Cukup beruntung bagi Nanda memiliki kakak seperti Arka yang memperjuangkan hidupnya dan menyayanginya dengan sangat. Meskipun sejak awal hidupnya, ia sudah merasakan kehilangan sosok ayah. Sejak kecil baik Arka atau Nanda memang kurang beruntung. Namun, Bunda terlalu kuat untuk menyerah pada keadaan. Bekerja sekeras apapun ia lakukan. Ditambah dengam fakta Nanda terlahir dengan kelainan pada organ paru-parunya.
Karena sakitnya itu, kakaknya merubah niat. Awalnya yang ingin menjadi seorang sarjana biasa berganti menjadi seorang dokter agar bisa menyembuhkan Nanda.
Dulu, Nanda menganggapnya hanyalah candaan. Seorang kakak yang hobi tidur dan hanya menjalani hidup apa adanya mana bisa berjuang sekeras itu demi menjadi seorang dokter ditengah status ekonomi yang sulit.
Tapi memang Tuhan tidak pernah tidur. Nanda tidak pernah melihat seberapa keras Arka berjuang tau-tau kakaknya diterima disebuah fakultas kedokteran karena beasiswa dan sekarang kakaknya sudah lulus dan menjadi seorang dokter sungguhan. Nanda menyesal sudah meragukan tekadnya.
Setelah kakaknya lulus, cobaan lain datang. Bunda yang berjuang sebagai orang tua tunggal harus tetap kuat untuk membuat Nanda juga semangat dalam berjuang untuk sembuh. Yap, Nanda makin parah kala itu. Paru-parunya hampir tidak berfungsi sama sekali dan Arka semakin kalang kabut dibuatnya.
Bunda hanya bisa berdoa dan terus berada disamping Nanda sambil menggenggam tangannya lalu Arka terus konsultasi dengan dokter senior untuk merencanakan program penyebuhan untuknya.
Tidak ada cara lain hanya donor paru-paru yang bisa menyelamatkan nyawanya.
Dalam ruang serba putih dengan semua alat rumah sakit ditubuhnya, Nanda masih sangat ingat saat ia memberikan senyuman pada Bunda dan berkata, "aku pasrah, Bun" lalu Nanda menutup mata dan menyerahkan segalanya pada takdir.
Saat itu Nanda terbaring dalam koma dan kondisinya tidak memungkinkan baginya untuk selamat. Nanda juga tidak mengerti saat itu adalah batas antara waktu kematiannya atau tidak.
Operasi donor paru-paru itu dilakukan dan Nanda tidak pernah mengetahui cerita dibaliknya.
Nanda kembali membuka mata. Dia mengira sudah berada diakhirat saat melihat senyum bahagia dari Bunda dan merasakan pelukan hangatnya. Dia bingung. Dia mengira kematian sudah menjemputnya. Tapi saat Arka mendekat dan mencium keningnya, Nanda sadar ia masih hidup.
"Cita-cita Abang terwujud, Nan. Kamu selamat" lirihan Arka membuktikan segalanya.
***
Aku terbangun pada tidurku pagi ini dan melangkah menuju bayanganku sendiri dalam cermin. Karena aku memakai kaos yang terlalu besar untuk tubuhku, luka itu terlihat. Luka operasi yang sudah menyelamatkan nyawaku dan membuatku merasakan kasih sayang abang dan bunda lebih lama dari yang aku perkirakan.
Disaat aku sudah pasrah dengan hidupku, Tuhan menghadiahkan aku kesempatan yang sangat tidak ingin aku sia-siakan.
Siapapun yang memberikan kesempatan untuk hidup dan nafas dalam hidupku ini. Aku berterima kasih banyak untuknya.
Aku tersenyum pada bayanganku sendiri dan bergegas untuk memulai hari yang membosankan. Baju pilihanku kali ini hanyalah celana jeans hitam dengan kaos besar berwarna krem dengan tas punggung hitam dan juga topi sebagai penutup kepalaku. Aku tidak terlalu menyukai pakaian yang banyak aksesoris, aku juga jarang mengenakan jaket kecuali musim dingin.
Selesai dengan semua itu, aku berjalan menuju meja makan dan entah kenapa langkahku terhenti saat melihat ayah angkatku. Bagaimana aku mengatakannya? Dia menikah dengan ibuku. Ayah angkat atau ayah tiri...ya, semacam itulah.
Sebulan yang lalu, aku baru menerima kenyataan bahwa ayah angkatku itu memiliki istri sebelumnya yaitu wanita bernama Kiara yang baru saja aku kenal dan sekarang ia menjadi guru les pianoku. Kisah masa lalu mereka, sedikit banyak sudah aku ketahui. Hanya saja, aku tak memberitau bunda tentang hal ini. Toh, mereka sudah lama bercerai dan sekarang dia sudah menjadi suami ibuku.
Selain membodohi bunda, aku juga membodohi Bibi Kiara dan anaknya, Seta. Aku juga mengenalnya. Mereka berdua tidak tau kalau aku adalah anak dari istri kedua mantan suaminya.
Aku dan Kak Seta cukup dekat. Aku tidak bisa membayangkan jika Kak Seta dan Bibi Kiara mengetahui identitasku. Mereka pasti membenciku.
Nanda tidak mengetahui bahwa sesungguhnya dialah yang dibohongi dalam kisah ini...
"Nan.." Bunda memanggilku. Membuyarkan lamunanku.
Aku melangkah mendekat pada meja makan dan mengambil sarapan dengan porsi biasa.
"Nan, Bunda rasa, Bunda bisa membantu temanmu yang kau ceritakan kemarin. Beasiswa, kan?" tanya Bunda ditengah acara sarapan kami.
"Tidak usah, Bun. Sepertinya Kak Seta tidak akan menerimanya"
Suara sendok garpu yang bertemu dari piring Ayah dan Abang terhenti saat aku menyebut nama dari Kak Seta. Semuanya memandangku dengan terkejut.
"Kenapa?" tanyaku heran lalu semuanya kembali pada makanannya sendiri sementara Bunda hanya mengusap salah satu bahuku sebanyak dua kali dan tersenyum saja.
Fikiranku penuh dengan tanda tanya sekarang. []
KAMU SEDANG MEMBACA
NandArka (End)
FanfictionNanda dan Arka. Saudara Keluarga Lalu...mereka bahagia. Harusnya begitu.... @2020