Cinta itu seperti sihir, bisa merubah orang dalam sekejap, membuat jantungnya berdetak cepat dan darahnya berdesir hebat
***
"Keterlaluan!"
Salsa hanya menunduk sambil sesekali menyikut lengan temannya. Jantungnya berdegup kencang, ia sekarang sedang diadili oleh beberapa guru BP. Pak Sofyan berdecak kala melihat dandanan siswi di depannya. Jauh dari kata seperti seorang siswi, malah lebih mirip tante rempong.
Lipstik merah merona, bedak tebal, perhiasan serta aksesoris di mana-mana. Tak hanya itu, rambutnya juga sedikit kemerahan karena cat rambut yang di pakainya. Sungguh bukan menampilkan sosok murid melainkan sosok mak lampir. Bahkan wali kelasnya sudah menyerah menghadapi kelakuan Salsa yang susah diatur.
"Saya tanya sekali lagi, kalian kenapa lakukan hal itu kepada Bella?" Tambah pak Sofyan lagi. Guru yang sudah berkepala empat itu mendengus kala tak mendapat jawaban sepatah katapun dari Salsa dan temannya.
"Bicara panjang lebar sama Bella aja berani, kok disini nggak berani?" Tanya Bu Linda tajam. Bu Linda adalah Wali Kelas X IPA 3, Bu Linda sendiri kaget mendengar kabar itu, tapi mau bagaimanapun harus ia terima karena menyangkut anak didiknya.
Bu Linda juga heran, sebenarnya anak didiknya ini pintar-pintar tetapi kata malas yang lebih mendominasi, penampilan juga di nomor satukan oleh anak didiknya yang jelas-jelas sudah melanggar aturan. Padahal sekolah bukanlah ajang pencarian Miss Indonesia.
Bu Linda sudah capek memberitahu dan memberi pengertian tetapi anak didiknya seakan menganggap itu hanya angin lalu. Apalagi Salsa yang bolak-balik masuk BP tapi tak pernah berubah. Berkali-kali kena skorsing juga tak mempan. Masih saja berdandan menor. Kalau pakaian, cewek itu sedikit mau menurut, tapi kalau riasan, Salsa benar-benar berontak.
"Maaf Bu." Suara seorang laki-laki memecah heningnya ruangan BP.
"Iya Arnan kenapa?" Tanya Bu Linda menatap wajah Arnan intens. Arnan Athalla, ketua kelas dari X IPA 3, bawaannya yang selalu cool dan tegas menjadikannya sangat pas dengan jabatannya. Tak hanya itu, Arnan juga sangat bertanggung jawab, ia dengan ikhlas dan sukarela mengemban tugas beratnya. Iya berat, karena diisi oleh siswa unggulan yang unggulnya dalam hal melanggar peraturan.
"Tugas buat kelas kita gimana Bu?" Arnan tampak gugup karena di sana banyak guru termasuk guru BP yang mukanya sudah seperti monster.
"Oh iya, kamu ambil buku matematika di meja Ibu terus kamu kesini lagi, nanti saya jelaskan." Jelas Bu Linda. Arnan mengangguk kemudian berlalu meninggalkan BP yang kian memanas, ia segera ke ruangan Bu Linda untuk mengambil benda yang dimaksud.
"Kita panggil Bella dan Dhila saja untuk menjelaskan detailnya, Salsa sepertinya tidak ada niat menjelaskan kesalahannya." Tukas Bu Elina seraya melirik Salsa dan teman-temannya yang menunduk. Halah, menunduk palsu, hanya di depan guru, dibelakangnya juga pasti mencak-mencak.
Bu Linda mengangguk, matanya juga menatap tajam Salsa. Sabar sekali punya murid model Salsa, mengurangi poin dari kelasnya saja. "Oke. Nanti tunggu Arnan kemari Bu."
Tak berapa lama Arnan datang membawa satu buku khusus soal matematika ditangannya. Sang wali kelas yang tadi duduk akhirnya beranjak dan mendekati Arnan yang berdiri di dekat pintu.
"Oh iya Arnan, nanti kamu panggilkan Bella sama Dhila ya." Ujar pak Sofyan. Arnan mengangguk seraya menyerahkan buku yang tadi diambilnya. "Oke pak."
"Kerjakan halaman 107-110 dan 130-133, mungkin saya di BP lama jadi yang banyak sekalian." Jelas Bu Linda membuat Arnan menganga, tak menyangka wali kelasnya kejam. Arnan kembali ke ekspresi biasa ia langsung menerima buku yang sedari tadi di sodorkan Bu Linda. Tugas oh tugas, mengapa engkau hadir di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Suruhan (END)
Genç KurguWARNING⚠️⚠️ •DILARANG KERAS PLAGIAT! •CERITA INI HANYA ADA SATU YAITU PUNYA SAYA. JIKA TIDAK PERCAYA, KALIAN BISA CARI JUDUL BAHKAN TAGS DARI CERITA SAYA. •KALAU ADA CERITA YANG PERSIS SEPERTI PUNYA SAYA, SILAHKAN DM SAYA. •Revisi bertahap *** Tak k...