Bab 26 Setelah Malam yang Mengerikan

2K 223 8
                                    

Mimpi buruk mereka menjadi kenyataan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mimpi buruk mereka menjadi kenyataan. Seta dan Arka yang paling hancur. Setelah operasi itu Nanda seharusnya membaik. Ia seharusnya bisa menggerakan kedua tangannya dan menggenggam sesuatu dengan kuat. Nanda harusnya tidak perlu makan makanan yang lembut lagi. Dia bisa menjadi tukang makan seperti kemarin.

Bermain game bersama Yonda.

Liburan bersama Dirga.

Lebih suka tidur bersama Yossy setiap malam.

Sereceh mungkin bersama Jovan.

Memasak setiap hari bersama Seta.

Terakhir, membuat senyuman selalu ada diwajah dingin Arka.

Nanda ingin mengabadikan semua itu melalui video yang akan ia edit menjadi sebuah film yang bisa mengingatkan mereka pada kenangan. Nanda ingin semua kakaknya terhindar dari rasa takut dan masa sulit mereka.

Ini sudah pukul tiga pagi dan tidak ada yang berani untuk bicara setelah Nanda selesai dioperasi sejak satu jam yang lalu. Ucapan dokter yang menangani Nanda terus terngiang dalam kepala mereka dengan jelas, sangat jelas.

Kerusakan terjadi hampir 90% pada jaringan otak dan pembuluh darah Nanda. Kita hanya bisa berdoa.

Arka mengamuk saat itu. Sudah bisa dipastikan olehnya bahwa akan sangat sulit bagi Nanda untuk sembuh. Seta melemas dan tidak mampu berbuat apapun sampai saat ini. Semua netra mereka memerah dan Arka yang paling sembab.

"Harusnya aku menemani dia. Kenapa aku harus sibuk dengan gameku!" kemudian Yonda menyembunyikan wajahnya dalam kedua telapak tangan. Yossy yang ada disampingnya memeluk dan menenangkan adiknya.

"Yonda, ngga ada yang salah. Ini kecelakaan" ucap Yossy dengan berbisik. Ia mengusap air mata adiknya dengan lembut dan membiarkan Yonda bersandar dibahunya.

Dirga baru saja sampai disana. Dia terpaksa menghentikan laju larinya karena menatap kekacauan dan kesedihan didepannya. Dirga menggeleng keras sambil berjalan menuju Arka yang sedang menunduk sambil menatap kosong darah Nanda yang mengotori tangannya.

"Nanda baik-baik aja, kan?!" bodoh. Dirga hanya menyangkal kenyataan saja. Jika sudah sampai seperti ini, mana ada yang baik-baik saja.

"ARKA!!" desak Dirga sambil mengguncangkan dan meremat kerah kemeja Arka.

"Hentikan, Dirga" Jovan yang menjawab. Dirga langsung beralih padanya dan menatap Jovan dengan tatapan nanar.

"Kak Jovan yang mengantar Nanda periksa hari ini, dia baik-baik saja. Aku tau itu! Kita masih merencanakan liburan juga--"

"Tolong. Hentikan Dirga" sekali lagi Jovan memohon dan menatap Dirga teramat sendu. Jovan tidak kuat untuk menjelaskan. Dirga seorang dokter dan seharusnya dia tau arti tatapan itu.

Kembali, Dirga menggeleng keras dan menolak kenyataan. "Ngga mungkin! Nanda ngga mungkin!! Dia pasti bangun lagi! Nan!! NANDA!!"

Jovan akhirnya memeluk pemuda itu dengan erat setelah Dirga menyadari kenyataan yang ada didepannya. Ini memang berat, sangat berat untuk mereka pikul.

"Hiks, Hiks" akhirnya, Arka terisak kuat sampai tenggorokannya yang sakit juga ikut terdengar melalui suaranya yang begitu parau dan serak.

Seta yang berada disampingnya lalu merangkul Arka. Hanya itu, yang bisa dia lakukan. Seta tidak bisa berbuat banyak. Dokter itu benar, mereka hanya bisa berdoa.

***

Jovan dan Yossy mengurus Dirga dan Yonda yang masih terpukul dengan keadaan. Arka yang masih enggan untuk pulang dan Seta yang ingin memastikan adiknya baik-baik saja.

Seta meninggalkan Arka yang tengah menemani Nanda dalam tidurnya sementara dirinya mencari sesuatu untuk bisa mereka makan. Walaupun Seta tau tidak ada diantara mereka yang ingin mengisi perutnya.

Arka menggenggam tangan Nanda dan terus mengusap kepala Nanda yang sakit. Dia pandangi adiknya dan berharap, Nanda akan bangun.

Nanda pasti bangun.

"Sekecil apapun kemungkinan itu, Nan. Kamu pasti bisa menggunakannya dengan baik. Biar pun semua dokter mengatakan kamu tidak bisa bangun lagi tapi Bang Aka percaya kamu tidak akan pernah meninggalkan Abang"

Arka semakin mendekat pada Nanda dan memperhatikan wajah yang tertutup dengan ventilator itu dengan tatapan lekat dan penuh permohonan.

"Apa yang harus Bang Aka lakukan kalau kamu benar-benar pergi meninggalkan Abang? Gimana bisa Bang Aka hidup tanpa kamu, Nan?" lirih, semakin lirih. Dalam, semakin hancur hati Arka menatap adiknya sendiri.

"Cuma Nanda yang Bang Aka punya. Cuma Nanda. Jadi, Nanda ngga boleh ninggalin Abang. Janji sama Bang Aka kalau kamu akan bangun lagi, ya"

Arka menautkan kelingkingnya dan kelingking Nanda. Ia tersenyum walaupun dengan hati yang seakan tersayat begitu kejam.

"Janji ya, Nan. Jangan tinggalin Abang" Arka mulai menangis. "Ini untuk pertama kalinya, Bang Aka memohon sambil menangis dihadapan kamu, Nan"

Arka tidak kuat lagi. Dia meletakan kepalanya diatas lipatan tangannya dan tangan Nanda.

"Naann... Nanda bangun, Dek. Nanda..." Arka menggeleng keras. "Ini cuma mimpi buruk Bang Aka, kan? Nanda, jangan bohongin Bang Aka seperti ini, Dek..."

Disela tangisnya, Arka sempat menjerit dan mengerang kesakitan padahal tidak ada sedikit pun luka pada fisiknya.

Melihat Arka yang hancur membuat Seta mengurungkan niatnya untuk mengajak Arka sarapan. Seta harus memberikan waktu untuk Arka menangis. Sedari tadi, Arka menahannya dan Seta sangat tau akan hal itu.

Arka terlihat kuat tapi begitu rapuh dan dalam untuk orang yang sangat ia sayangi. Seta yang terlihat penyayang tapi begitu keras dan tegas. Seta terbiasa dengan kehilangan tapi dia tidak ingin kehilangan Nanda.

Ibunya, adiknya. Semua itu sudah sangat cukup untuk Seta alami.

"Kamu bilang kamu ingin menghabiskan waktumu dengan kami lebih lama, Nan. Tapi bukan ini kan yang kamu maksud? Bukan Nanda yang terbaring koma entah sampai kapan. Kami ingin kamu menjadi Nanda kami yang cerewet dan selalu ceria seperti biasanya. Nan, kami semua sangat takut. Perang ini belum berakhir dan kamu harus ikut bertahan dengan kami. Nanda, jangan berkorban lagi untuk kebahagiaan kami. Jika kamu pergi, kau juga akan mengambil semua yang kami punya. Bangun dan lihat kami sekali lagi, Nan. Kami sangat menyayangimu"

Seta menutup pintu kamar rawat Nanda sepelan mungkin. Sedetik kemudian dia hanya bisa menghempaskan tubuhnya dan menangisi segalanya. Seta membekap mulutnya agar tangis itu tidak terdengar memilukan.

"Kak Seta tidak ingin kehilangan lagi, Nan. Sudah cukup" ujarnya dengan memukul dadanya sendiri.

Seta dan Arka. Haruskah mereka kehilangan adiknya sebagai ganti kemenangan untuk perang yang sedang mereka jalani saat ini? []


Souyaa

Tolong jangan hujat souyaa.🙏🌻

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang