Aku tak menyesal hidup, tapi aku kecewa dengan kehidupan
***
Rasa apa ini? Perihnya hingga ke ulu hati, tak disangka jatuh cinta sesakit ini. Disaat seseorang sudah bertekad dan yakin akan memulai semuanya, justru masalah datang seakan tak ada habisnya. Disaat seseorang sudah bisa belajar menerima, ada saja masalah yang mematahkan semangatnya. Cantik tak selalu baik, pintar tak selalu menyenangkan, kaya tak selalu bahagia. Mencari yang mudah saja tak akan gampang, karena Tuhan sudah menyiapkan ujiannya pada masing-masing umatnya. Sekeras apapun menghindar juga pasti akan mendapat masalah.
Kadang perasaan sulit ditebak, sulit dimengerti dan sulit dikendalikan. Perasaan yang entah sejak kapan berlabuh pada hatinya. Perasaan aneh yang mengistimewakan seseorang. Perasaan yang semakin bergemuruh disetiap detiknya. Semakin besar dan sulit di lupakan kala sang pujaan muncul dihadapan.
"Dia calon tunangan gue."
Satu kata yang terus terngiang di otak cantik gadis yang kini sedang bertumpu pada meja belajar. Malam yang panjang kala mata belum mau terpejam. Pikiran macam apa yang kini sedang melanda, mengapa rasanya sakit, mengapa hati ini serasa terjepit. Apakah ini cinta? Benarkah hatinya telah bertuan sekarang. Benarkah hatinya telah menemui pelabuhan cintanya? Benarkah singgasana hatinya telah terisi?
Huft... Hari yang melelahkan, banyak kejadian, banyak tantangan, banyak pula pertanyaan. Benar-benar membingungkan. Banyak pekerjaan yang harus dikerjakan tapi sepertinya terlalu banyak pikiran yang menghambat. Gadis surai coklat panjang yang mulai membereskan buku pelajaran dan akan bersiap melakukan tugasnya yang sudah lama ditinggalkan.
Setelah bersiap dengan setelan kerja yang dibalut jaket tebal karena cuaca yang sedang dingin. Gadis cantik itu keluar area rumahnya, ia akan menuju tempat kerjanya yang sudah lama tak ia datangi. Sudah satu minggu mungkin lebih ia meninggalkan pekerjaannya, karena Neneknya juga Kiran, ia harus bolos kerja supaya Tantenya tak curiga. Lagipula ia juga butuh keperluan yang harus dipenuhi, walaupun Kiran selalu transfer uang bulanan yang jumlahnya cukup banyak. Tapi Bella tak mau bergantung. Ia akan memenuhi kebutuhannya dengan kerja kerasnya sendiri, kecuali jika ada pengeluaran yang membengkak, maka ia akan menggunakan uang pemberian Kiran untuk menutupinya.
Kisaran 5 juta untuk satu bulan. Menurut Bella itu berlebihan, makanya ia selalu protes agar uang bulanan yang diterimanya secukupnya saja. Gadis itu sudah terbiasa hidup mandiri dengan kesederhanaannya, ia tak pernah mempunyai uang sebanyak itu. Dulu saat Bella masih SMP, uang bulanannya langsung diberikan kepada Tantri. Namun saat ia masuk SMA Tantri menyuruh Kiran membuatkan Bella buku rekening dan mengisinya kesana. Padahal Kiran bukan orang tuanya, tapi mengapa Kiran menjalankan peran orang tua bukan hanya kepada Alvin dan Candra tapi juga dirinya? Jika orang lain pasti tak mau repot-repot mengurus, apalagi hanya sebatas ponakan. Satu pertanyaan baru yang harus ia pecahkan mengenai Kiran.
Dengan pikiran yang sudah terpecah belah, gadis itu langsung memasuki toko tempat kerjanya, sebelum berkutat di depan etalase, gadis itu memasuki ruangan khusus karyawan untuk menaruh jaket yang membalut tubuhnya. Dengan cepat gadis itu keluar untuk melayani pelanggan.
"Lama nggak masuk, kemana aja Bel?" Tanya salah satu waiters yang ada disampingnya.
"Ohh, itu, anu, ada urusan penting mbak." balasnya agak gugup. "Bu Farah nanyain saya nggak?" Lanjutnya bertanya.
"Sempet nyariin, tapi anaknya udah ngizinin kamu jadi kamu tenang aja. Anak Bu Farah itu ramah, baik, sering kesini juga buat beli roti lapis. Padahal mah tokonya sendiri, tapi tetep aja beli." jelas waiter tersebut rinci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Suruhan (END)
Teen FictionWARNING⚠️⚠️ •DILARANG KERAS PLAGIAT! •CERITA INI HANYA ADA SATU YAITU PUNYA SAYA. JIKA TIDAK PERCAYA, KALIAN BISA CARI JUDUL BAHKAN TAGS DARI CERITA SAYA. •KALAU ADA CERITA YANG PERSIS SEPERTI PUNYA SAYA, SILAHKAN DM SAYA. •Revisi bertahap *** Tak k...