Bab 11 Kebenaran Belum Terungkap

2K 278 18
                                    

Seta terdiam memikirkan semua fakta yang berhasil ia kumpulkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seta terdiam memikirkan semua fakta yang berhasil ia kumpulkan. Jalanan yang menjadi TKP sudah banyak berubah apalagi disana sangat minim CCTV dan saat kejadian tidak ada saksi yang melihat truk itu sengaja menabraknya dan adiknya.

Terkadang, Seta berfikir apakah selama ini ia hanya mencari yang tidak pernah ada? Apakah kecelakaan itu memang murni kecelakaan laka lantas?

Tapi, seseorang dengan jas hitam yang melangkah mendekat padanya saat ia sedang kesakitan tidak akan pernah dia lupakan.

Seta sangat yakin kecelakaan itu memiliki maksud dibaliknya.

Dokumen itu terus ia simpan dalam laci paling bawah pada meja kerjanya. Dokumen kecelakaannya sendiri yang masih menjadi misteri. Seta sempat mendatangi TKP beberapa hari yang lalu dan yang ia temukan adalah fakta baru.

Sopir truk yang menabraknya sudah lama meninggal karena pembunuhan tanpa nama yang sampai saat ini belum ditemukan tersangkanya. Fakta ini semakin menguatkan dugaannya tentang kebenaran dibalik kecelakaan itu.

Belum lagi dengan kenyataan bahwa ponsel Arka disadap. Yang menjadi pertanyaan kini, untuk apa Arka juga diikutkan dalam peperangannya ini? Apakah Arka ikut terlibat dalam kecelakaannya dulu?

Seta kembali membuka dokumen pembunuhan dari sopir truk yang menjadi literaturnya. Ia baca dengan teliti setiap kata agar ia paham kronologi kejadian perampokan yang tidak sengaja menjadi tragedi pembunuhan.

Semua saksi di pengadilan merupakan tetangga dekat dan mereka hanya melihat tersangka yang sudah jelas tertangkap di TKP. Tidak ada barang bukti apapun. Jalan Seta buntu.

Seta berfikir kembali. Jika memang mungkin...

Orang yang melakukan pembunuhan itu adalah orang yang sama yang merekayasa kecelakaannya.

Seta berjalan menuju rak buku yang dibaliknya tersimpan misteri yang sudah ia simpan selama ini. Skema dari kasus kecelakaannya.

Dirga, dokter kedua yang menangani adikku

Arka, dokter pertama yang menangani adiknya.

Nanda, penerima donor paru-paru.

Kedua orang tua Arka dan Nanda. Fakta ayah Seta menikah dengan ibu dari Arka dan Nanda.

Pihak rumah sakit yang begitu memaksa ayahnya dan Seta untuk setuju dengan donor jantung itu.

Semuanya Seta simpan dalam skema yang ia buat sendiri. Sampai pada seseorang yang harus ia gali lebih dalam adalah... Arka.

***

"Kak Seta. Kak.."

Seta langsung menutup rak buku tersebut dan berjalan cepat menuju pintu kantor miliknya. Disana sedang berjalan Nanda yang kegirangan menyapanya dengan lambaian.

"Kamu? Nan, kok kesini?" heran Seta kemudian.

"Iya, Bang Aka lagi sibuk jadi aku mampir sambil nunggu"

"Emang kalian mau kemana?"

Nanda tersenyum seadanya, "rumah sakit. Konsultasi kesehatan jantung milikku"

Tangan Seta yang sedang membereskan berkas menggantung diudara begitu mendengar jawaban Nanda.

"Nan, kamu sakit?" rasa cemas langsung mneyelimuti Seta. Ia mengecek setiap sisi tubuh Nanda yang membuat pemuda itu heran dengan sikap Seta yang menurutnya berlebihan.

"Bang Aka tidak pernah sekhawatir ini padaku. Kak Seta, aku baik-baik saja" Nanda menurunkan kedua tangan Seta yang sedang mengusap kedua sisi wajahnya.

"Seandainya Bang Aka punya raut khawatir yang lucu seperti itu pasti aku rela sakit setiap hari"

"Kamu ini!" Seta mendorong kepala Nanda sedikit. "Tidak ada yang ingin kau sakit, Nan"

"Aku juga tidak, Kak Seta. Aku sudah diberikan kesempatan kedua melalui orang baik yang telah mendonorkan paru-parunya padaku"

Nanda meraba permukaan dada kirinya lain dengan Seta yang sedang dilanda rasa penyesalan dengan rasa sedih. Itu milik adikku, Nan.

"Jika aku bisa berterima kasih padanya dengan cara apapun. Akan aku lakukan, Kak Seta"

Nanda menoleh pada Seta dan menemukan Seta sedang melamun menatap jauh ke depan.

"Kak Seta terkejut aku pernah sakit atau Kak Seta dari tadi tidak mendengarkanku? Kak. Kak Seta.."

Seta menggeleng samar, "Nan, kenapa kamu tidak pernah mencoba untuk menanyakan pada Arka tentang siapa yang mendonorkan jantung itu padamu"

Nanda tertawa hambar, "kenapa harus bertanya padanya-" Nanda berdiri dari duduknya dan berdiri tegak dihadapan Seta yang masih pada posisi yang sama.

"Kalau aku bisa bertanya pada Kak Seta"

Seta menukikkan alisnya begitu dalam. Ia mulai takut jika Nanda sudah mengetahui tentang donor jantung itu.

"Atau, aku harus bertanya pada Bibi Kiara?"

Raut Nanda semakin berubah. Seta mulai merasa Nanda sedang melakukan introgasi padanya. "Nan, maksud kamu apa?" masih saja Seta mencoba untuk mengelak.

"Ini paru-paru adiknya Kak Seta, bukan?"

Seta reflek bediri dan menatap Nanda dengan rasa terkejutnya. Sementara Nanda tetap terdiam dengan wajah kecewanya.

"Kenapa Kak Seta cuman diem aja sekarang?" Nanda menggunakan kakinya untuk selangkah lebih dekat pada Seta. "Kak Seta sama aja bohong. Bang Aka dan Kak Seta menyembunyikan semua ini!"

"Nan! Kamu ngga tau kalau ini lebih dari pada yang kamu fikirkan"

"Kak Seta dendam? Kalau memang Kak Seta ingin menghancurkan Kak Arka. Maka Kak Seta harus menghancurkan aku dulu!"

Nanda pergi begitu saja dengan rasa sesak yang sejak tadi menghujam dadanya.

Seta frustasi ditempat dengan menjambak sedikit rambut hitamnya ia mencoba untuk menemukan jalan keluar. Darimana dan bagaimana Nanda bisa kehilangan kepercayaan dengannya.

Arka?

Ya, Seta harus cepat-cepat menemuinya. []

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang