Bab 4 Seta dan Nanda

3.2K 386 22
                                    

Pemuda yang merupakan anak dari wanita selingkuhan ayah tirinya itu benar-benar mengantarkannya pulang menuju halte bus yang paling dekat dengan rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda yang merupakan anak dari wanita selingkuhan ayah tirinya itu benar-benar mengantarkannya pulang menuju halte bus yang paling dekat dengan rumahnya. Mereka baru mengenal beberapa jam lalu. Saat Nanda berada ditengah mereka berdua, Nanda merasakan keluarga yang sangat dekat dan suasana yang sangat hangat. Berbeda dengan suasana makan di rumahnya walaupun mereka selalu makan bersama-sama.

Seta. Mungkin, usianya seperti Bang Akanya tapi kelakuannya tidak sama. Sejak tadi Seta terus saja mengajaknya bicara dan anehnya selalu ada saja topik untuk mereka bicarakan.

"Kau sampai sejauh ini hanya untuk mencari tempat les piano? Kau bisa saja mencari yang di dekat kota" kata Seta yang memberikan topik pembicaraan untuk kesekian kalinya.

"Entah". Nanda sudah bingung untuk menjawab pertanyaan Seta yang bertubi-tubi.

Mereka sudah sampai di halte bus. Seta menatap sekitar sementara Nanda tengah sibuk untuk menelfon kakaknya. Nanda sudah berusaha untuk menghubungi Arka puluhan kali tetapi sepertinya Arka tengah sibuk atau tertidur.

"Kau tidak bisa menghubungi keluargamu? Masih ada bus terakhir nanti kalau kau mau menaiki angkutan umum" Seta melihat gelagat Nanda beberapa kali yang menghela nafas karena kebingungan.

"Aku naik bus saja nanti kalau kakakku tidak bisa menjemputku" kata Nanda.

"Kau sudah besar tapi masih saja dijemput oleh kakakmu" perkataan Seta menimbulkan tanda tanya besar dalam benak Nanda sehingga Nanda harus memasang wajah kesal agar Seta melanjutkan kalimatnya.

"Kalau aku jadi kau, aku akan berusaha melakukan semuanya dengan kedua tanganku sendiri. Ya, mungkin orang kaya sepertimu tidak terbiasa"

"Kenapa kau begitu menyebalkan sekali?" ketus Nanda yang sedikit merasa tersinggung.

"Aku bukan bermaksud untuk menyinggung perasaanmu. Aku hanya memberikan saran. Kakakmu pasti sedang sibuk dengan pekerjaannya. Kau juga sudah dewasa. Menurutku, sangat wajar untuk berusaha mandiri dengan kedua tanganmu sendiri"

Nanda menghembuskan nafasnya dengan kasar sejenak. Meskipun wajahnya menunjukan rasa tidak terima, berbeda dengan hatinya yang mengatakan bahwa yang diucapkan Seta tidaklah salah. Memang, Nanda harus belajar mandiri agar tidak selalu menyusahkan Arka.

"Tapi nasib orang berbeda-beda, Nan. Aku bisa memintamu melakukan hal itu karena sejak kecil aku terbiasa untuk hidup sendiri bersama ibuku. Kami berdua berjuang bersama untuk menyambung hidup" Seta mendongakkan kepalanya untuk melihat beribu bintang yang ada dilangit malam.

"Impianku adalah memiliki pekerjaan yang baik kelak. Agar pekerjaan ibuku menjadi lebih mudah" lanjut Seta dengan tetap pada posisinya.

Nanda terdiam dan mulai memikirkan kalimat Seta perlahan. Dia ternyata adalah sosok yang memiliki cita-cita yang besar. Berbeda dengannya yang hanya menjalani apa yang ada. Nanda sepertinya harus belajar banyak dari Seta.

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang