Antara Kebahagiaan dan Air Mata

2.4K 233 37
                                    

"Pengadilan akan segera dimulai, Hakim memasuki ruangan"

Semua yang hadir dalam persidangan berdiri menyambut kedatangan hakim. Media juga telah ikut meliput jalannya persidangan. Seta menatap Adinata dan Adiguna dengan tatapan sinisnya. Hari ini, Seta sangat ingin membuat mereka berdua mengakui kesalahannya.

"Silahkan Penuntut untuk memulai"

"Terima kasih, Yang Mulia" Seta kemudian berdiri dan menunjukan beberapa bukti yang terlihat dari layar proyeksi.

"Sesuai dengan olah TKP, berkas perkara, bukti, saksi, dan penjelasan dari korban, Terdakwa Adinata dan Adiguna terbukti telah melakukan rencana untuk membunuh Saudara Nanda Aditya dan terbukti telah membuat kekacauan di kota. Selain itu, terdapat bukti bahwa kedua terdakwa terlibat dalam bisnis prostitusi melalui situs web. Situs web ini adalah situs web resmi dari rumah sakit milik Adinata kemudian setelah korban melakukan pendaftaran atau reservasi, situs ini akan mengarahkan korban untuk menjelaskan lebih rinci identitas korban termasuk ciri-cirinya. Setelah itu data pribadi korban akan diserahkan kepada relasi dan menculik korban dengan motif untuk memberikan sejumlah uang yang cukup besar"

Seta beralih pada berkas penipuan, suap, penggelapan uang dan penggunaan narkoba.

"Ini adalah bukti lain, Yang Mulia. Kedua terdakwa telah melakukan transaksi narkoba yang disembunyikan dengan eksport alat rumah sakit dari berbagai negara dan menyebar luaskannya melalii bandar-bandar lainnya. Berikut untuk berkas buktinya dan juga orang-orang mereka, Yang Mulia"

Seta mendekat pada Para Hakim dan menyerahkan buktinya.

"Dengan semua kesalahan dan juga tindak pidana yang dilakukan oleh. Terdakwa Adinata dan Adiguna, penuntut memutuskan untuk memberikan hukuman yang seberat-beratnya, hukuman mati"

Lupakan Seta yang berwelas asih. Seta pertaruhkan semuanya diruang sidang ini. Karena dua orang itu dia kehilangan adiknya, membuat Nanda diambang kematian, membunuh ayah dan ibunya, apalagi yang harus Seta sisakan untuk mereka? Tidak ada.

Jovan dan Yossy mengiyakan dan menyetujui dalam hati hukuman yang dijatuhkan pada mereka.

"Apakah Terdakwa mengakui semua perbuatan yang disebutkan oleh Jaksa?" tanya Hakim pertama pada Adinata dan Adiguna.

Inilah yang Seta tunggu-tunggu. Dia terus menatap mereka berdua dan menunggu pengakuannya.

"Saya menolak menjawabnya"

"Saya menolak untuk menjawab"

Seta memejam perlahan sambil mendengar kerusuhan dan seruan kesal dari media dan semua yang menyaksikan persidangan ini. Sesulit itu untuk membuat mereka mengakui perbuatannya.

Palu Hakim diketuk tiga kali dengan keras untuk menenangkan massa.

"Berdasarkan olah TKP, bukti, dan kesaksian korban, Terdakwa Adinata dan Terdakwa Adiguna terbukti melakukan pembunuhan, perencanaan pembunuhan, penipuan, suap, penganiayaan, pelanggaran penggunaan narkoba, penculikan dan prostitusi anak dan wanita. Pengadilan memutuskan untuk memberikan hukuman mati dijatuhkan pada kedua terdakwa. Sidang ditutup tanpa banding!"

Suara palu dari Hakim mengakhiri peperangan ini. Usaha Seta tidak sia-sia. Meskipun dia tidak mendengar pengakuannya namun hukuman itu sudah dijatuhkan dan Seta merasa cukup dengan itu.

"Sidang selesai"

Para Hakim berdiri dan meninggalkan ruang sidang.

Jovan dan Yossy menunggu Seta didepan gedung persidangan. Yang mereka dapatkan adalah Seta yang diserbu media dan mereka hanya tersenyum bangga melihat kawannya yang telah berhasil.

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang