10. Separuh Waktu

107 5 0
                                    

••Perjalanan hidup yang sulit itulah yang membuat kita selalu kuat menghadapi apapun••

***

Sibuk. Itulah yang tengah melingkari diri Bella karena mulai sekarang Bella menjadi salah satu pegawai di toko roti yang kemarin sempat Bella kunjungi. Malam ini Bella sudah bisa bekerja dengan para pegawai lainnya, para pegawai banyak yang menyukai Bella karena Bella sangat ramah dan ulet.

Sudah banyak sekali pengunjung yang mendatangi Mentari's Bakkery. Bella merasa sangat bersyukur bisa bekerja di sini, walaupun awalnya sang manager menolak karena ia masih sekolah, tetapi Bella tidak menyerah dan terus membujuk manager agar mau menerimanya menjadi pegawai di tokonya.

Memang masalah yang harus Bella hadapi seberat ini, tapi mau bagaimana lagi, ia tak mau merepotkan orang lain apalagi Kiran yang sangat baik padanya.

***

"Al, jalan yuk keluar cari makan." Rey yang sudah tidak betah di dalam rumah pun beranjak. tetapi tidak dengan Albert yang masih duduk diam di sofa rumah Rey.

"Lo ada masalah apa sama Marvel?" tanya Albert membuat Rey terdiam beberapa saat. Ia sebenarnya tak ingin membuat persahabatan yang terjalin sejak sekolah dasar hancur begitu saja. Tapi melihat Marvel bersama Bella rasanya ia tidak rela, ingin ia menyerah dan mengikhlaskan Bella untuk sahabatnya, tapi semuanya seakan sangat berat dan sulit dilakukan, apalagi hatinya yang menolak mentah-mentah melepaskan Bella.

Kadang otak tak sejalan dengan hati, membuat orang yang merasakannya ditimpa rasa bingung. Seperti Rey saat ini.

"Gue nggak ada masalah sama Marvel." sanggah Rey, tetapi karena ia berbicara dengan si genius Albert, gagal sudah aksi berbohongnya. Albert memang begitu cuek, tapi lelaki itu yang paling peka dengan keadaan.

"Gue mau besok kita kumpul di secret room. Gue pulang." Albert berlalu meninggalkan Rey yang masih terdiam. Pikirannya melayang pada indah nata hazel yang ia temui di perpustakaan. Semuanya seakan sulit, melepaskan bukan keinginannya, tapi ia harus demi kelangsungan persahabatan yang sudah lama terjalin.

"Mah! Rey pergi cari makan." teriak Rey, berharap Mamanya mendengar teriakannya. Rey berlalu meninggalkan rumahnya, ia berjalan keluar rumahnya, kali ini ia akan berjalan-jalan untuk merilekskan pikiran.

Mata elang Rey sudah bergerak kesana kemari, mencari sesuatu yang menarik hatinya, hingga tiba-tiba matanya menangkap seorang gadis di dalam toko roti dan berpakaian seperti pelayan. Rey menajamkan penglihatannya untuk mengetahui gadis yang sedang dilihatnya.

"Mirip Bella." gumam Rey pelan, ia masih setia berdiri di seberang toko berdinding kaca itu. Hingga gadis yang diamatinya keluar membawa plastik hitam dan membuangnya ke tong sampah, setelahnya Rey mengikuti Bella yang baru saja masuk toko roti. Rey memasuki toko roti dan segera menghampiri Bella.

"Bella." Bella menoleh saat suara yang sering memasuki gendang telinganya beberapa hari terakhir terdengar.

"Rey, ngapain disini?" Bella membawa Rey mendekati etalase, barangkali saja lelaki itu ingin membeli roti yang dijual disini.

"Lo... kerja?" Rey menunjuk pakaian yang dikenakan Bella, ia tak mengerti kenapa Bella bekerja, tapi ada rasa tak tega yang merasuk menghancurkan tembok hatinya melihat Bella banting tulang sendiri.

"Iya, tapi separuh waktu. Kalau pagi gue sekolah, malemnya gue kerja." Tutur Bella membuat Rey merasa iba dengan Bella, pasti ia sedang banyak masalah. Tak banyak gadis seusianya berkerja, ketimbang melakukan itu mereka semua lebih baik menghabiskan uang orangtuanya.

Gadis Suruhan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang