"Jihoonie pahamkan apa yang kakek katakan?"
"hem! Jihoonie paham, umat manusia memiliki moral yang tinggi dalam hubungan, jangan melewati batas ketentuannya yang akan menimbulkan murka Tuhan. Kau tidak akan tahu seberapa besar dosa yang akan kau perbuat jika melakukannya, Begitukan kek?"
"cucu kakek pintar sekali, sekarang pejamkan matamu dan berdoalah pada tuhan untuk kebaikan masa depanmu."
Jihoon menggenggam kedua tangannya dan memejamkan kedua mata indahnya dihadapan patung itu.
Kilasan potongan memori bersama kakeknya terus terlintas mengenai ajaran dan larangan yang harus ia hindari.
Tidak lupa pula berdoa untuk ketenangan kakenya yang sudah diatas dan mengirimkan kalimat-kalimat kerinduannya.
Dadanya kembali tersendat ketika potongan-potongan memori mengerikan melintas dikepalanya.
Rasa bersalahnya kembali datang.
Matanya terbuka menatap nanar patung seorang pria yang tergantung pada kayu itu.
Matanya berair.
Dan terus bergumam maaf untuk kakeknya.
Nafasnya memburu. Jihoon berusaha menetralkan nafasnya sambil melihat seorang pria didepan sana membimbing para jamaatnya untuk ibadah.
Jihoon mendorong kursi rodanya keluar dari sana. Menuju taman belakang yang biasa ia habiskan waktu bersama kakeknya.
.
.
.
.
.Tiupan angin dapat Jihoon rasakan setengah jam berada di sini. Mengingat kembali ingatannya bersama sang kakek yang selalu tersenyum lembut padanya.
"Jihoon-nim," panggil salah satu biarawati yang Jihoon sangat kenal.
"ya rubby?" Jihoon menoleh kearah sumber suara dan menampilkan senyum setelahnya.
"tuan Daniel mencarimu- ah itu dia! Semoga kau baik-baik saja, tuhan memberkatimu."
Setelah mengucapkan itu wanita yang Jihoon panggil 'Rubby' pergi dari sana dan membungkuk sebentar pada pria yang kini menghampiri Jihoon dan berjongkok dihadapannya.
"bagaimana?,"
"apanya yang bagaimana dad?" Jihoon tiba-tiba kikuk melihat senyuman Daniel untuknya, terlalu tampan.
"apa kau baik-baik saja? Daddy melihatmu menangis sewaktu berdoa didalam." Daniel mengusap pipi pucat itu pelan tanpa mengalihkan atensinya pada Jihoon.
"ya semua baik-baik saja," Jihoon hanya bisa ngucapkan itu pada Daniel, ia tidak akan menjelaskan kenapa ia menangis. Itu masih terlalu canggung.
Daniel mengangguk paham dan berdiri lalu tanpa aba-aba menggendong tubuh kecil Jihoon.
"dad! Kursiku bagaimana?" Daniel selalu memilih menggendong Jihoon daripada harus mendorong kursi roda itu, hanya menghambat waktu Daniel yang tersendat saat ini.
"nanti akan daddy minta penjaga gereja mengambilnya. Daddy ada jadwal pagi ini di rumah sakit, Jihoonie ingin ikut atau di rumah saja?"
Daniel menghentikan langkahnya saat melirik kearah pria tua sedang menyirami tanaman gereja.
"pak, tolong ambilkan kursi roda yang ada dibelakang gereja. Aku menunggu," dan kembali melanjutkan langkahnya mengarah kemobil.
"aku ada jadwal belajar hari ini dengan Seongwoo ssaem."
Daniel menyuruh Jihoon untuk homeschooling mengingat kondisinya yang belum membaik dan Jihoon hanya akan menuruti pria itu.
Dengan perlahan Daniel menurunkan tubuh itu kekursi penumpang lalu memasang sealbelt pada tubuh kecil Jihoon.

YOU ARE READING
Get Closer (NIELWINK) I√
Fanfiction(COMPLETED) 🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞 Jihoon membenci rintikan air. rintikan air itu membuatnya kehilangan dunianya, kakek yang menjaganya dari lahir. orang tua? hahaha jangan membuatnya mendengar pertanyaan itu. Wajah mereka bahkan ia tidak tahu. hidup seoran...