33. End

51 6 0
                                    

Sampai sini, selamat tinggal dan berbahagialah

***

Lelaki dengan setelan jas hitam itu mondar-mandir mencari keberadaan seseorang. Baru ditinggalkan sebentar, tapi sudah menghilang saja. Kaki jenjangnya menyusuri Ballroom, matanya melirik kesana-kemari mencari dimana keberadaan gadis manis yang beberapa waktu lalu bersamanya. Ia tidak boleh sembarang memanggil, karena disini sangat ramai. Selain percuma, memalukan juga.

"Kemana sih nih anak." Gumam lelaki itu, kakinya mengarah keluar dari Ballroom tapi sebelum sampai depan pintu Ballroom lengan lelaki itu dicekal. "Apasih?!" Sarkas Marvel. Kalau jumpa lampir satu ini, rasanya emosi ini tak ada lagi penawarnya.

"Lo mau kemana sih Vel? Mending dansa sama gue." Ujar Salsa dengan nada manja, Marvel bergidik ngeri. "Najis anjir," Celetuknya. Lelaki itu tak menyangka Mamanya mengundang semua angkatannya termasuk lampir ini.


"Heh, lampir! Lepasin. Dan elo cari temen gue, kalo ilang gue sleding lo." Tunjuk Dhila pada wajah Salsa dan dilanjutkan ke wajah Marvel. "Lepasin Sal."

"Nggak! Lo mau nyari Bella ya? Gue bilangin Tante Audi, dia kan nggak diundang."

"Bilangin aja, lo pikir gue peduli?" Ujar Marvel dengan mata melototnya. Seperti inilah hidupnya, sana sini diterkam macan. Kucing cantiknya entah pergi kemana, malah digantikan macan kelaparan.

"Minggir!" Marvel menyentak tangan Salsa. Urusannya tak akan pernah selesai jika berjumpa lampir satu ini. Marvel menyusuri area gedung hotel, mulai dari tempat parkir sampai kolam renang. Matanya terpaku kala melihat seorang yang dicarinya sedang duduk di kursi taman yang dekat dengan kolam renang. Segera ia berlari menghampiri Bella, jangan sampai ia diamuk oleh pacar Albert. Hanya Dhila yang tau jika Bella datang ke acara Marvel.


Hanya tinggal 5 meter lagi jaraknya, kakinya langsung diam saat itu juga. Ia terasa menginjak lem, matanya memanas.

"Gue sayang lo Bel. Gue nggak mau lo kenapa-napa."

"Gue juga sayang sama lo Rey. Makanya gue nggak mau lo gegabah kayak gini." Marvel tersenyum kecut, ditatapnya tangan yang sedang berpegangan dihadapannya. Telinganya tak salah dengar kan? Mereka berdua? Saling sayang. Apa ini alasan Bella menolaknya? Jiwanya terasa hancur mendengar pernyataan itu.

"Pantes aja kamu nggak mau jadi pacar aku Bel. Bukan cuman karena olimpiade tapi juga karena kamu sayang sama orang lain." Bella tersentak kaget kala mendengar suara seseorang yang berjarak sekitar 5 meter di seberangnya. Suara itu tampak pilu, penuh luka dan kesedihan. Genggaman tangan Rey langsung terlepas saat mendengar suara itu. Kedua manusia itu sontak berdiri.

Lelaki dengan setelan jas hitam yang tampak sangat menawan kini terlihat berantakan, bukan penampilannya, tapi jiwanya. "Kamu jahat Bella. Kamu tega banget sama aku." Pandangan Marvel memburam seiringan dengan air matanya yang lolos. Marvel kembali menangis atas nama cinta. Lelaki itu menangis lagi.

"Marvel tap-" 

Marvel mengangkat tangannya. "Cukup Bel. Kalau memang ini mau kamu, aku bakal pergi. Sikap kamu yang cuek kemarin memang karena kamu mau aku pergi dari hidupmu kan? Karena kamu punya perasaan sama orang lain kan?" Marvel mengusap kasar air matanya. Ia kecewa, benar-benar kecewa. Ia marah, ia sedih, hancur. Mengapa ini semua harus terjadi dalam hidupnya? Tangannya terkepal erat, di dalam telapak tangannya juga ada satu benda, benda yang mungkin saja berharga bagi pemiliknya karena terdapat ukiran di bagian belakangnya. 

Gadis Suruhan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang