GC 30

504 52 43
                                    

Kepala menoleh. Terpaku sejenak, ia tajamkan sedikit bidikannya. Bertanya-tanya kenapa dua objek yang memiliki centimeter tubuh jauh berbeda itu ada di sana, sekedar berdebat hebat diluar sana yang bersuhu dibawah derajat malam ini.

Tanpa sadar wajahnya mengeras menangkap sentuhan-sentuhan biasa, namun menimbulkan resah didada.

Pergerakan mulut itu tidak dapat terbaca, maupun menangkap tiap kata yang terlontar. Alisnya bertaut tanda ia benar-benar terfokus pada bidikannya.

Objek pergi.

Tanpa sadar dipandangi, mereka dengan saling berangkul melangkah menjauh darinya;pergerakan yang bisa ia tangkap.

Letupan marah tak tertahan, menggeram sembari melangkah pergi tepat wanita yang datang dari toilet mendekatinya dan ia berkata akan pulang terlebih dahulu.

Sangat tidak jantan untuk diumur yang sudah agak tambun meninggalkan wanita seorang diri, lebih-lebih ia yang memiliki ide untuk mengajak kemari.

Daniel melangkah pergi, dengan amarah tak terkendali.

.
.
.
.
.

"Younghoon lepas!!!" Jihoon terus meronta karena lengan panjang itu merangkulnya kuat, enggan terlepas.

"pacar harus pulang, tidak baik berlama-lama keluar malam seperti ini." dengan suara dibuat-buat lembut, Younghoon mengatakannya dengan raut wajah super datar. Sama sekali tidak ada ekspresi.

"menjijikan! Huhuu lepas! Kau pikir aku wanita apa? Aku lelaki tahu!! Aku punya apa yang kau punya!!"

"memangnya apa yang kau punya?" ujarnya, kaki nya terus melebar, Jihoon kesusahan menyeimbangkan langkahnya. Ia seperti diseret tanpa kasihan.

"tentu saja-!"

"tidak perlu diteruskan karena aku tahu punyaku lebih besar."

"aku tidak membandingkannya astaga!! Brengsek Kim." desis Jihoon diakhir kata.

Younghoon mendorong tubuh Jihoon kedepan tepat mereka sampai didepan rumah Daniel. Melangkah pergi, ia hiraukan pekikan Jihoon yang tersungkur diatas rumput karena dorongannya.

Tidak kuat sebenarnya, Jihoon berlebihan atau mungkin saja tidak siap dengan itu.

"Kim Younghoon jahat!!! Huhuu daddy.." rengekan itu masih menyapa telinganya, mobil hitam yang ia kenal berhenti. Membuatnya berbalik sembari bersembunyi disela gang tidak jauh dari sana.

Kaki jenjang terlebih dahulu ia lihat, kemudian tubuh tegap, kokoh, dengan bahu lebarnya yang sangat gagah menjadikannya terus menatap pria tua itu yang kini bersimpuh.

Younghoon menatap datar pria itu, mendecih kecil. Bukankah berlebihan untuk menolong seseorang dengan menggendong seperti hewan mamalia menggantung begitu?

Younghoon pergi, tidak ingin kembali menghampiri saat Daniel menoleh kearahnya dengan datar. Younghoon bisa tangkap beberapa garis rahang yang mengeras itu menatapnya.

Seolah menjadi target binatang buas, akan dikerjar terus menerus. Tinggal menunggu diterkam, dan mati dicabik-cabik. Kekehannya keluar karena pikirannya yang tidak masuk akal barusan.

Dengan acuh menyumpal telinganya dan menghidupkan playlist yang ia buat sendiri dari musik-musik yang ia suka.

Sangat tenang dan damai.

Younghoon suka bermusik, diam-diam ia mempunyai sedikit bakat dalam melantunkan suara. Tidak pernah ada yang tahu. Rahasia.

Mungkin sebentar lagi ia akan tunjukkan bakatnya. Pada seseorang yang akan menjadi penonton spesialnya. Semoga saja.

Get Closer (NIELWINK) I√Where stories live. Discover now