Tandai typo!
------------------||•Siapa yang ingin mempunyai pertemuan buruk dengan seseorang, sampai harus membayarnya dengan tenaga•||
***
"Kantinnya rame banget." Bella berujar sambil sesekali menyeka keringatnya yang mulai mengucur di pelipisnya.
"Ngapain lo disini?"
"Kaget!" Bella menabok lengan Dhila yang mengagetkannya. Sedang sahabatnya itu malah menyengir kuda.
"Ngapain disini?" Tanya Dhila sekali lagi. Seingatnya tadi saat ia keluar dari kelas, Bella masih berkutat dengan buku-bukunya. Gadis itu juga sama berkeringatnya, pelipis mereka berdua basah. Harusnya kantin pasang AC disetiap sudut.
Kedua gadis itu kini sedang berdiri di antara lautan manusia yang kelaparan, harus ekstra hati-hati. sekali senggol, langsung bacok. Ingat, mereka semua kelaparan. Semua siswa berburu makanan untuk memuaskan perut mereka yang keroncongan.
"Tumbenan lo ke kantin Bel." Keanehan, Bella itu gadis yang tak pernah ke kantin, daripada ke kantin, gadis itu lebih suka membawa makanan dari rumah, katanya supaya uangnya bisa ditabung. Bella memang gadis yang berbeda, di zaman sekarang yang keras, Bella masih menyisihkan uangnya untuk ditabung. Bella sadar bukan gadis kaya, jadi sebisa mungkin mengatur keuangannya.
Bella menyengir kuda seraya menunjukkan deretan gigi putihnya. Gadis itu juga tampak melirik masing-masing penjual yang tampak ramai. Biasanya kalau ia mengantar Dhila kesini sudah tak terlalu ramai, tapi apa ini? Mana semua meja sudah terisi, sebenarnya ada berapa banyak siswa-siswi SMA Elementary?
"Bel, lo mau beli apa?" Tanya Dhila yang juga sedang melihat-lihat penjual makanan di kantin. Bingung melanda kedua gadis itu. Rasa lapar yang melanda mengharuskan gadis itu mau tak mau, menerobos kerumunan. Coba tadi ia menuruti Mamanya membawa bekal dari rumah, pasti gadis itu tak akan capek-capek mengantri seperti ini. Ternyata kebiasaan Bella juga diterapkan oleh Mamanya.
"Sumpah gue bingung, disini kaya lautan manusia." Tukas Bella. Matanya saja sudah pegal memperhatikan banyaknya manusia yang berlalu lalang di depannya.
"Beli bakso aja gimana?" Tanya Bella dan langsung mendapat anggukan dari Dhila. Mereka berdua berjalan menyusuri kantin yang sangat padat bak jalanan kota Jakarta untuk mencari penjual bakso.
"Jalan aja macet gini, gimana belinya, abang tukang baksonya pasti gak kelihatan. Sampe keringetan dua ember tuh abang tukang bakso." Omel Dhila. Bella hanya menghela nafasnya menyaksikan Dhila mengomel tak jelas. Gadis itu juga membungkam mulut sahabatnya.
"Diem Dhil, ntar diliatin siswa lain malu, dikira gila ngomel sendirian." Gadis itu hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan menyengir.
"Lo mau beli berapa?" Tanya Dhila yang sudah sampai di didepan gerobak bakso yang masih dikerumuni siswa.
"Tiga." Dhila melotot, benarkah ini Bella? Si gadis beasiswa yang menduduki peringkat pertama diangkatannya?
"Nggak salah?" Tanya Dhila masih tak percaya dengan Bella. Sedang gadis itu hanya mengangguk. Wajar saja jika sahabatnya terkejut.
"Buat Marvel." mendengar jawaban Bella, membuat senyum Dhila merekah, siapa lagi penyebabnya kalau bukan si dingin Albert. Membayangkan duduk berdua dan makan bersama saja sudah membuat hatinya berdebar tak karuan. Sial! Albert adalah pengaruh buruk bagi kesehatan organ dalamnya. Walaupun Dhila masih bingung mengapa Bella bisa jadi seakrab itu dengan Marvel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Suruhan (END)
Подростковая литератураWARNING⚠️⚠️ •DILARANG KERAS PLAGIAT! •CERITA INI HANYA ADA SATU YAITU PUNYA SAYA. JIKA TIDAK PERCAYA, KALIAN BISA CARI JUDUL BAHKAN TAGS DARI CERITA SAYA. •KALAU ADA CERITA YANG PERSIS SEPERTI PUNYA SAYA, SILAHKAN DM SAYA. •Revisi bertahap *** Tak k...