Bab 19 Kembali

1.8K 229 22
                                    

Rumah itu sudah kembali seperti semula dengan bantuan sahabatnya. Arka berhasil membersihkan segala kekacauan yang sempat terjadi disana. Tapi bukan dengan hati mereka. Agaknya, Nanda begitu takut untuk menginjakan kaki di rumahnya lagi. Tapi apa boleh buat? Dia sekarang sudah menjadi tahanan rumah yang harus isolasi dulu dari dunia.

Sejak tadi Nanda selalu memainkan kuku jarinya dan menatap pemandangan dari dalam jendela mobil. Tatapannya begitu gundah dan takut. Ia memikirkan banyak hal.

Semua itu tidak luput dari pandangan Arka. Sementara Seta dan Jovan sedang berdiskusi tentang kasus lanjutan. Dirga? Dia harus berada dipengadilan untuk wawancara dengan penyidik. Demi apapun, semua pihak direpotkan hanya karena bisnis.

Arka menatap Nanda dengan teliti. Bagian kepala belakang Nanda, tepatnya dileher, masih terdapat lebam yang membiru disana. Sekeras apa Nanda dipukul hingga lebam itu masih disana bahkan untuk waktu yang lama. Arka menangkup jemari gemetar Nanda yang membuat sang adik menoleh cepat padanya.

"Kenapa Bang Aka?" tanya Nanda pelan dan hanya Arka yang mendengar.

"Nan, kamu yakin belakang kepala kamu baik-baik aja?"

Nanda mengangguk yakin tapi tidak dengan Arka yang tidak gampang percaya.

"Kamu ngga perlu periksa? Itu masih lebam, Nan" tanya Arka lagi memastikan.

"Aku rasa, memang karena balok kayu itu menghantamku dengan keras, Bang. Tapi aku udah ngga ngerasa sakit lagi, kok" jawab Nanda.

Arka memainkan bibirnya sebentar. Ia menoleh pada kursi depan mobol tanpa melepaskan genggamannya pada Nanda.

"Jovan, hasil pemeriksaan kepalanya Nanda bagaimana?"

Pembicaraan Jovan dan Seta terhenti. Seta fokus ke jalanan dan Jovan memutar kepalanya untuk menatap Arka.

"Pukulan itu memang keras dan menyebabkan Nanda tidak sadarkan diri cukup lama. Pukulan itu juga membuat Nanda kehilangan fokus dan beberapa ingatannya. Tapi tidak ada perdarahan disana atau sesuatu yang berkemungkinan buruk. Apa terjadi sesuatu?" tanya Jovan yang mulai ikut cemas.

"Masih ada lebam. Aku takutnya itu perdarahan dari dalam batang otak atau semacamnya"

Jovan mulai mengerti, "aku bisa mengurus perijinan jika Nanda memang harus periksa. Aku yakin kalau masalah kesehatan tidak akan ada halangan. Kecuali, media yang akan terus menghampiri kalian" ucapan Jovan melemah diakhir. Kasus  Nanda ini memang cukup menyita perhatian netizen.

Arka mengangguk dan mengucapkan terima kasih melalui sorot matanya. Ia menoleh lagi pada Nanda.

"Kita lihat lagi, ya. Kalau Bang Aka ngga mau ceroboh", Nanda menghela nafasnya dan menatap Arka yang sedang mengkhawatirkannya.

"Kalau Bang Aka ngerasa gitu. Aku ngikut Bang Aka aja" final. Nanda tidak mau membuat keputusan dan berakhir pada kesalahan seperti kemarin.

Nanda hanya takut kalau tiba-tiba dua orang pembunuh itu datang ke rumah dan melukai kakaknya.

***

Jovan, Seta, Arka dan Nanda sampai ditujuan. Seta bertugas untuk memasak, Jovan masih mengurus berkas dan juga membaca beberapa kasus. Arka juga bertugas didapur sementara Nanda bertugas untuk menyiapkan tempat mereka untuk makan malam.

"Aku pulang" sapa Dirga yang baru saja datang dengan belanjaan yang harus ia bawakan.

"Kau bawa yang aku pesan, kan?" tanya Arka dengan nada datarnya.

"Aku bukan pelupa" jawab Dirga dengan nada jahilnya.

"Mana Nanda?"

"Diluar"

NandArka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang