Bab 35 Sampai Bertemu

1.8K 217 11
                                    

Nanda membuka kedua mata dan dia masih ada ditempat yang sama. Ia melirik kesebelah kanan dan disana sudah ada Dokter Sammy yang menanganinya.

Kedua manik mereka bertemu untuk sesaat. Dokter Sammy menggeleng pelan. "Kali ini, hanya untuk sistem pernafasanmu saja, Nan. Dan, aku tidak mau lagi kau memaksakan dirimu"

Nanda mengangguk. Dia bersyukur karena Dokter Sammy masih ingin melatihnya. Kemarin, memang Nanda terlalu egois dan meminta untuk latihan otot serta persendiannya. Lalu, apa yang Nanda dapatkan dari memaksakan diri itu?

Dokter Sammy mengubah mode ventilatornya untuk melatih pernafasan Nanda secara spontan. Satu menit sampai pada menit keempat, Nanda berhasil melakukannya. Tapi setelah menit kelima dan seterusnya, Nanda mulai kesusahan.

Nanda beristirahat sejenak dengan kedua kelopak yang berkedip pelan dan keringat yang mulai membasahi leher dan dahinya. Batinnya bertanya mengapa begitu sulit?

Kau merebut kehidupanku!

Nanda menarik nafas begitu dalam dengan wajah paniknya.

"Nan, jangan panik. Semuanya baik-baik saja. Kau masih dalam pengawasan" nasehat Dokter Sammy yang berhasil menyelamatkan Nanda dari rasa sesak yang akan menyerang.

"Oke, sekali lagi". Dokter Sammy mengubah mode ventilatornya lagi. Ia memperhatikan Nanda yang sedang berlatih. Ketakutannya selalu pada menit kelima. Ketika Nanda menggeleng, Dokter Sammy menghentikan terapinya.

"Tidak peduli berapa kali aku terjatuh dan kondisiku yang terus seperti ini. Aku hanya meminta sembuh dan kembali menjadi Nanda tanpa alat rumah sakit seperti ini"

"Aku rasa cukup, Nan. Istirahatlah". Dokter Sammy beranjak pergi. Nanda kembali terlelap karena lelah.

***

"Nanda, pelan-pelan aja. Kalau masih capek, kamu tidur lagi ngga apa-apa", ucapan Arka itu terus terdengar saat Nanda mencoba untuk membuka mata. Nanda tidak tau kalau Arka sedang disampingnya.

"Dokter Sammy mengubah mode ventilatormu lagi. Jika nanti kau merasa sesak, kamu bilang ya sama Bang Aka". Arka mengambil remote pengatur suhu ruangan dan menyalakannya pada suhu normal, sekiranya Nanda tidak kedinginan.

"Sekarang, kamu baik-baik aja kan?" Arka memperhatikan Nanda dengan baik untuk beberapa saat. Dilihatnya Nanda mengangguk.

"Syukurlah. Dokter Sammy bilang kamu sangat baik dalam menjalani terapi. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya memang kamu belum bisa lepas dari ventilator itu. Tidak apa, kan?"

Nanda mengangguk.

"Bang Aka senang mendengarnya, Nan. Dokter Sammy juga bilang tidak ada gangguan pada kemampuan koordinasi dan pemahamanmu. Hanya saja sirkulasi darah dan oksigenmu ke otak yang terganggu karena paru-parumu yang bermasalah. Itu saja. Kita harus menyelesaikannya satu-satu. Kamu harus semangat, ya"

Nanda mengangguk lagi dengan senyuman yang bisa dilihat dari sorot kedua maniknya.

"Kamu merindukan kakak-kakakmu?". Arka bisa melihat Nanda yang antusias hanya dengan menatap lebih lekat wajah adiknya itu.

"Baiklah. Kita telfon mereka". Arka mengubah posisi tidur Nanda menjadi setengah duduk. "Tidak apa posisi tidurnya seperti ini, Nan?"

Nanda mengangguk. Arka menelfon yang lainnya. Dengan sabar, Arka menunggu.

"Arka"
"Hey, hey, hey"
"Yo!"
"NANDAAA~"
"Hallo, Nanda~"
"Aduh, adikku udah bisa telfon kakaknya sekarang~"

Sekarang, harus bagaimana kalau audionya tumpang tindih begini? Arka kebingungan untuk menjawab pertanyaan mereka.

"Nanda gimana kondisinya?" tanya Seta yang bisa terdengar jelas oleh Arka.

"Nanda baik-baik saja. Kata Dokter Sammy, dia menjalani terapinya dengan baik" jawab Arka.

"NAN, GAME"
"Nanda baik-baik saja? Oh syukurlah"
"Nan, aku harus lembur, lembur"
"Aku juga lembur, Nan"
"Ya! Mana aku tidak melihatnya"
"KAK, berikan ponselnya pada Nanda"

Nanda hanya bisa tertawa sedikit dibalik alat bantu pernafasannya. Sesekali Nanda melirik Arka yang kebingungan dengan kebisingan mereka.

"Nan, aku lembur, bur, bur, bur"
"Nan, aku juga lembur, lembur, bur"

"Sudah Jovan, Yossy. Suara kalian itu tumpang tindih jadi tidak enak didengar" kesal Arka dengan suara datarnya.

"Nan, pipiku mengembang karena aku memakan semua makanan yangbada dirumah, harusnya aku makan bersamamu" keluh Yonda yang bisa oleh semuanya.

"Oh jadi kau yang selalu menghabiskan coklat milikku yang ada dikulkas? Oh, aku kesal" balas Dirga dengan wajah kakunya.

"Itu kulkas bersama. Beli kulkas sendiri kalau kau tidak mau berbagi" dua orang yang lahir ditahun yang sama ini memang selalu mencerahkan suasana.

"Mana Nanda?" tanya Seta yang langsung membuat Arka mendekatkan ponselnya ke wajah Nanda.

"NAN, FIGHTING!!"
"Nan, cepat sembuh"
"Nanda, semangaaaatt"
"Nan, jangan bandel, ya. Dengarkan ucapan kakak-kakakmu dan dokter. Kamu harus optimis, fighting!"

Hanya Seta yang masih diam dan menatap wajah Nanda. Dia membuat Nanda dan yang lainnya menunggu.

"Kami menunggumu, Nan". Akhirnya, Seta mengucapkan kalimat yang begitu tulus untuk menyemangati adiknya.

"Baiklah, adikku harus beristirahat. Nanda, kau mau menyapa mereka lagi?"

Nanda menggerakan tangan kanannya didepan ponsel. Walaupun lemah tapi Nanda berusaha untuk mengucapkan, sampai bertemu dirumah, Kak.

"Pa-Bye, Pa-Bye, kelinciii~"
Dirga dan Yonda hanya tersenyum sambil melambaikan tangan dengan penuh semangat.
"Sampai bertemu, Nanda!"
"Cepat sembuh, Dek"

Panggilan itu terputus satu demi satu. Arka kembali menatap adiknya setelah meletakan ponsel diatas meja.

"Sudah hilang rindunya?" tanya Arka jahil dan Nanda hanya menjawab dengan mengangguk secepat yang dia bisa.

"Kamu mau tidur diposisi setengah duduk saja?", lagi Nanda hanya mengangguk. "Baiklah, Bang Aka naikan dulu bagian bawah bednya biar kamu lebih nyaman"

Arka membenarkan selimut Nanda lalu mematikan satu lampu yang menerangi ruangan Nanda. Aeka mengusap kepala Nanda sampai adiknya benar-benar terlelap. []

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang