Bab 15 Yang Tersembunyi

1.8K 238 7
                                    

Pada malam itu ...

Sementara Arka dan Seta sedang mendiskusikan pertempuran mereka, Nanda sudah mengakhiri perjalanan. Saat ini ia sudah membuka pintu utama rumah dan secara mengejutkan ia melihat Bundanya terkapar dengan luka tembak diperut dan kepala yang menganga beserta darah yang mengelilingi tubuh Bundanya.

Nanda memekik kemudian berlari menuju Bunda yang saat ini sudah tidak sadarkan diri. "Bun! Bunda bangun, Bun!" Nanda hampir menangis. Tangannya yang gemetar menghubungi ambulan untuk segera menolong Bundanya.

Selesai dengan itu Nanda merobek lengan kaosnya untuk dijadikan balut tekan pada luka Bundanya. Demi apapun Bunda sudah memucat dan pastinya sudah banyak sekali Bundanya mengeluarkan darah.

Sebenarnya Nanda tau, itu tidak akan membantu sama sekali.

"Bunda kenapa? Apa yang terjadi, Bun?" lirih Nanda.

"Kalau saja kakakmu diam, Nanda. Bundamu pasti masih bersamamu sekarang"

Nanda tidak pernah menyangka orang yang selama ini ia hormati sebagai ayahnya meskipun dia ayah angkat kini berdiri dihadapannya dengan sebuah pisau yang masih berlumuran darah.

"Terkejut melihat siapa aku sebenarnya? Nan, kau begitu polos dan sangat mudah aku bodohi" Aditya menepuk kedua tangannya seketika datang dua pria yang membawa Bibi Kiara yang sudah tidak bernyawa.

"Brengsek!!"

Aditya memasang wajah terkejut dengan aksen mengejeknya. "Kalau saja kalian semua tetap bungkam. Tidak akan ada pertumpahan darah seperti ini, Nanda"

Nanda terjebak antara perasaan bersedih yang dalam karena kematian Bundanya dan kemarahan yang naik menuju ubun-ubun saat menatap wajah pembunuh yang ada didepannya.

"Siapa selanjutnya? Seta? Arka?"

"JANGAN SENTUH KAKAKKU!!" Nanda hanya memiliki Arka dan Nanda sangat tidak ingin kehilangan kakaknya.

Aditya makin senang dengan reaksi Nanda yang mudah terpancing. Memang benar, untuk menaklukan Seta dan Arka, ia hanya butuh Nanda.

"Buat perjanjian denganku, Nanda. Maka kedua kakakmu itu akan selamat" Aditya melempar senapan yang ada ditangannya. Nanda menatap nanar senjata itu dan memikirkan keputusan yang harus ia ambil.

Aditya melihat keraguan disana. Ia melirik pada salah satu asistennya dan memperlihatkan sebuah video yang memperlihatkan Arka dan Seta sedang bersama.

"Apa ini membantu, Nan?"

Nanda mengangkat wajahnya melihat Aditya sudah sejauh itu. Ia melirik pada jasad Bunda yang ada dikanannnya dan Bibi Kiara yang ada dihadapannya.

"Apa tujuan ayah?" mendengar sapaan itu Aditya sedikit terusik. "Dua wanita yang pernah ada dalam hidupmu kau bunuh seperti ini. Dimana akal sehatmu?!"

"Serius kau bertanya pada psikopat sepertiku, Nan?" pria paruh baya didepannya sangat menyebalkan.

"Keputusan, Nan!" Aditya mengambil ponselnya dan menyambungkan panggilan dengan mode speaker.

"Sampai mana?" tanya Aditya pada orang yang ada diseberang sana.

"Menunggu perintah untuk menembak, Tuan" Nanda sontak terkejut sangat berbeda dengan Aditya yang semakin santai.

"Tembak pemuda dengan kulit pucat itu--"

"Aku ambil!!" Nanda tidak punya alasan lagi untuk mengatakan tidak. Ini demi keselamatan kakaknya.

BUGH!!

Tanpa Nanda duga, sebuah balok kayu menghantam kepala bagian belakangnya dan membuat ia kehilangan kesadaran seketika. Nanda tidak tau apapun setelahnya.

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang