Bab 6 Ketakutan Arka

3.1K 393 4
                                    

Jika saja dulu Arka meneruskan upayanya untuk menolong adik Seta maka ia juga tidak bisa memberikan kepastian bahwa ia akan berhasil menyelamatkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jika saja dulu Arka meneruskan upayanya untuk menolong adik Seta maka ia juga tidak bisa memberikan kepastian bahwa ia akan berhasil menyelamatkannya. Lukanya cukup parah dan kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk diselamatkan.

Arka juga tau hal itu akan terjadi. Namun, kenyataan Nanda hidup sampai sekarang karena donor paru darinya lah yang membuat Arka setakut ini. Arka terus menampik setiap rasa takutnya dengam berfikir dan melihatnya dari sua sisi

Aku tidak meminta donor itu saat dia masih hidup

Aku sudah memohon pada mereka

Aku sudah melakukan segala upaya untuk menyamatkannya

Aku bukan orang yang menabraknya

Namun, takdir itu lucu. Selain adiknya hidup dengan organ paru itu sekarang ayah kandung Seta menjadi ayahnya.

Arka menyandarkan punggungnya dan melempar penanya kesegala arah. Memang, ayah tirinya sudah menyelesaikan kebingungan ini. Nanda juga sudah berhenti menanyakan beberapa hal tentang Seta dan Ibu Kiara.

Tapi tetap saja, Arka takut.

"Kau masih saja memikirkannya?" tanya Dirga dengan membawa dua nasi box serta jus jeruk sebagai makanan mereka kali ini.

Arka menggeleng singkat yang tidak disadari oleh Dirga, "kau fikir aku bisa lari dari kesalahan itu begitu saja?" sarkas Arka pada sahabatnya itu.

"Arka, kau bahkan melakukan segala cara untuk menyelamatkannya. Jika kau egois kau bisa saja membunuhnya. Kau juga memintaku untuk menggantikanmu saat itu. Arka, semuanya bukan sepenuhnya salahmu. Aku juga ikut bersalah" penjelasan ini memancing satu pertanyaan muncul dalam benak Arka.

"Mengapa kau merekomendasikannya untuk mendonorkan paru-paru pada Nanda?"

Dirga meletakan makanannya dan menautkan kesepuluh jari diatas meja.

"Kau sepanik itu saat aku mendengarkan suaramu ditelfon. Lalu saat aku tiba disana, dia sudah meninggal. Dokter jaga juga sudah berupaya melakukan CPR dan lainnya tapi hasilnya nihil. Hanya melihatnya sekilas saja aku juga sudah tau dia tidak akan selamat. Tubuhnya sudah membiru saat dibawa ke rumah sakit, kan?"

Arka mengangguk singkat untuk menanggapi pertanyaan Dirga diakhir kalimatnya.

"Awalnya, aku juga bimbang apakah ini berhasil atau tidak. Tetapi kabar kematiannya didengar oleh para dokter saat itu dan kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya. Memang terdengar jahat, Ka. Tapi lihat sekarang Nanda masih bersamamu"

Arka menatap Dirga begitu dalam dan datar.

"Kau tidak sepenuhnya bersalah, Ka" kata Dirga yang balik menatapnya yakin.

***

Nanda datang lagi ke rumah Bibi Kiara setelah kuliahnya. Dia benar-benar belajar piano meskipun dia sudah mengetahui alasan dari pertemuan Bibi Kiara dan ayah tiri mereka sebulan yang lalu. Tanpa mengetahui rahasia besar didalamnya.

Piano itu sangat sulit. Jemarinya sudah sangat kaku dan beberapa not tidak bisa ia mainkan dengan baik.

"Lelah, Nak?" tanya Kiara dengan senyuman penuh keibuannya. Ia bahkan membelai kepala Nanda dengan tangan halusnya.

"Piano ini membuat jari-jariku kaku sekai, Bibi" bahkan Nanda merasa dia sangat akrab dan juga dekat dengan bibi ini. Dia memperbolehkan Kiara memperlakukannya seperti putranya sendiri.

"Ibu, aku hanya membawa ini saja untuk makan siang" dua nasi box dengan jus jeruk ada dikedua tangan Seta yang datang setelah pergi mencari makanan untuk mereka.

"Bang Aka juga suka sekali dengan nasi box, hehe" Nanda yang kelaparan langsung menghampiri Seta untuk mengambil makanannya.

"Kau. Siapa yang memintamu maju lebih dulu?" tanya Seta dengan wajah menyebalkannya.

"Itu untukku, kan?" tanya balik Nanda dengan nada memelas.

"Kau harus membayarnya dulu. Bilang, kakak kau baik sekali~" Seta melontarkan permintaan tanpa peduli bahwa Nanda akan melakukannya atau tidak.

"Kakak, kau baik sekali~"

Kiara dan Seta mematung. Kenangan tentang sosoknya mulai muncul dalam memori mereka. Sangat akurat termasuk nada bicara Nanda. Semuanya sama persis dengan almarhum adiknya.

"Kakak, kau baiiiiiikk sekali!" penekanannya juga sama. Jika dulu Seta tidak kunjung memberikan apa yang ia mau, adiknya akan mengulangi permintaannya, kemudian...

"Kak Seta lama sekali!" lalu makanan itu hilang dari kedua tangannya.

Nanda berjalan dengan riang menuju meja makan sementara Seta dan Kiara masih terdiam ditempat dengan rasa terkejut dan fikiran campur aduknya. 

Itu tadi apa? Adikku, kah? tanya Seta dalam hati. Ia menoleh pada sisi kanan dan menatap Nanda yang sedang menikmati makanan yang ia beli.

Cara makan mereka sama. Mengunyah dengan gerakan bibir yang lucu lalu tidak melupakan meminum air putih saat makan. Seta ditarik paksa untuk mengingat memori yang ingin dia lupakan.

Nanda sangat mirip dengan adiknya. Nan, kau adikku? Gila. Tentu saja bukan. Nanda adalah adik kandung Arka. []

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang