Dynamite

2.2K 183 7
                                    

Liburan. Wishlist Nanda yang sangat sangat sangat ingin diwujudkan oleh semuanya. Dari Seta sampai Yonda semuanya jenuh dengan keseharian mereka. Cukup lelah dengan hiruk pikuk dunia.

Mereka memilih lingkungan yang jauh, jauh dari kota. Dimana hanya ada warna hijau, air yang tenang, dan juga mereka bertujuh.

Ini sudah satu tahun semenjak Nanda berhasil menjalani terapinya. Perlahan dia mulai pulih dan bisa menjalani kehidupannya kembali. Nanda mencari jati diri dengan nekat meminta Arka untuk memberikam sedikit uangnya untuk berinvestasi, setelah uang itu cukup, Nanda mendirikan sebuah cafe yang berada didekat universitasnya dulu.

Nanda juga harus menjalani semester pendek dan menyelesaikan kuliahnya. Itulah alasan Nanda memilih mendirikan cafe didekat kampusnya. Cukuplah semua perjuangan itu, keenam kakaknya selalu membantu. Dan sekarang, Nanda menjadi adik bungsu yang kuat untuk selalu ada bersama mereka.

"Kita nanti bisa mampir ke mart kan? Beli bahan masak" tanya Seta pada Arka yang masih asik dengan ponselnya.

"Beli online aja, Kak" jawab Arka yang sedang malas sekali.

"Semua orang harus makan, Arka" jawab Seta yang tidak kalah tegasnya.

Diwaktu yang sama, ditempat berbeda. Dikamar Nanda, disana ada Dirga dan Yonda. Mereka berdua hanya melihat Nanda yang sedang menyiapkan pakaian tanpa membantu.

"Kamera yang aku belikam harus kamu bawa lho, Nan" kata Yonda tiba-tiba.

"Iya, itu udah ditas" jawab Nanda yang masih melipat pakaiannya untuk dimasukan dalam koper.

"Nan, kamu bawa obat, kan?" ini Dirga.

"Ada, ditas punggung" jawab Nanda lagi tanpa menatap mereka.

"Kok bajunya segini aja, Nan?" tanya Dirga yang sedang menghitung baju yang Nanda bawa.

"Udah banyak banget, Kak. Nanti kalau kurang beli aja disana" jawab Nanda.

Yonda berdiri dari kursi belajar Nanda dan mendekat pada Dirga, dengan jahilnya dia menangkup kepala Dirga dengan tangannya yang kekar.  "Yang penting celana dalam bawa yang banyak, ya kan?"

Dirga menghempaskan tangan Yonda dari kepalanya hanya dengan satu gerakan kesal. Tapi Dirga tidak membalas kejahilan itu.

Diwaktu yang hampir berdekatan, dirumah yang sama, ditempat berbeda, diruang keluarga, Yossy dan Jovan sedang berdebat membawa barang bawaan.

"Jovan, kita ngga perlu bawa berkas perkara itu" kata Yossy yang sedang menasehati.

"Ya, bawa buku beberapa aja deh" tawar Jovan sambil mengangkat lima buku dengan ukuran sedang dan lumayan tebal.

"Itu berat banget, kamu ngga akan bodoh kalau ngga baca beberapa minggu aja" sanggah Yossy yang juga perlahan kesal.

"Hokaaayy" jawab Jovan dengan nada khas seperti sebuah aplikasi video yang sangat menghibur itu.

"Eh, bukannya Seta tadi minta kita pesenin makanan, ya?" Yossy mulai lupa-lupa ingat, beli makanan atau pesan makanan.

"Ya udah, kita pesan aja" kata Jovan memberi usulan. "Lagian kita juga ngga sempat" tambah Jovan dengan alasan yang sangat logis.

"Hookaay" jawab Yossy dengan nada yang sama seperti Jovan. "Apa dong?", Yossy harus membelikan makanan untuk tujuh orang dengan selera yang berbeda.

"Mie pedas"

"Itu masih ada ramyeon. Lagipula Yonda ngga bisa makan pedas"

"Roti aja"

"Kamu kira kenyang makan roti doang?"

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang