"Aduh, ketusuk," gumamku saat jariku berdarah-darah ketusuk sama piso dapur ketika aku dan Todoroki lagi giliran masak. "Berdarah banyak, euy... jadi ngantuk..."
"Itu gejala-gejala anemia, (Name)," ucap Todoroki, lelaki itu kemudian terdiam dan menoleh ke arahku dengan muka kaget nan horo. "Kau luka?! Gak apa-apa, tuh...?!"
Lelaki serupa dispenser itu buru-buru melangkah ke arahku dan saat sudah tiba di depanku langsung saja mengamit tanganku dan menatap tajam jariku yang berdarah, "Cuman luka kecil doang, kok. Jangan khawatir..."
"Bagaimana mungkin aku gak khawatir? Cuman kegores piso, kan? Bukan kelindes kereta atau kejepit pintu pesawat pas lepas landas, kan?"
"Doain atau gimaa, sih-_-?" gumamku sinis. "Haah... iya, santuy, gapapa. Cuman ngantuk doang... nggh! Mau tidur lagi—ah? Todoroki...?"
Mendadak lelaki di depanku itu memasukan jariku yang berdarah ke dalam mulutnya dan menghisap ujung jariku pelan. Aku merasakan sensasi aneh saat lidah Todoroki mengenai jariku yang berdarah itu, tapi Todoroki malah memejamkan matanya dan dengan fokus menghisap jariku itu.
"Todoroki..." ucapku pelan. "... ngapain?"
"Daripada anemia beneran, ini kukasih darah buatan," gumam Todoroki. "Darah buatan dari ludah."
"Egoblok, jorok sekali-_-"
"Enggak, boongan," ucap Todoroki tertanya berguyon ria, lelaki itu kemudian menghisap jariku sedikit lebih keras lagi dan memasukannya makin dalam ke mulutnya. "Tapi... rasanya membuatku ketagihan..."
"Memang kau vampir? Darahku juga kayaknya berkualitas buruk dan pasaran deh, maklum kemaren belum sempet cuci darah..."
"Fungsi cuci darah keknya bukan itu, deh-_-" ucap Todoroki sinis, ia kemudian membuka mulutnya sedikit dan mulai melingkarkan lidahnya di sekitar jariku dan menggerakan lidahnya itu naik dan turun hingga membasahi seluruh jariku. "... dan... ah, yang membuatku ketagihan itu... jarimu, bukan darahmu..."
"... huh?"
Mengabaikanku yang agak kebingungan, Todoroki dengan wajah yang sudah agak memerah malah memasukan satu jari lagi ke dalam mulutnya. Dengan sangat perlahan ia pun membasahi kedua jariku itu dengan gaya wajah campuran malu tapi pengen, bahkan ada sound effect desahan teredam keluar dari mulut Todoroki. Oi, ambigu, oi-_-.
"Hnggh... mffh... fwaah..." desah Todoroki pelan sambil melepaskan kedua jariku yang kini dilumuri oleh liurnya. "Maaf, silahkan cuci aja tanganmu itu sekarang... aku cuman gak bisa menahan diri saja melihatmu begitu banyak celah."
"Alasan aja-_-" ucapku sinis, tapi aku lalu langsung cuci tangan dan lanjut masak dalam keadaan setengah bangun karena tindakan Todoroki tadi. "Dahlah, ini minyaknya dah panas! Gue mo tidur, lu lanjut masak aja, Tod!"
"Sip, tapi nanti beliin tepung sama minyak klo abis, yah!"
"Lu pada kan peri, kenapa saya malah merasa dimanfaatkan jadi babu untuk jalan ke warung terdekat-_-? Dimana kekuatan kalian, wahai para Mimi Peri?"
Tapi Todoroki cuman angguk-angguk aja sambil lanjut goreng sayur dan rebus ayam, yaudahlah aku mending tidur aja daripada harus cobain makanan absurd keluarga mimi peri bersaudara itu nantinya-_-.
***
"Hmm!! Saya mencium bau-bau tidak enak di sini!!" ucapku saat tengah berjalan di sebuah pertanian. "Saya yakin akan ada yang salah sama skripnya!! Liat aja nanti, saya pasti jadi korban! Hmm, bau-bau babu gosong apa ini?!"
"Lagi ngantuk dia, makanya OOC begini-_-" gumam Jiro salpok. "E-Ehem! Ketika lagi jalan di pertanian itu, (Name) pun mencium bau babu gosong—maksudnya bau sampah masyarakat terbakar, maka dia pun gabut dan menghampiri bau tersebut, tapi ketika sudah berada di dekat tumpukan sampah, itu di kejauhan dia melihat sesosok gagak yang sayapnya kena api yang menjalar itu. (Name) pun dengan santuy menatap gagak jatuh yang sama serunya kek liat layangan putus, tapi mendadak..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Fujo/Fudanshi
RomanceYaoyorozu (Name) adalah adik dari Yaoyorozu Momo yang sering sekali dijadikan bahan untuk berfujo ria oleh siswi-siswi di Yuuei. Awalnya hanya di kelas 1-A, tapi perlahan semuanya mulai mengenal (Name) Masalahnya, karena kekuatan dan juga sikapnya i...