Bab 41 Penyembuhan

2.7K 216 3
                                    

Setelah semua kekacauan kemarin, mereka berusaha untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Seta dan Arka yang terluka harus dirawat di rumah sakit tempat Arka dan Dirga bekerja. Begitu juga Nanda yang dipindah rawat kesana karena perbaikan situasi dan sarana di rumah sakit tempat Nanda dirawat sebelumnya.

Hal itu memudahkan Dirga dan kawan-kawan untuk menjaga mereka bertiga. Arka sudah lebih baik walau terkadang punggungnya harus terasa perih karena bergerak terlalu banyak. Tapi Arka sangat bisa menahannya. Seta masih memerlukan perawatan pada kakinya yang terkena luka tembak. Seta masih bisa berjalan tanpa bantuan.

Nanda, dia sudah sangat baik. Progress latihannya sampai pada latihan berjalan. Nanda sudah bisa berdiri bahkan pindah ke kursi roda. Kedua tangannya sudah cukup kuat untuk menggenggam, mengambil, mencengkram dan lain sebagainya. Saat diangkat kedua tangan Nanda bergerak bersama dan seimbang satu sama lain. Nanda juga tidak membutuhkan alat bantu pernafasan lagi, paru-parunya sudah mulai pulih kembali. Nanda hanya membutuhkanya saat kelelahan karena latihan berjalan.

Nanda berusaha untuk pindah ke kursi roda. Infusnya sudah dilepas kecuali iv cath yang masih menusuk punggung tangannya. Dia memutar rodanya dan menyusuri lorong rumah sakit sambil melihat-lihat sekitar. Masih tiga jam lagi sebelum latihannya.

Kamu merebut hidupku!

Aku janji akan menjaga Kak Seta dengan baik.

Nanda tersenyum ketika mengingat mimpinya dengan almarhum adiknya Seta. "Terima kasih sudah percaya padaku lagi" gumam Nanda dengan suara pelan.

"Kak Seta~" panggil Nanda sambil membuka pintu kamar rawat Seta. Dilihanya Seta yang sedang membaca berkas perkara entah milik siapa disofa dengan tangan yang masih tertancap infus.

"Astaga, Nan. Biar Kak Seta saja yang menghampiri kamu, akh!" , Seta terkejut sampai harus berdiri tanpa memperhatikan lukanya.

"Hati-hati kakinya Kak Seta. Sedang apa, Kak?" Nanda mendekat dan ikut membaca beberapa kertas dihadapan mereka berdua. "Kak Seta yakin dengan ini? Kak Seta masih sakit dan--"

"Sssttt.... Kamu ini cerewet sekali mentang-mentang sudah sembuh" Nanda mengerutkan dahinya kesal. Bagaimana tidak? Seta akan menjadi jaksa pada sidang dimana mereka akan dipertemukan kembali. Yap, Adinata, Adiguna, Praseta.

"Kak Seta harus benar-benar menyelesaikannya, Nan. Harus sampai pada akar-akarnya. Selain itu, Kak Seta sangat ingin mendengarnya setidaknya sekali". Seta menoleh pada Nanda dan menatapnya dalam. "Aku melakukannya. Begitu" ucap Seta kemudian.

"Lalu apa butuh aku dan Bang Aka untuk bersaksi?"

Seta menggeleng samar. "Tidak, Nan. Kita semua adalah korbannya. Sidang ini langsung ke putusan dan menggali lebih dalam semua pelanggaran yang mereka lakukan"

Nanda tidak sengaja menatap meja didekat bed Seta yang disana masih ada sarapan Seta utuh.

"Setidaknya Kak Seta harus makan dulu" ucap Nanda dengan nada bicara yang lembut.

"Iya" jawab Seta.

"Sekarang!"

"Iya"

Seta berjalan pelan menuju sarapannya dan membawa makanan untuk kembali ke posisinya semula.

"Ini apelnya buat kamu aja, Nan", Seta menyodorkan buah apel itu pada Nanda.

Nanda menerimanya dengan senang hati. Tiap gigitan Nanda tidak lepas dari tatapan Seta. Dulu almarhum adiknya juga sangat menyukai apel. Cara Nanda memakannya sama persis. Seta benar-benar menemukan lagi adiknya yang hilang. Seta berterima kasih dalam hatinya pada Tuhan.

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang