18. Trauma

67 6 0
                                    

Hey you! Yes you.
You are so charming.

***

Dinginnya angin malam menerpa wajah putih yang kian cantik mempesona. Suasana hati yang sedang tak tentu, lembutnya usapan hangat yang sedari tadi didapatnya. Senyum cerah yang tak pernah pudar. Jari-jari yang saling bertaut mengunci satu sama lain. Pandangan yang menyisir kota kesana-kemari.

Kota yang tak pernah merasakan sepi, macet tiap harinya. Polusi yang kian menumpuk memperbanyak penderita penyakit pernafasan. Memang pada dasarnya manusia lah yang merusak alam, tapi memang tak pernah menyadari.

Malam dingin yang menjadi saksi gadis yang sedang berbunga. Entah apa penyebabnya, ia merasa sangat senang malam ini. Tak membuang waktu dengan sia-sia gadis itu membeli makanan manis yang begitu berlebihan membuat laki-laki disampingnya sesekali berdecak. Sungguh disayangkan pula jika ia melewatkan momen langka yang ada. Dengan cepat memotret wajah sang gadis yang sedang tersenyum memakan permen kapas.

"Belepotan, kayak bocah." Tangan Marvel terulur membersihkan sisa permen kapas yang menempel di bibir sampai ke pipinya. Gadis itu mematung sejenak, merasakan detakan jantungnya yang tak normal. Kenapa bisa seperti ini?

"I-iya makasih." Bella tersenyum simpul, merasa gugup sekaligus malu. Ini baru kali pertama, hatinya merasa senang dan gugup. Apa mungkin...

"Ke perpustakaan yuk Vel." Gadis itu mengalihkan topik untuk meminimalisir rasa gugup yang menderanya. Ya selain suka baca buku, sekalian saja gadis itu membaca materi yang akan di ulangkan besok pagi, sempat tertunda karena kedatangan Marvel yang tiba-tiba. Sungguh hari senin yang melelahkan. Tak ingin membuat mood sang gadis rusak, akhirnya cowok itu mengangguk.

Dua sejoli itu menyusuri trotoar menuju perpustakaan kota. Memang jarang yang berkunjung, tetapi setidaknya masih ada orang yang menyukai. Apalagi tempatnya yang nyaman dan bersih.

"Nanti duduk di pojokan ya Bel." Ujar Marvel enteng seraya mengerlingkan matanya.

"Maksud lo?"

"Biar bisa berduaan, nggak ada yang ganggu. Biar gue bisa manj-"

Plak!

Belum sempat selesai, ucapannya sudah dipotong dengan tamparan keras yang mendarat di lengannya. Sang empu meringis, galak sekali calon pacarnya. Baru mau dijadikan pacar saja sudah begini, gimana kalau pacaran sungguh, bisa habis badannya kena sasaran. Untung sayang.

"Ngaco lo!" Sarkas Bella. Ia menyentak tangan Marvel yang menggenggam tangan kecilnya. Mengerucutkan bibirnya dan memakan kembali permen kapas yang digenggamnya. Kakinya ia hentakkan untuk meluapkan rasa kesal.

"Itu mulutnya pengen gue cium?" Bella melotot mendengar penuturan Marvel. Bisa-bisanya ia berbicara demikian. Mau meninggal atau berakhir rumah sakit?

"Bosen hidup lo? Mau gue bilangin kak Alvin?" Ancam Bella sukses membuat Marvel menggeleng cepat. Bahaya jika Bella mengadu, dirinya bisa mati muda.

"Jangan dong Bel, ya udah ayo cepetan." Marvel menarik tangan Bella agar mendekat. Merengkuh pundak gadis itu menikmati angin malam yang menerpa.

***

"Fotoin dong Vel." Bella menyerahkan ponselnya, tapi langsung mendapat gelengan keras dari Marvel. Bella menunduk malu, mungkin Marvel malu, memang dirinya saja yang tak tau diri. Memangnya Marvel mau, memotret gadis lusuh seperti dirinya? Ah rasanya hanya mimpi.

Gadis Suruhan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang