Pernikahan Ayah dan Bunda sudah berjalan selama satu tahun ini dan Nanda masih belum bisa membuka hati untuk mengenal dekat ayah angkatnya. Entah karena Nanda yang memang keras kepala atau ayah angkatnya yang memiliki maksud lain.
Sebenarnya juga masih banyak hal penting yang bisa Arka fikirkan. Tetapi segalanya tentang sang adik jauh lebih penting dari pada itu. Semenjak dia dan Nanda makan sore itu dan Nanda yang terlihat berusaha membuktikan sesuatu membuat Arka tidak bisa hanya tinggal diam dan tenang.
Arka membereskan pekerjaannya. Hari ini sudah cukup berat untuknya. Banyak pasien yang memeriksakan diri, belum lagi rencana operasi, dan beberapa laporan yang harus ia tulis.
Arka butuh kasurnya.
Nanda is calling...
"Kenapa, Nan?"
"Abang bisa jemput aku? Aku ada latihan basket sebentar nanti malam mungkin aku baru pulang"
"Sudah ijin Bunda?"
"Udah, Bang. Nanti Abang bilang lagi aja sama Bunda kalau aku pulang telat"
"Ya udah, Hati-hati"
Nanda menutup panggilan itu sepihak. Memang selalu Nanda yang menutup panggilan saat mereka saling menelfon. Arka tidak pernah memiliki kesempatan untuk melakukan itu terlebih dahulu.
Arka, Bunda, dan Ayah. Mereka duduk bertiga tanpa Nanda yang katanya pulang terlambat. Arka merasakan suasana yang berbeda tanpa Nanda disekitar mereka. Dari seisi rumah dia adalah yang paling bisa mencerahkan suasana. Meskipun hubungannya dan ayah tidak terlalu baik, terkadang Nanda selalu meminta perhatian pada Bundanya dan meminta diambilkan sesuatu yang letaknya jauh dari dirinya.
"Arka udah selesai" lalu langkahnya terhenti saat ayahnya berkata kepadanya.
"Arka, Ayah boleh bicara sebentar?"
Arka merasa otot wajahnya semakin kaku dan kedua kelopak matanya yang berkedip pelan karena heran. Tidak biasanya ayahnya berbicara bahkan meminta dengan nada bicara yang begitu serius.
"Ada apa, Yah?"
"Ayah, ini tentang Nanda, Nak. Ayah tidak mau dia salah paham. Ayah ingin menjelaskan sesuatu padanya tapi sebelum itu, Ayah ingin mendengar tentangnya darimu. Ayah belum pernah bicara serius dengannya. Apa Nanda akan mendengarkan Ayah?"
Arka tersenyum sedikit sambil membuang nafas dengan kasar sebentar. "Nanda itu pendengar yang baik, Yah. Nanda sangat menyukai kejujuran. Kalau Ayah mau membicarakan sesuatu padanya, Ayah harus jujur dan tidak menutupi apapun" jawab Arka dengan penuh keyakinan.
"Terima kasih, Arka"
***
Yang katanya bermain basket saat ini dia sedang bermain dengan situasi yang lain. Mungkin sebentar lagi ia akan mengalami masa sulit karena pilihannya sendiri.
Waktu ia melihat perselingkuhan ayahnya, ia juga mengikuti kemana ayah dan wanita itu pergi. Ayahnya itu juga mengantarkan wanitanya pulang lalu disinilah Nanda sekarang. Dia nekat untuk datang ke rumah wanita itu dan berencana untuk meminta penjelasannya lebih dahulu.
Nanda yang saat ini sedang menggunakan topi dan kerudung hoodienya berjalan mendekat menuju gerbang rumah. Ia menekan bel pintu lalu tak lama setelahnya seorang pemuda yang seusia kakaknya, mungkin. Dia membukakan pintu gerbang rumahnya dan menatap Nanda dengan tatapan heran.
"Kau tersesat? Lupa rumahmu?"
Nanda menggeleng singkat. Rupanya, pemuda itu sedikit menyebalkan.
"A-aku--"
"Siapa yang datang, Seta?" kalimat pertanyaan yang datang dengan suara lembut itu menyela kalimat Nanda yang masih terbata.
Seta hanya menggeleng singkat lalu wanita yang ia lihat satu bulan yang lalu bersama ayahnya datang menghampiri mereka berdua.
"Ada yang bisa kami bantu, Nak?"
Kalau kau tau siapa aku, apa kau tetap akan sebaik ini Nyonya?
"Nama saya Nanda, Nyonya. Saya datang kesini untuk menanyakan beberapa hal" sejak kapan aku jadi selancang ini?
Nanda mengedarkan pandangannya kesegala arah. Kedua matanya bergulir cepat untuk menemukan suatu pemikiran.
"Apa anda masih membuka les privat piano, Nyonya?" astaga, kau payah sekali, Nan!!
"Kau mau bergabung?" tanya wanita itu dengan antusias dan aku hanya mengangguk dengan kaku karena masih memikirkan ternyata aku bodoh sekali. Kemana keberanianku yang tadi?
"Seta, kamu tidak keberatan kalau dia makan sama kita malam ini, kan?"
Seta mulai jengah mendengarnya. "Ibu selalu membawa semua murid ibu untuk makan di rumah. Kalau berasnya habis bagaimana?"
Wanita itu mengibaskan telapak tangannya pada lengan kekar putranya karena gemas. "Silahkan masuk, Nak. Makan dulu lalu biarkan Seta mengantarmu sampai halte depan" kata wanita itu.
Nanda hanya mengangguk sambil mengucapkan terima kasih dengan nada rendah.
Setelah cukup dekat dengannya, wanita itu memberikan tangan kanannya untuk memberi salam pada Nanda. "Selamat datang, nama saya Kiara dan terima kasih sudah memilih tempat ini untuk belajar piano. Kau tidak perlu memanggilku ibu guru atau apalah, kau bisa memanggilku dengan Bibi saja" sambungnya.
Nanda terheran. Perempuan sesopan dan sebaik ini, mengapa dia mau jadi simpanan pria yang sudah menikah?
"Apa kau akan diam saja dan tidak membalas salam dari gurumu? Ibuku terlalu baik ternyata"
Nanda dengan cepat membalas salamnya dan mengucapkan, "terima kasih, Bibi Kiara" jawabnya.
"Seta, jangan menyebalkan begitu. Nanda tamu kita" Ucap Kiara lalu ia menyiapkan makan malam untuk Nanda dan Seta.
Nanda hanya duduk dan menatap ibu dan anak yang saling membantu untuk menyiapkan makanan. Fikiran Nanda mulai tidak jelas. Apa hanya dia satu-satunya anak di dunia ini yang makan malam di rumah selingkuhan ayahnya? []
Praseta
Akrabnya disapa Seta karena dia ngga suka dipanggil Pras (?)
Anak satu-satunya dari Kiara, wanita yang ikut berperan penting dalam kehidupan Arka dan Nanda nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NandArka (End)
FanfictionNanda dan Arka. Saudara Keluarga Lalu...mereka bahagia. Harusnya begitu.... @2020