Maaf banget telat, terlalu banyak memikirkan nasib dan tugas ini. Baru selesai ujian tugas pun makin numpuk. Makasih, ibu dan bapak guru :)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~"Ah, (Name)!" sapa seseorang yang suaranya sudah kelewat akrab di telingaku. Aku pun menutup mata dan berharap makhluk yang menyapaku itu segera pergi, tapi kudengar dia malah makin mendekat. "Oh iya, sedag tugas, yah? Jadi aku mesti memanggilmu Zero, yah... yap, nama Zero memang bagus, tapi namamu yang asli, (Name), itu adalah nama paling indah yang pernah aku dengar. Aku jadi gamau menggantinya~"
"Kau sendiri yang menamaiku Zero, penganut setan!" ucapku sambil mempercepat langkah sambil menutupi telingaku, perlahan aku pun mulai agak lari seiring suara kepakan sayap itu makin mendekat. "Pergi dari gue, oi! Jan ganggu hidup gue—ukh!"
Mendadak Hawks yang lagi terbang itu melesat ke arahku dengan kaki duluan dan mensleding kakiku ketika aku lagi coba lari darinya, sementara Aizawa pun cuman melihat aksi sleding-sleding itu sinis sambil menghala nafas.
"Sleding aja terus, tuh kaki patah gak nanggung juga gua mah-_-" gumam Aizawa sinis, ia pun lanjut aja jalannya. "(Name), kau juga ayo lanjut patroli, jan diem-diem bae!"
"Iya, Sensei, tunggu bentar pen nyate burung puyuh dulu, nih!" ucapku sambil mengacungkan tongkat berujung lancip yang kubuat pakai Quirk-ku. "Hush, hush! Pergi sana, buwung!"
"... hah, patroli?" ucap Hawks bingung saat mendengar perkataan Aizawa. "Tunggu, Eraserhead! Aku datang hari ini untuk patroli karena katanya tidak ada Hero lain yang bisa datang, lho. Bukannya hari ini kau mestinya li—"
DUAAAK!
Mendadak Hawks jatuh dari ketinggian ketika mendadak Aizawa menoleh padanya dan mengaktifkan Quirk sehingga sayap Hawks tidak berfungsi sejenak. "Mampus," gumamku melihat sang lelaki burung nyungsep. "... tapi, tadi kau bilang apa, Ha—"
"Zero, ada Villain di sana! Cepet tangkep!" Aizawa mendadak berucap sambil melesat ke arah yang dia maksud.
"Hah!? I-Iya!" aku yang bingung karena gadenger apa-apa pun iya-iya aja dan akhirnya mengikuti Aizawa menuju ke arah tersebut. "... ah, tapi, Sensei—"
"Tutup mulut." Aizawa memotong sambil mendadak menarik senjata pengikatnya dan mulai lompat-lompat lewat gedung kek sepidermen. "Kutunggu di tempat kejadian, Zero. Aku akan kesana duluan."
"Ya, tapi—"
"Kalau kau terus-terusan bertanya dan bukan mencari jawaban sendiri," potong Aizawa sambil menatapku sinis. "Maka kau akan menyesalinya nanti saat tahu sudah terlambat bagimu untuk menggapai jawaban itu ketika dia sudah pergi jauh."
Aku diam saja dengan perkataan Aizawa, sedikit gak paham tapi mengangguk, "... baik. Tapi—"
"Gue bilang diem!" Aizawa auto melemparkan batu ke arahku akibat kesel dengan kebacotanku.
***
"... (Name)," ucap Aizawa sambil jongkok depan bocah yang pulang-pulang udah dipenuhi luka. "Ngapain kamu? Pulang-pulang banyak luka begitu. Masih SD udah ikut tawuran aja lu yah-_-"
"Siapa bilang tawuran?" ucap (Name) dengan muka gapeduli. "Jadi tadi waktu ke sekolah gatau kenapa mejaku ada banyak coret-coretan sama ada bau gaenak, yaudah aku buang aja keluar jendela. Gataunya disana ada anak-anak lagi ngumpul sambil rokok, yaudah aku panggil 'oi, yang lagi rokok, maap gasengaja'. Nah, pas banget gurunya masuk kelas, yaudah deh mereka keciduk."
"Terus kamu dikeroyok mereka? Mana alamatnya? Biar saya kirim teluh."
"Hah? Ya enggak lah, pas lagi jalan pulang emang dipalak minta duit, yaudah gue kasih aja duitnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Fujo/Fudanshi
RomanceYaoyorozu (Name) adalah adik dari Yaoyorozu Momo yang sering sekali dijadikan bahan untuk berfujo ria oleh siswi-siswi di Yuuei. Awalnya hanya di kelas 1-A, tapi perlahan semuanya mulai mengenal (Name) Masalahnya, karena kekuatan dan juga sikapnya i...