Tubuh ini serasa tersengat listrik kala berdekatan dengan kamu. Apakah aku jatuh cinta? Jika memang iya, tolong jangan kecewakan aku.
***
Semangat UKK Marvel💪 makasih ya buat waktunya dua hari kemarin.
Marvel. Lelaki itu tersenyum tak tertahan kala pesan singkat masuk ke ponselnya. Mungkin UKK pada hari senin ini akan menjadi lebih semangat karena dapat penyemangat. Ia simpan ponselnya dan kembali membaca buku materi yang akan diulangkan. Ia harus giat belajar, jika nilainya bagus pasti sang pujaan hati akan semakin bangga padanya.
Oh ayolah! Marvel benci momen UKK tapi ia harus. Semoga momen ini cepat berakhir. Masih berat rasanya ia meninggalkan sang pujaan sendiri di kelasnya. Sebenarnya tak sendiri, Marvel saja yang terlalu lebay, Dhila juga masih menemani jika bel belum berbunyi, berbeda jika sudah berbunyi maka Dhila akan kembali ke habitatnya karena kelas yang sengaja diacak.
Bel berbunyi dengan nyaringnya, menambah riuh kelas yang sebentar lagi akan mencengkam. Sudah banyak para Guru yang mulai berdatangan mengisi tiap kelas. Dan tiba saatnya kelas Marvel, Bu Indri yang terkenal killer duduk dengan santainya seraya membuka amplop coklat berisikan soal-soal ujian.
"Albert, bagikan." Setelah mendengar itu, Albert langsung berdiri dari tempatnya dan mengambil alih kertas ujian. Ia membagikan kertas tersebut satu persatu, ia selalu saja menjadi siswa kepercayaan Bu Indri karena kecerdasannya dan kedisiplinannya.
"Nanti gue minta jawaban sama lo ya." Marvel berbisik kala Albert memberikan beberapa lembar kertas ujian kepada cowok itu.
"Oke." Semudah itu? Memang semudah itu asalkan ia mau menuruti perintah Albert saja jawaban akan terus mengalir. Cowok itu berlalu hingga sampai pada meja Rey. Hal yang sama terjadi tapi kali ini dewi fortuna sedang tak berpihak pada seorang Rey. Saat sedang berbisik, mata sang Guru menoleh dan menatapnya tajam.
"Reynand Abraham!" Teriaknya. Mampus sudah, ia yakin besok pagi ia duduk di kelas lain, harap-harap di kelas Bella. Ketiganya disatukan dalam kelas yang sama karena memang anak-anak itu yang meminta sekaligus maksa.
Albert mengembalikan sisa kertas ujian kepada sang Guru, ia langsung berbalik dan kembali duduk.
"Kerjakan SENDIRI-SENDIRI!" penekanan pada akhir kata itu cukup membuat murid di kelas tersebut tegang bukan main. Ada yang gemetar dan memejamkan mata dan ada yang langsung membuang contekannya.
"Kalau ada yang nyontek, bertanya, dan melirik temannya..." Bu Indri mengarahkan jari jempol pada lehernya, jempol itu bergerak mengitari bagian depan leher sambil mendongak. Tentu muridnya sudah tau apa arti gerakan itu, diam itulah yang mendefinisikan kelas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Suruhan (END)
Roman pour AdolescentsWARNING⚠️⚠️ •DILARANG KERAS PLAGIAT! •CERITA INI HANYA ADA SATU YAITU PUNYA SAYA. JIKA TIDAK PERCAYA, KALIAN BISA CARI JUDUL BAHKAN TAGS DARI CERITA SAYA. •KALAU ADA CERITA YANG PERSIS SEPERTI PUNYA SAYA, SILAHKAN DM SAYA. •Revisi bertahap *** Tak k...