30. Mencoba menguatkan diri

38 6 0
                                    

Keras kepalaku sama denganmu. Caramu marah caraku tersenyum. Seperti detak jantung yang bertaut. Nyawaku nyala karna denganmu.

***

"Bu, ini prediksi soal yang aku kerjain hari ini kan?" Bella, gadis itu sudah siap dengan seragamnya. Ia menghampiri guru privat-nya seraya membawa satu map berwarna merah muda. Di dalam map itu penuh berisi kertas dengan beragam soal ujian di dalamnya.

"Iya. Kamu udah kerjain berapa? Yang paling penting sih, dua mapel utama dulu." Adira mulai menerima lembaran kertas yang disodorkan Bella. Kertas berisi soal dan sudah lengkap dengan jawaban serta penyelesaian. Adira mulai mengeceknya satu-persatu.

"Bella udah kerjain semuanya, bisa dicek yang utama dulu Bu? Sepuluh menit lagi aku berangkat."

"Bawa sini semuanya aja Bel, saya cek semua sebelum saya berangkat ke kampus." Adira tertegun, benar ini anak didiknya? Genius. Dalam waktu 3 hari Bella mampu mengerjakan lebih dari sepuluh mapel dengan hasil yang fantastis. Semua jawabannya benar dan tidak ada yang salah satupun. Penyelesaiannya juga sangat singkat dan mudah dipahami. Adira semakin mengagumi Bella. Gadis itu sangat mudah diajari dan mudah memahami. Adira bahkan tak merasa lelah walaupun dirinya sekarang mengajar Bella seorang diri. Biasanya jika siswa lain akan menguras tenaganya.

Ngomong-ngomong soal Adira yang mengajar seorang diri, itu karena guru lainnya mengundurkan diri, suaminya sakit dan mau tak mau harus merawat suaminya terlebih dahulu.

"Iya. Terimakasih ya Bu." Bella akhirnya ikut mendudukkan dirinya di kursi teras, ia harus siap. Terlepas dari kejadian yang menimpanya, memang inilah kenyataannya.

"Kamu kayak sama siapa aja."

"Bella, makan dulu sayang." Kiran menghampiri putrinya, wanita paruh baya itu mendekat dan memasukkan sekotak susu stroberi ke dalam tas Bella.

"Nggak mau Ma, Bella gak nafsu." Kiran jelas tau apa yang membuat putrinya sampai tak nafsu makan. Marvel, lelaki yang menempati singgasana hati Bella. Setelah Marvel pulang dari pukul 05.00 tadi, gadis itu banyak diam. Hanya berkutat dengan kertas, MacBook, ponsel dan pena. Gadis itu menyibukkan diri dengan mengerjakan soal yang dikirim oleh guru les privat-nya.

"Iya sayang tau, tapi perut kamu perlu diisi. Bu Adira sekalian sarapan disini aja ya." Pinta Kiran pada Adira berharap wanita yang selalu membekali ilmu pada putrinya itu mau.

"Nggak usah Bu. Saya sebentar lagi harus ngajar. Ini saya sempetin kesini buat ngecek soal ujian Bella." Tolak Adira tulus. Wanita itu beruntung bisa jadi guru privat Bella, walau hanya tiga bulan bahkan mungkin kurang dari itu, tapi sudah sangat menyenangkan, apalagi keluarganya yang ramah.

"Aura nanti ke sekolah, temani kamu. Supaya di sekolah nggak sendiri, disana pasti nggak ada orang kecuali guru karena sedang libur akhir semester."

"Nggak usah. Kak Aura temani aku setelah pulang sekolah aja."

"Oke. Nanti ibu telepon Aura. Sekarang Bella harus makan, segalau apapun, sesedih apapun. Makan adalah sesuatu yang wajib." Sulit? Tentu. Membujuk Bella butuh kesabaran ekstra mengingat mood-nya berubah-ubah. Harus ekstra sabar dan hati-hati.

"Iya Terimakasih Bu. Ujiannya bisa ditambah nggak Bu?"

Adira membelalakkan matanya."Maksud kamu, nambah mapel?"

Gadis Suruhan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang