Hallo, Kak.
Kemarin sou bikin kesalahan dengan menyebut donornya si Nanda itu donor jantung, padahal yang didonorin itu paru-paru. (kebanyakan main jantung²an akhirnya begini)
Maaf ya kak, udah di edit semoga ngga ada kesalahan lagi.Selamat membaca, kak. Luv yaa...
***
Nanda melanjutkan langkahnya untuk menemui Arka yang masih bekerja di rumah sakit. Wajahnya kesal dengan tatapan kecewa yang begitu dalam. Nanda tidak pernah mengetahui bahwa dibalik alasan ia hidup ada kepalsuan kakak kandungnya sendiri.
"Kenapa Bang Aka ngga jujur kalau adiknya Kak Seta yang donorin paru-parunya dulu?!" pertanyaan dengan nada keras dan lantang ini Nanda lontarkan saat Arka masih membaca beberapa buku sebagai literaturnya. Ia masih memiliki banyak pekerjaan dan Nanda datang dengan urusan yang menurut Arka tidak terlalu genting.
Awalnya, Arka berfikir demikian. Tetapi melihat tatapan Nanda yang begitu kecewa itu Arka urung untuk tidak menghiraukannya.
"Nan, kamu dengerin penjelasan Bang Aka dulu"
"Bang Aka ngga ngerti juga? Bang, ayah kita sekarang itu adalah ayah kandungnya Kak Seta lalu adiknya Kak Seta mati karena mendonorkan paru-parunya padaku? Kegilaan macam apa ini, Bang Aka?!"
"Nan, dia sudah mati sebelum mendonorkan paru-parunya padamu"
"Bang Aka-"
"Dia kecelakaan, Nanda! Seta juga menjadi korban saat itu!"
Arka menggebrak meja tidak terlalu keras dengan kedua tangannya. Punggungnya terasa lelah. Pekerjaan hari ini begitu banyak dan ada permasalahan seperti ini yang harus Arka selesaikan.
"Sekarang kamu duduk, dengerin penjelasan Abang!"
Nanda harus mengepalkan kedua tangannya dahulu sebelum ia mengikuti intruksi dari kakaknya.
"Seta dan adiknya korban kecelakaan saat itu dan dilihat sejak kedatangannya, adiknya sudah tidak tertolong saat diperjalanan. Waktu itu Abang bertugas di IGD dan menanganinya. Kondisinya sempat membaik namun itu juga tidak bertahan lama, dia langsung kami bawa ke ruang resusitasi. Ditengah usaha menyelamatkannya, code blue terdengar karena kamu kehilangan detak jantung lagi, Nan. Bang Aka kebingungan, Abang ngga mungkin bisa menyelamatkannya jika fikiran Abang tertuju sama kamu terus. Abang minta bantuan Dirga untuk menggantikan Abang sementara Abang pergi menemuimu. Dokter bilang kau butuh donor paru-paru saat itu juga dan...disaat yang sama adik Seta dinyatakan meninggal. Dirga mengabarkan itu dan dia menyarankan donor itu pada Abang, termasuk dengan keluarganya. Itulah saat pertama kali Abang bertemu Ayah dan operasi itu terjadi dengan bantuan pihak rumah sakit"
"Bunda tau tentang ini?"
Arka mengangguk yakin. "Tapi Bang Aka rasa, Bunda tidak tau tentang hubunganmu dengan Bibi Kiara dan Seta"
"Gimana Ayah?"
"Ayah mengurus semuanya termasuk perceraiannya. Kau tau, Nan? Bunda bekerja diperusahaan Ayah dan saat itu mereka bertemu. Pertemuan mereka tidak ada kaitannya dengan ini. Tapi Bunda tau tentang Bibi Kiara dan Seta sebagai bagian masa lalu Ayah"
"Sekarang, kamu sudah tau dan denger penjelasan Bang Aka. Bang Aka ngga akan minta maaf karena apa yang Bang Aka lakukan adalah benar. Apa cukup baik membuatmu tau kenyataan ini sementara kamu masih masa pemulihan, Nan? Bang Aka ngga sebodoh itu"
Nanda menatap sinis pada Arka, "tapi Bang Aka bohong sama Nanda, Bang--"
"Lalu? Apa yang kamu lakukan sama Bunda dan Abang? Kamu rahasiakan hubungan kamu sama Bibi Kiara dan Seta. Kamu bahkan sampai meminta bantuan Bunda untuk mencarikan beasiswa untuk Seta sekolah lagi sebagai jaksa?"
Arka menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan membiarkan Nanda terjebak dalam fikirannya sendiri. Mereka terdiam beberapa saat.
"Aku menemui Kak Seta hari ini"
Arka mulai tertarik dengan cerita ini.
"Aku takut dia berbuat macam-macam pada Bang Aka. Jadi, aku kesana dan sedikit...membentaknya"
Astaga, adikku payah sekali.
"Nan, sepolos apa dirimu? Seta ngga mungkin macem-macem sama Abang" jeda Arka sesaat dan ia menunggu sampai Nanda menegakkan wajahnya. "Seta butuh Bang Aka untuk menyelidiki kasus kecelakaan adiknya, Nan. Seta sedang mencari tau tentang itu dan Bang Aka minta sama kamu untuk menjaga diri. Kelemahan Seta dan Bang Aka ada pada diri kamu. Jangan ceroboh dan dengerin kata-kata Abang"
"Bang Aka terlibat?"
Arka menggeleng lemah. "Seseorang yang sangat dekat dengan kita" Nanda terperangah. Ia ingin membantu namun ia begitu takut geraknya akan menyusahkan Arka dan Seta.
***
"Jadi, Nanda datang tadi dan memarahiku itu, dia sebut ancaman? Haha.." Seta terus tertawa mengingat tingkah Nanda yang lucu dan aneh.
"Kenapa? Kau tidak takut padanya?"
"Takut? Arka, aku justru semakin ingin merebutnya darimu"
Arka hanya memasang wajah amarahnya yang datar tanpa membalas candaan Seta, "aku yakin bukan ini tujuanmu memintaku datang menemuimu disini"
"Baiklah. Aku langsung pada intinya. Kau adalah dokter yang menyelamatkan adikku saat itu dan kau menyerahkan tugasmu pada temanmu bernama Dirga. Aku tidak terlalu mengenalnya tapi aku menemukan sesuatu yang menarik"
Seta mengeluarkan beberapa foto kejadian saat kecelakaannya dan juga beberapa bukti saat Dirga berada dilokasi kejadian.
"Untuk apa seorang dokter yang masih bertugas datang ke lokasi kejadian tepat sebelum kecelakaanku terjadi, Arka?"
Arka mengambil foto itu. Memang tidak menunjukan wajah Dirga dengan jelas tapi perawakannya dia adalah Dirga. Dengan pakaian yang sama dan juga ....
"Dia berdiri tenang lalu lima menit kemudian ada kecelakaan besar dihadapannya. Arka, kecelakaanku dan adikku terjadi karena sebuah mobil yang harus ditabrak oleh truk lalu tanpa sengaja mobil itu menabrakku dan adikku. Ini bagian paling dalamnya.."
Seta memberikan sebuah map yang berisikan identitas Dirga, fotonya, sampai pada foto keluarganya.
"Jangan membodohiku lagi, Arka. Dirga adalah anak dari pemilik rumah sakit tempat kalian bekerja. Siapa lagi yang diuntungkan dari donor itu?" jeda Seta yang membuat Arka makin menajamkan sorotnya.
"Untuk apa Dirga membantuku mendapatkan donor ini? Kesembuhan Nanda tidak ada untungnya bagi rumah sakit kami"
"Adinata, direktur rumah sakit yang menyatakan bahwa rumah sakitnya berhasil melakukan donor paru dan menyelamatkan nyawa dari seseorang yang hampir mati--"
"Seta! Ingat ayahmu sudah menandatangani surat persetujuan dan sudah mendapatkan informasi. Ibumu juga ada disana bahkan dirimu!" kata Arka setelah ia menggebrak sedikit mejanya. Hari ini sudah dua kali dia melakukannya, dihadapan Nanda dan Seta.
"Beberapa hari yang lalu ada panggilan tidak aku kenal mengaku dirimu dan mengancam jika aku mendekat pada Nanda...aku tau itu bukan kau. Aku mencoba melacaknya melalui temanku dan yang aku dapatkan adalah... Dirga"
Arka menerima serangkaian nomor ponsel pada kertas yang terasa asing baginya. Semua nomor yang sama dan juga nomor yang ditandai. Arka tidak terlalu mengerti tetapi semuanya mengarah pada satu nomor yang sama dan bahkan lokasinya di rumah sakit tempatnya bekerja.
"Kalau memang tujuanmu untuk menyelidiki kecelakan itu untuk apa menanyakan tentang donor adikmu, Seta?"
"Aku rasa kamu masih belum mengerti, Arka. Saat ini yang kita hadapi adalah sama. Siapa menurutmu yang paling senang jika aku dan adikku mati? Siapa yang paling diuntungkan dari donor organ yang mustahil itu? Arka, aku sudah selidiki ini berbulan-bulan dan beberapa nama ini yang harus kau tau!"
"Adiguna, ayah Dirga. Aditya, ayah...ayahmu" Seta sangat ragu untuk mengatakan bahwa Aditya adalah ayahnya. "Untuk itu, aku minta bantuanmu untuk kasus ini, Arka. Kau tidak tau berhadapan dengan apa termasuk untuk keselamatan Nanda"
Arka memejam kesal sebentar, "aku tidak mau adikku terjebak dalam hal apapun, Seta"
Seta mengangguk yakin, "terima kasih atas bantuanmu, Arka" []
KAMU SEDANG MEMBACA
NandArka (End)
FanfictionNanda dan Arka. Saudara Keluarga Lalu...mereka bahagia. Harusnya begitu.... @2020