Bab 37 Dirga dan Masalalu

1.5K 189 5
                                    

"Ini apa? Ini apa, Yonda?"

Yonda yang sedang menggosok gigi langsung menatap aneh Dirga yang sedang kesal. Wajah mereka masih sama-sama berantakan karena baru bangun dari tidur.

"Kamu bener-bener temen yang ngga tau malu" kesal Dirga yang semakin kesal karena Yonda tidak juga merasa bersalah.

Yonda menghentikan aktivitas sigat giginya sebentar. "Apaan sih, Dir?" tanya Yonda kemudian.

"Ini pasta gigiku kenapa kamu ambil coba? Aku cariin kemana-mana. Kalau kamu bilang minta gitu aku bakalan kasih, ngga perlu ambil tanpa ijin segala" jelas Dirga dengan kedua bibir yang mengerucut dan logat cerewetnya.

"Jangan ngadi-ngadi lu. Itu pasta gigi aku baru beli kemarin di minimarket depan. Kamu ngga lihat itu masih penuh"

"Terus kemana pasta gigiku? Udahlah, aku minta kamu aja". Tanpa ijin Yonda, Dirga menuangkan pasta gigi Yonda diatas sikat gigi miliknya.

Untunglah ngga ketahuan, batin Yonda. Dia tidak bermaksud mencuri. Dia akan mengembalikannya jika sudah selesai sikat gigi. Namun, entahlah dari mana Dirga tiba-tiba datang lalu semua rencananya buyar.

***

"Yon, Dirga" seru Seta yang sedang kerepotan untuk mengangkat sup yang sudah matang. Disaat yang tepat Yossy berjalan didepannya dengan jas yang hanya ia tenteng saja.

"Yos, Yossy. Bantuin sini, Yos" pinta Seta dengan nada yang panik. Yossy langsung memperhatikan Seta dan menganalisa kesusahannya.

Ia memilih mengambil mangkuk dan meletakannya dekat dengan Yossy, "tuang saja disini, Kak. Biar aku yang membawanya ke meja makan". Yossy pergi tanpa peduli lagi.

Seta, kenapa tidak dari tadi?. Batin Seta yang sedang menyayangkan.

Menu sarapan mereka hari ini adalah sayur sop, tempe goreng, air putih, susu, dan sambal tomat. Semuanya, Seta yang memasak dibantu dengan Yossy yang memotong dan mencuci peralatan masak.

"Jovan sama Arka masih di rumah sakit?" tanya Yossy sambil mengunyah makanannya.

"Eum.." jawab Seta sambil mengangguk. "Hari ini, aku menemui Dokter Sammy. Kira-kira Nanda bagaimana ya?" tanya Seta dengan nada yang sedikit murung.

"Aku menanyakannya pada Jovan kemarin. Katanya, Nanda sudah lepas dari ventilator dan sudah bisa mobilisasi di bed walaupun dibantu. Tenang saja, Nanda kuat sekali. Aku yakin penyembuhannya berhasil kali ini" hibur Yossy.

"Aku boleh ikut kesana, kan?" tanya Yonda dengan logatnya yang begitu memohon ditambah tatapan anak kecil miliknya.

"Yon, Nanda harus fokus sama terapinya" cegah Yossy lagi.

"Cuma sebentar, Kak. Ayolaaahh...", Yonda kalau sudah punya mau nemang sangat sulit untuk ditawar.

"Kamu juga masih harua fokus sama sidang skripsimu, Yon" tolak Yossy lagi.

Yonda memasukan tempe goreng dalam mulutnya secepat mungkin dan mengunyahnya dengan kasar.

Suasana disana masih begitu hangat dengan rasa kekeluargaan tetapi setelah Seta berucap kalimat yang satu ini, suasana berubah menjadi mengesalkan. Terlebih lagi untuk Dirga yang sedang menyantap nasi dengan nyaman.

"Aku menerima laporan tentang kunjunganmu kemarin ke lapas untuk menemui ayahmu, Dirga"

Yossy dan Yonda terdiam begitu juga dengan Seta. Dirga yang masih tenang menjawab tanpa menatap Seta atau yang lainnya.

"Iya, memang aku menemuinya tempo hari. Aku membuat keributan sedikit disana", Dirga menyantap lagi nasi dengan sayurannya. Wajahnya begitu tanpa dosa dengan tatapan yang berubah menjadi datar dan dingin.

"Dirga--"

"Nanda seperti ini karena dia, Kak!" sahut Dirga cepat dengan menggebrak meja sedikit.

Yossy dan Yonda teringat saat mereka memiliki masalah dengan ayah mereka. Kali ini, Dirga merasakan hal yang sama.

"Aku hanya ingin dia menyadari kesalahannya dan meminta maaf!"

Dirga meminum air putih disamping piringnya dan pergi begitu saja. Seta memandang kepergian Dirga dengan tatapan sendunya.

"Apa yang terjadi?" tanya Yossy yang khawatir.

"Dirga mengamuk saat menemui ayahnya. Mereka bertengkar dan Adiguna mengajukan banding. Coba bayangkan kondisi Nanda masih seperti ini lalu suatu hari dia akan menjadi saksi atas penganiayaan yang diterimanya. Lebih parah lagi, Adiguna menunjuk Jovan untuk menjadi pengacaranya"

"Sial!" desis Yossy dengan kesalnya.

"Nanda dituntut balik olehnya atas tuduhan penganiayaan yang dilakukan Dirga. Kau bisa bayangkan itu? Dirga terjebak dalam penyesalan tapi dia juga tidak ingin mundur untuk menyadarkan ayahnya"

"Apa orang seperti itu bisa disadarkan?" sinis Yossy yang hanya dibalas dengan senyuman miring oleh Seta.

"Berdoa saja pengadilan tidak akan menyetujui sidang banding ini. Lagipula aku yakin Jovan tidak akan menerima pengajuan banding ini dan dia akan tetap membela Nanda atau pun Dirga disana"

"Bagaimana kalau pengadilan menerimanya? Apa itu berarti Jovan harus balik membela Adiguna?" Yonda menatap kakaknya dengan mengunyah. Seta tetap terdiam.

"Alasan Adiguna mengajukan banding terhitung sepele. Jadi, kemungkinan kecil untuk dikabulkan" jawab Seta kemudian.

"Ini lebih rumit dari dugaanku. Jovan akan sangat marah karena hal ini"

"Aku rasa kita harus lebih memperhatikan Dirga. Dia masih merasa bersalah. Dirga juga setiap malam terus mengigau dan berucap maaf dalam tidurnya" ini Yonda yang akhirnya mulai bicara setelah menyimak saja sejak tadi.

"Kita tidak bisa mengendalikan hati seseorang, Yonda. Mau sesering apapun kita mengatakan pada Dirga jika ini bukan kesalahannya, kalau Dirga tetap trauma pada kejadian itu, akan sangat sulit untuk membuatnya menerima. Faktanya, Dirga ada disana bahkan dia melihat sendiri Nanda yang dihantam balok kayu lalu pingsan dan melihat Nanda diseret polisi kemudian berakhir dikursi terdakwa" jelas Seta.

"Lalu, harus bagaimana?"

Pertanyaan Yonda tidak bisa dijawab oleh Yossy atau Seta.

***

Jovan mencari nama Seta dalam kontak ponselnya dan langsung menelfonnya. Berulang kali, Jovan mengibaskan rambutnya sebentar. Kepanikan merajai hatinya saat membaca email yang masuk dari kantor pengadilan.

Dia akan membela Adiguna dalam sidang banding? Ayolah. Jovan tidak mungkin melakukan hal gila semacam itu.

"Seta! Tidak ada yang lebih buruk dari pada ini? Bagaimana bisa aku membelanya? Kenapa bisa ada sidang banding seperti ini?" desak Jovan tanpa jeda.

"Kamu tenang dulu, Jovan. Ini masih menunggu keputusan pengadilan"

"Ya, tapi apa alasannya, Seta?!"

"Dirga menemui Adiguna di lapas. Mereka ribut. Akhirnya Adiguna mengajukan banding karena alasan Dirga menganiaya dirinya adalah Nanda"

"Shit!" Jovan menutup panggilan itu sepihak tanpa pamit. Dia segera mengambil kunci mobil dan menatap sejenak Nanda dan Arka yang masih tertidur.

Emosi Jovan membuncah. Dia tidak akan membiarkan narapidana itu menyentuh Nanda, sedikitpun! []

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang