"Yo, Tamaki!" sapa Mirio saat melihat temannya itu sedang menatap keluar jendela. "Sedang lihat apaan, nih!? Seru banget, kayaknya!"
"Ti-Tidak! Aku tidak melihat apa-apa!" Tamaki buru-buru menarik dari dari jendela dan beriskap seolah dia tidak melakukan apapun. "Dan tolong jangan mengagetkanku... M-Mirio..."
"Ahaha, maaf, maaf!" ucap lelaki itu sambil tertawa, dia lalu mendekat ke arah jendela dan melihat ke arah yang Tamaki lihat tadi. "Omong-omong, kau melihat apaan, sih!?"
"H-Hanya melihat pemandangan saja!" ucap Tamaki panik dan buru-buru.
"Ah, iya..." ucap Mirio pelan saat dia menatap ke arah lapangan tempat para siswa kelas 1-A tengah berlatih. "Pemandangannya bagus sekali yah, hari ini...?"
"U-Uh..." Tamaki bergumam pelan. "Tidak... maksudnya bukan gitu, Mirio!"
"... ahaha, iya, iya, aku paham!" ucap Mirio sambil tersenyum. "Yah... karena keadaanku yang sekarang, aku gak berpikir akan bisa menemui (Name) dalam waktu dekat. Tapi, coba katakan padaku, Tamaki! Apa yang kau pikirkan soal (Name)?"
"U-Um, dia adalah siswa kelas A yang baik, kuat, dan kurasa pantas untuk menjadi Hero..."
"Lalu? Apa lagi?" pancing Mirio sambil tersenyum lebar.
Tamaki diam saja, kemudian dia menunduk dalam-dalam dan coba menghindari tatapan Mirio, "Y-Yah, karena itu... aku merasa seolah bisa melihat cahaya dari dalam dirinya. Dia mirip sepertimu, kemanapun dia pergi, dia selalu saja memancarkan cahaya pada orang di sekitarnya. Walau kulihat cahayanya lebih gelap... dia itu bagaikan bulan, di mataku..."
"Daaan? Ada apa dengan bulan...?"
Tamaki kembali diam, kali ini dia menunduk sangat-sangat dalam dan Mirio bisa melihat ujung lancip telinga lelaki itu nampak sangat merah. "A-Aku sangat menyukainya..." gumam Tamaki. "Awalnya aku gak tahu kenapa, tapi selain menerangi malam yang gelap... bulan juga sangat indah. Aku sangat menyukai bulan..."
"... kalau begitu!" ucap Mirio memutuskan. "Kau harus mengambil langkah pertama dan menemui bulan-mu itu, Tamaki! Ayo, akan kubawa kau pada (Name)!"
"Tu-Tunggu, Mirio! Bukan begitu!" ucap Tamaki coba menjelaskan, tapi Mirio sudah mendorong lelaki itu melewati lorong sekolah menuju ke lapangan. "Tunggu! Aku gak akan bisa menemui dia sekarang! Miri—MIRIOO!!"
Tamaki pun jadi enggas akibat ulah Mirio 😊
***
"... (Name), bagaimana semalam?" tanya Momo padaku, membuatku sejenak menghentikan pemanasan. "Bagaimana kau dan Tokoyami...?"
"Iya, iya, aku juga penasaran!" ucap Mina. "Ceritakan detailnya pada kami!!"
"Hmm? Yah, aku dan Tokoyami tidur bareng," ucapku seadanya. "Untungnya tidurku juga nyenyak sekali... terimakasih pada Tokoyami."
"Ya, bukan masalah," gumam lelaki burung itu.
"Aaah! Selain tidur, apa tidak ada hal lain yang kalian lakukan!?" tanya Hagakure mendadak nyosor. "Uukh! Sayang sekali, tuh!"
"Benar! Padahal aku ingin bisa melihatnya saat kalian tidur!" ucap Momo juga ikutan, membuat terdiam.
"Kalau Onee-sama memang ingin melihatnya," ucapku pelan. "Maka... tidak masalah kan, kalau kita melakukan pemotretan di atas kasur saja? Toh cuman tidur berdampingan doang, kan...?"
Semua cewek fujo dan juga Tokoyami terdiam, kemudian mereka menghela nafas serempak dan memasang senyum apa boleh buat. "Malamnya ganas, paginya polos," gumam Momo. "Adikku emang tuh..."
![](https://img.wattpad.com/cover/229632397-288-k458815.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Fujo/Fudanshi
RomanceYaoyorozu (Name) adalah adik dari Yaoyorozu Momo yang sering sekali dijadikan bahan untuk berfujo ria oleh siswi-siswi di Yuuei. Awalnya hanya di kelas 1-A, tapi perlahan semuanya mulai mengenal (Name) Masalahnya, karena kekuatan dan juga sikapnya i...