Arka membaca kata demi kata artikel kesehatan tentang pembekuan darah pada otak, infark batang otak, dan cedera kepala. Semuanya mengerikan, stroke dimasa muda karena benturan tidak pernah Arka fikirkan. Apalagi itu adalah resiko yang akan dialami Nanda sampai pada kematian otak yang tidak mungkin bisa disembuhkan. Artinya, Nanda tidak bisa hidup tanpa alat rumah sakit.
"Arka, aku pulang dulu-" kalimat Dirga mematung. Ia masih memegang kenop pintu sambil memperhatikan sahabatnya. Dirga sangat mengerti arti tatapan itu.
Dirga, Yonda, baik Jovan atau pun Yossy, mereka juga merasakan ketakutan yang sama atas kondisi Nanda. Lalu bagaimana dengan Arka yang merupakan kakak kandungnya? Atau Seta yang juga kakaknya meski pun beda ibu?
"Nanda periksa lagi, kan? Hari ini hasilnya bagaimana?" tanya Dirga yang tidak jadi pulang. Ia memilih duduk dihadapan Arka dan menunggu jawaban.
"Kemarin, Yonda yang mengantarkannya. Tapi Jovan juga ada disana. Katanya semuanya masih baik-baik saja. Tapi yang aku lihat Nanda sering tidak menghabiskan makanannya. Kata Jovan, Nanda juga mengeluh sulit untuk menelan dan kedua tangannya yang makin melemah. Operasinya tiga hari lagi, artinya besok, Nanda harus dirawat di rumah sakit untuk persiapan"
Arka akhirnya menoleh pada Dirga yang sedang ikut memikirkan adiknya. "Gimana sidang ayah kamu?"
Dirga mengangkat wajahnya sedikit dan memberikan senyumnya. "Ayahku, dia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hanya saja, pemalsuan dokumen kesehatan Nanda yang makin panjang. Aku dengar orang yang melakukan itu dulunya adalah tersangka pembunuhan yang pernah dibela oleh Kak Yossy. Dan sekarang, ia meminta Kak Yossy untuk membelanya lagi"
Arka menyandarkan punggungnya pada kursi. "Kak Seta pasti tertekan sekali" gumamnya lirih.
Dirga hanya menggeleng singkat. Kalau saja Dirga bisa membantu dua kakak didepannya ini, pasti sudah sejak kemarin ia lakukan. Nyatanya, Dirga hanya bisa memberi semangat.
"Kamu mau libur malam ini? Biar aku yang menggantikan jadwalmu lagi"
Arka mengerutkan dahinya, "Dirga, kamu udah tiga kali lembur dan besok kamu masih masuk pagi. Udah, Dirga. Jangan gini terus"
"Ngga masalah, Arka. Kamu bisa gantiin jadwalku kalau aku juga lagi butuh. Anggap aja kamu berhutang padaku. Jangan lihat ini sebagai aku yang kasihan padamu"
Dirga tau Arka paling benci untuk menyusahkan orang lain. Arka tau Dirga adalah teman dan sahabat yang sangat baik dan memahami sifatnya.
"Hanya malam ini, Dirga" ucap Arka dengan penegasan.
"Iyaa, sudah sana siap-siap pulang"
Arka hanya melepaskan jaket dokternya dan menepuk salah satu bahu Dirga sebagai ucapan terima kasih. Arka memang tidak terbiasa berterima kasih melalui ucapan. Dia akan membalas budi Dirga melalui tindakan. Ya, begitulah si dingin Arka.
***
Seharusnya suasana malam kali ini begitu ceria karena Seta sudah bisa pulang seperti biasanya. Tetapi mendengar bahwa Yossy yang akan kembali menjadi pengacara Edwin membuat suasana yang harusnya ceria berubah menjadi kaku dan tidak ada satu pun yang berani berbicara.
"Yos, kalau kamu ngga ambil perkara ini, sidangnya ngga akan lanjut"
"Dia bisa memilih pengacara yang lain"
"Edwin ngga mau ambil pengacara yang lain. Dia punya hak untuk memilih pengacara sesuai dengan keinginannya. Kita terjebak dalam dunia hukum yang tidak ada batasnya, Yossy"
"Kenapa kau terlalu memikirkan dia? Semua bukti sudah jelas. Langsung penjarakan saja!"
"Yossy, mana ada persidangan tanpa seorang pengacara? Itu namanya menghakimi dan tidak ada istilah seperti itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
NandArka (End)
FanfictionNanda dan Arka. Saudara Keluarga Lalu...mereka bahagia. Harusnya begitu.... @2020