Bab 37 - Ter-cancel

1.5K 97 19
                                    

"PUNTEN, GOPUUDD!!" mendadak teriaka abang-abang pengantar makanan membuat bibir Momo yang sudah tepat di depan bibir (Name) terhenti dari mengecup adiknya sekali lagi. "PUNTEEEN!! GOPUD, GOPUDD!! GUE GEDOR JUGA NIH, KAMAR LU!!"

"Sejak kapan gopud nganterinnya sampe depan kamar, coba?" gumam Momo kepada dirinya sendiri. "Duh, mungkin aku aja yang rada kudet dengan dunia luar, huh...? Maaf, maaf, (Name), kau lanjut tidur aja. Aku mau makan maktabrak dulu, aku sisakan bagianmu, jadi tidur aja yang tenang. Selamat malam..."

Melihat kakaknya pergi dan merasa ter-php, (Name) pun cuman bisa diem aja sambil menatap langit-langit kamarnya yang tidak kalah luas dengan langit biasa alias dia kamarnya gamake atap dan langsung mengarah ke langit. Klo ujan tinggal ngungsi ke kamar Momo.

Ada apa degan Onii-sama, sih...? ucap lelaki itu dalam hatinya sambil coba menghentikan jantungnya yang detakan kelewat keras dengan cara menelan baygon. Uh, Onii-sama memang suka jadi aneh kalau sudah malam, tapi kali ini... kenapa rasanya beda banget, yah?

***

"Ah, (Name)-san!" sapa Uraraka ketika aku lagi percobaan gegulingan dari kantin sekolah sampai ke dalem kelas. "... uh, kau ngapain gegulingan, (Name)-san...?"

"Melatih tulang belakang biar tahan banting," jawabku sambil lalu, kemudian akhirnya pun kembali berdiri. "Omong-omong, Uraraka, kau sudah melihat Todoroki?"

"Eh? Enggak sih, belum, kenapa?" tanya gadis itu.

"Gatau tuh, daritadi pagi dia belum dateng sampe jam makan siang," gumamku sinis. "Kalau hari ini Todoroki sakit, kayaknya aku harus mengantarkan catatan ke rumahnya, deh. Dia memang pintar dan bahkan kemaren dapat posisi kedua dari Onii-sama, tapi tetap saja—Uraraka-san? Mukamu kenapa serem gitu, sih...?"

"K-Kau gak seharusnya selingkuh, (Name)-san!" seru gadis itu secara mendadak, membuat beberapa siswa yang keluar dari kantin menoleh pada kami. Walau dia teriak padaku, tetep aja mukanya justru keliatan seneng banget gatau kenapa. "Kalau sudah ada Yaomomo-san, kau gak boleh berpaling pada Todoroki! Kalau Yaomomo-san cemburu bagaimana!?"

"Huh? Selingkuh? Cemburu?" ucapku bingung, apalagi karena mukanya Uraraka jadi makin merah karena semangat gitu.

"Aaah! Aku gak sabar liat bagian dimana kau ketahuan main-main sama Todoroki-san dan Yaomomo-san menghukummu!! Ya sudah, aku cabut dulu yah, (Name)-san!"

"Salahku dimana, Uraraka-san?" gumamku sambil elus-elus dada, bener-bener gatau letak kesalahanku dimana. "Udahlah, lanjut ke kelas aja. Daripada muntah baru makan langsung guling-guling gajelas..."

Selagi berjalan menuju ke kelas, langkahku terhenti saat melihat sebuah sosok yang muka sama sosoknya kelewat mirip denganku. Namanya juga abangku, klo gk mirip sudah pasti abang tiri.

"... ah... (Name)," gumam Momo sambil menyembunyikan apa yang tengah ia bawa tadi di balik tubuhnya. "Kau habis makan dari kantin, yah?"

"Ya, kau mau ke kantin, Onii-sama?" tanyaku balik. "Bukannya aku sudah memasak untukmu!? Apa semuanya gak cukup, Onii-sama!? Ataukah kurang baygon dan kurang steril masakan yang aku buat pakai hati, ginjal, dan segala jeroan itu!?"

"T-Tidak, aku tahu masakanmu selalu enak walau emang rada-rada," gumam Momo. "Cuman... yah, tadi aku... enggak, enggak, gak jadi! Masakan di kantin enak gak, (Name)? Aku gapernah nyobain, soalnya."

"Oh? Onii-sama mau nyobain masakan kantin? Kalau mau, besok aku buka kantin di rumah biar kamu bisa nyobain resep-resep kantin."

"Perasaan sama aja dah, resepnya-_-" gumam Momo. "Yang membedakan itu bukan masakannya, tapi pembuatnya, perjuangannya, dan juga perasaan yang ada di sana..."

Dear Fujo/FudanshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang