Bab 28 Keadilan

1.7K 204 1
                                    

Jovan memiliki waktu libur. Kali ini dia yang menemani Nanda. Dia mengucap syukur sebanyak mungkin karena kondisi Nanda sudah stabil walaupun dia benar-benar dipindahkan ke ICU dan hanya satu orang yang boleh masuk.

Yonda harus fokus pada ujiannya sehingga tidak mungkin Yonda memiliki waktu luang. Urusan memasak Seta dan Yossy masih bisa melakukannya. Urusan bersih-bersih rumah, Yossy, Yonda, dan Dirga masih bisa diandalkan.

Karena insiden bunuh diri oleh dua pelaku itu, sidang dipercepat menjadi sidang putusan, tanpa banding. Saat ini Seta sedang berdiri disana. Dia sudah siap untuk mendengarkan kemenangannya.

Hanya kabar Arka yang sangat sulit untuk mereka ketahui. Mereka hanya mendengarnya dari Dirga itu pun tidak terlalu banyak karena Arka hanya terdiam dan mengatakan, aku masih baik-baik saja.

Jovan mengalihkan pandangan dari bukunya dan menatap Nanda yang masih tertidur. Jovan meletakan buku tebal tentang profiling tersangka itu dan mulai menatap Nanda.

"Nan, kamu jahat sekali. Gimana bisa kecelakaan itu terjadi? Kamu ngga ada niat untuk berteriak dan memanggil kita semua saat kamu kesakitan? Hm?"

Jovan menghela nafasnya begitu dalam dan tersenyum masam pada Nanda.

"Arka seperti kehilangan dirinya sendiri sejak kecelakaan itu, Nan. Semenjak kamu sakit, kami benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Kebiasaan kami berubah. Kami berenam seharusnya bisa menjagamu tapi nyatanya tetap kecolongan juga" kata Jovan diselingi dengan tawa remeh untuk dirinya sendiri.

"Aku terlalu sibuk dengan duniaku, Nan. Kita belum banyak memiliki waktu sebagai kakak dan adik. Jadi, berikan aku kesempatan untuk menculikmu dari Seta dan Arka"

Jovan mengusap kepala Nanda dengan perlahan sambil memperhatikan raut wajah Nanda. Jovan menghela nafasnya lagi, Nanda sudah terlihat kurus dan ventilator itu terlihat menyakitkan untuk dilihatnya terlalu lama.

Jovan mendekatkan jarak pada Nanda dan dia mengecup kening Nanda dengan senyuman. Hanya dengan membuka mata lagi, Nan. Kamu bisa membuat kami bahagia kembali. Aku mohon, Nan. Kak Jovan meminta padamu, sangat meminta. Jovan menatap Nanda sangat sendu lalu berjalan keluar dari ruang rawat karena sekarang adalah waktunya Nanda diperiksa.

***

"Putusan pengadilan atas kasus penyuapan, perencanaan pembunuhan, pembunuhan, pemalsuan dokumen negara, dan pemalsuan identitas. Dengan Terdakwa atas nama Edwin Daryana dengan Terdakwa Adinata dan Terdakwa Adiguna. Berdasarkan hasil persidangan, olah TKP dan penyelidikan, keduanya dinyatakan bersalah dan akan menjalani hukuman mati"

Palu Hakim diketuk. Suaranya menggema disetiap sudut ruang persidangan termasuk gendang telinga Seta.

"Untuk itu, kami semua pihak dalam pengadilan, meminta maaf kepada Saudara Jaksa Praseta Aditya dan Saudara Nanda Aditya yang telah diperlakukan tidak adil dan menerima hukuman yang tidak sepantasnya dia terima. Kami meminta maaf"

Ketiga Hakim itu berdiri dan membungkuk begitu dalam pada Seta yang tengah menangisi keadaan. Kemenangan ini adalah miliknya, hal yang selama ini dia perjuangkan. Tetapi hatinya terlalu sakit ketika nama Nanda disebut. Sudah terlambat sekali.

Maaf karena begitu lama, Nanda.

Selesai dari persidangan, disaat semua orang sudah keluar dari sana. Seta didatangi oleh orang berhoodie hitam dan memakai topi. Dia itu Arka yang sengaja menyamarkan identitasnya.

"Arka, kamu dari tadi disini?" tanya Seta dengan heran. Astaga, Arka buruk sekali. Seta tidak tega melihat wajah Arka yang sembab dan juga rambutnya yang berantakan.

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang