluan aja, Dirga. Aku nunggu Nanda dulu", Dirga menurut dan langsung mengambil peralatan mandinya yang ia bawa dalam tas tentengnya.

Arka duduk disamping Nanda. Tangan kanannya terarah untuk mengusap sisi wajah Nanda dan kepalanya yang masih dibalut perban.

Dilihatnya, Nanda yang terusik dengan kedua kelopak matanya yang perlahan tergerak.

"Bang Aka disini, Nan" ucap Arka dengan terus memperhatikan pergerakan Nanda.

Pandangannya masih begitu kabur. Nanda memejamkan mata sekali lagi dan berusaha untuk membuat fokusnya membaik.

"Tidak apa. Jangan buru-buru, Nan" pinta Arka yang masih tetap menatap pergerakan Nanda. 

Akhirnya penglihatannya sudah bisa fokus. Nanda bisa melihat Arka dengan jelas. Dibalik masker oksigennya dia mencoba untuk tersenyum walaupun terlihat begitu lemah.

"Ada yang sakit ngga, Nan? Sementara kamu makannya dari selang itu dulu, ya" ucap Arka lalu ia membenarkan posisi bantal dan kepala Nanda yang sepertinya kurang nyaman.

Nanda hanya berkedip pelan sambil mengatakan 'iya' tanpa suara. Bola mata bulat itu langsung melihat sebuah kotak berisikan cairan yang begitu wangi.

"Ah. Ini dari Dirga, Nan. Ini biar kamu makin lelap tidurnya nanti malam".  Arka tersenyum lebar dan meletakan kembali aromaterapi itu.

Nanda berusaha mengepalkan tangan dan membuat jemari Arka yang berada dalam genggaman itu merasakan sakit. Arka berusaha untuk tidak panik, dia mencoba untuk memeriksa suhu tubuh Nanda dan adiknya itu hanyalah kedinginan.

Saat Arka sedang mengatur suhu ruangan, Jovan membuka pintu kamae rawat Nanda bersama Seta, Yossy, dan Yonda.

"Nanda~" nama itu terdengar manis saat Jovan dan Seta menyuarakannya hampir bersamaan. Meski begitu Yonda yang pertama mendekat dan memeluk Nanda yang masih terbaring.

"Nan, kamu jangan seperti kemarin. Kau membuatku terkena serangan jantung, tau!" kesal Yonda campur suara yang terdengar sumbang. Nanda hanya mengangguk semampunya sambil tetap mempertahankan senyumannya.

Yonda mencium dahi Nanda sejenak lalu mengusap kedua pipi Nanda. "Kamu masih belum sembuh benar, ya?" Nanda mengangguk lagi lalu Yonda mencium dahi Nanda lagi. Ia lalu menatap Arka dan bertanya, "Dirga mana?"

"Mandi"

Yonda langsung menggedor pintu kamar mandi dengan keras dan membuat Dirga tidak nyaman untuk mandi.

"Woy, siapa itu? Yonda, ya! Yonda hentikan. Aku malu.~" kalau tidak jahil, bukan Yonda namanya.

Seta mendekat lalu ikut mencium dahi Nanda sama seperti yang Yonda lakukan. Sementara Jovan dan Yossy sedang memperhatikan Nanda sambil mengusap pelan kedua kaki Nanda.

"Te-rima-ka-sih" kata Nanda dibalik masker oksigen dengan suara yang sangat serak dan terdengar menyakitkan.

Seta menggeleng dengan jari telunjuk yang ia goyangkan ke kanan dan ke kiri. "Cepat sembuh, ya" kata Seta kemudian.

"A-dik-Ka-Se-ta, a-ku ber-temu-di-a" kata Nanda yang membuat kedua manik Seta langsung mengembun.

Tangan Nanda perlahan mengusap pipi Seta lalu tersenyum begitu teduh untuknya. Seta tidak bisa menahan gejolak dalam dadanya lagi. Dia menangkup tangan Nanda yang sedang berada diwajahnya.

"Kamu juga bagian darinya" sahut Seta dengan senyuman yang manis pula.

Senyuman Nanda kemudian diarahkan pada Jovan dan Yossy bergantian. Mereka berdua sudah sangat bahagia melihat senyuman itu lagi. []

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang