Meskipun di rumah Arka sudah ada kamar tapi mereka tetap memilih tidur disembarang tempat. Apalagi Seta yang masih harus membaca semua berkas perkara. Kasus yang ia tangani bukan hanya lanjutan kasus milik Nanda tapi juga kasus yang lainnya.
Ia masih begadang di ruang keluarga bersama Jovan yang sudah tertidur sejak tadi. Yossy yang juga bekerja sebagai pengacara tidak membiasakan begadang. Yossy lebih suka mengatur waktunya untuk istirahat dan bekerja, sebisa mungkin harus ada waktu untuk dirinya sendiri.
"Kalian belum selesai?" tanya Yossy yang entah terbangun dan menghampiri Seta. "Jovan tertidur? Aku bantu sini" tawar Yossy kemudian.
"Kamu ngga biasa begadang, Yos. Balik tidur lagi sana" tolak Seta dengan suara yang serak.
"Serius, Seta. Kamu udah kecapean banget. Tidur aja sebentar biar aku yang baca kelanjutannya" Seta tidak akan menuruti. Dia hanya menyandarkan punggungnya pada sofa sambil memikirkan alibi seperti apa untuk membuat paman-paman itu mengakui kejahatannya.
Jovan merenggangkan lehernya yang sakit lalu menegakkan punggungnya kembali.
"Jo, kamu ke kamar aja sana" tegur Yossy. Memang, Yossy yang paling teratur dan paling perhatian diantara mereka. Yossy juga selalu bisa memperhatikan semua opini dan mencari solusi disetiap perdebatan.
"Ngga, aku tadi cuma tidur sebentar" jawab Jovan dengan suara yang masih parau.
"Kalian benar-benar pekerja keras" gumam Yossy yang memilih untuk mengambilkan minuman untuk mereka bertiga.
"Jovan, surat ijin Nanda sudah selesai, bukan?" tanya Seta yang tiba-tiba teringat.
"Ah, iya. Aku lupa mengecek emailku lagi. Sorry, sorry.." Jovan segera membuka ponsel lipatnya dan membaca semua email yang masuk.
Untung, temen.
"Sudah. Nanda diberikan ijin untuk periksa. Nanti hasil pemeriksaannya akan aku antarkan ke kepolisian"
Seta tersenyum tipis. "Thanks, Jovan" lanjutnya.
Jovan mengambil hasil pemeriksaan fisik Nanda yang masih menjadi berkas miliknya. Disaat yang sama Yossy datang dengan tiga cup coklat hangat, bukan kopi.
"Menurutmu, pemeriksaan ini palsu, Seta?"
"Apa yang palsu?" tanya Yossy yang belum mengerti.
"Apa maksudmu?" tanya Seta yang mulai khawatir.
"Dari pemeriksaan fisik Nanda, tidam ditemukan luka yang serius atau pendarahan. Nanda juga melakukan CT Scan kepala dan entahlah..."
Ucapan Jovan yang mematung membuat Seta terbenam dalam berbagai kemungkinan. Yossy mengambil berkas itu dan membacanya perlahan.
"Yossy, Seta, memang ini hanya pemikiranku saja. Nanda melakukan pemeriksaan itu dihari pertama kejadian itu terjadi. Jika hasilnya buruk, Nanda bisa langsung bebas dan tidak perlu ada dipenjara berbulan-bulan. Tapi, jika hasilnya baik-baik saja, Nanda pasti bisa kena hukuman pidana" Jovan menghela nafasnya kasar, "aku juga ikut khawatir pada kondisi Nanda. Kalau sampai benar dia terluka cukup parah. Itu artinya berbulan-bulan luka itu dibiarkan disana" tambah Jovan.
"Aku rasa, aku pernah menangani kasus dengan korban penganiayaan seperti yang dialami Nanda. Korban itu memang hanya memiliki lebam yang tidak cukup serius tapi setelahnya...." Yossy tidak berani untuk melanjutkn penjelasannya. Dia memilih untuk memberikan topik lain. "Kalau hasil pemeriksaan ini palsu, itu artinya pihak kepolisian dan juga pihak kesehatan forensik memiliki kesepakatan yang kita tidak tau" lanjut Yossy.
BRAK! BRAK! BRAK!
Ketiganya langsung mengalihkan pandangan pada pintu utama yang diketuk dengan kasar oleh seseorang yang ada diluar. Ketukan itu terus terdengar dan tidak ada satu pun yang ingin membukakan pintu. Arka terbangun dan Dirga bergegas menuruni tangga. Mereka berdua terkejut karena mendengar suara gebrakan yang cukup keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
NandArka (End)
FanfictionNanda dan Arka. Saudara Keluarga Lalu...mereka bahagia. Harusnya begitu.... @2020