GC 17

413 52 24
                                    

Tidak ada yang bisa Jihoon lakukan selain duduk di taman belakang rumah di akhir pekan selagi menunggu seseorang.

"sudah empat hari. Bibi Jung bilang 3 hari, ini sudah melebihi dan daddy belum juga pulang." gerutunya.

"kenapa Seongwoo ssaem lama sekali?"

Setiap akhir pekan Jihoon akan belajar bersama Seongwoo, guru sewaktu ia homeschooling. Satu jam perminggunya, singkat memang.

Daniel bilang Jihoon tidak perlu terlalu diberi pelajaran yang berat, karena pemuda itu sudah belajar di sekolah seperti anak yang lainnya. Cukup satu jam, agar Jihoon bisa menikmati akhir pekannya dengan istirahat.

Membebankan ataupun menuntut nilai yang harus bagus, Daniel tidak menekan Jihoon dengan itu. Peran Seongwoo saat ini guna menemani Jihoon seperti teman belajar santainya saja.

"hai Jihoon," suara jernih itu menyapa pendengaran Jihoon yang sedang melamun dengan buku novel terjatuh di atas rumput.

"Ssaem!" riangnya. Memberi jarak seolah menyuruh Seongwoo duduk di sampingnya.

"Ssaem rapi sekali hari ini, jas itu terlihat bagus pada ssaem hehe tampan."

Seongwoo terkekeh geli. Mengusak kepala bulat itu sebentar. "kenapa sepi sekali di sini?"

"bibi Jung pergi sebentar kerumahnya mengantar makan siang untuk keluarganya dirumah. Kalau  daddy...aku tidak tahu kemana dia sejak 4 hari yang lalu. Daddy tidak pulang," lirih Jihoon di akhir kalimat.

Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi kayu itu. Membiarkan sapuan angin menyapa wajahnya hingga rambutnya berantakan. Jihoon menghela nafasnya perlahan.

"daddy mu? Tadi ssaem jumpa dengannya didepan."

"apa??"

"Ssaem datang bersamaan dengan daddy mu lalu berbicara padanya sebentar dan setelah itu dia pergi lagi. Ada apa?"

Jihoon menukik alisnya, tubuhnya berhadapan dengan Seongwoo yang terkejut saat Jihoon mendekatkan tubuh padanya.

"Ssaem sudah membicarakan ini minggu lalu pada Daniel, hahh bagaimana mengatakannya? Apa kau akan sedih?" Seongwoo melengkungkan bibirnya kebawah berpura-pura sedih.

"apa yang ssaem bicarakan dengan daddy?"

"Ssaem ingin pamit denganmu."

Wajah Jihoon mengeruh, masih belum paham apa yang dibicarakan Seongwoo. Dan Daniel tadi ada dirumah? Jihoon terkekeh hambar, tidak bisa dipercaya.

"Ssaem akan pindah ke cina, hari ini."

"lalu Ssaem tidak akan kesini lagi??"

"tidak tahu. Membangun rumah tangga di sana, Ssaem tidak yakin akan kembali. Apa kau akan merindukan Ssaem hm?" goda Seongwoo.

"Ssaem~"

"aigoo apa Daniel tidak memberitahumu tentang ini?" Jihoon menggeleng dalam pelukan Seongwoo dan melepaskannya.

"jadi Ssaem akan menikah? Selamat ssaem!"

"kau tahu? menikah adalah salah satu bagaimana jalannya kehidupan, masa depan yang kau inginkan sebenarnya. Membimbing, menjaga seseorang yang kita kasihi, tanpa rasa lelah."

"jika sudah yakin dan mampu memikul semua itu, kau berhak bahagia. Dengan menikahinya. Bagi pria yang sudah matang, itu adalah keinginnya yang paling besar."

"tapi aku tidak mau dewasa." rancu Jihoon.

Seongwoo terkekeh, tanganya mengusap kepala Jihoon. "bagaimana dengan gadis yang Jihoonie cintai itu? Apa Jihoonie tidak mau menikah dengannya saat sudah dewasa?"

Get Closer (NIELWINK) I√Where stories live. Discover now