GC 15

420 55 49
                                    

Daniel menarik tangannya kembali, mata monoloidnya beradu pandang dengan mata sayap yang ia sukai itu dalam.

Terkekeh geli dengan kelakuan Jihoon, ia mencubiti kedua pipi bulat itu gemas.

"awh,"

"jangan ulangi lagi," ujar Daniel melepaskan cubitannya, mengusak rambut hitam itu sekali lagi.

"hm?"

"sayang, yang kau ucapkan pada daddy tadi mengenai 'wanita itu' tidaklah sopan, kau tahu?. Dia punya nama,"

Jihoon menunduk, tangannya ia tautkan gugup. "maaf,"

"dan kau tahu apa kesalahan terbesarmu?"

Jihoon semakin menundukkan kepalanya, mengangguk kecil. "aku keluar tidak memberitahu daddy,"

"jadi katakan pada daddy, apa yang kau lakukan selama tiga jam? Dan dengan siapa kau keluar?"

Daniel meraih wajah itu untuk ia lihat.

"aku ditemani Jisung di minimarket dekat rumah kita dad, dan kami makan ramen di sana lalu mengobrol, karena itu aku tidak tahu jika Daddy menghubungiku." gumam Jihoon dapat didengar jelas oleh Daniel.

"tatap wajah daddy jika bicara."

Jihoon memang memalingkan wajah saat Daniel mengangkat wajahnya. Mendengar itu Jihoon menuruti kalimat Daniel, melepaskan jari-jari panjang itu yang ada di dagunya.

"kau membuat daddy khawatir saat daddy tidak melihatmu dikamar. Jika saja kau tidak mengangkat panggilan tadi, daddy akan mencarimu di luar sana dan hampir meninggalkan Somi di sini."

"jadi, katakan pada daddy jika kau menginginkan sesuatu. Daddy tidak mau terjadi sesuatu padamu jika daddy lalai menjagamu sayang,"

"cukup katakan apa yang kau inginkan, daddy akan menurutinya." Daniel memeluk tubuh pemuda itu, mengusap punggung kecil Jihoon lembut.

"apapun?" gumam Jihoon.

"hm apapun," sahut Daniel, pelukannya ia eratkan saat merasa Jihoon membalas pelukannya.

"tidurlah dengan Jihoonie malam ini," cicitnya, wajahnya ia sembunyikan dibahu lebar Daniel lalu menghirup dalam wangi tubuh itu.

Daniel terkekeh lagi, "hanya itu?"

Menjauhkan wajahnya, Jihoon mendongak.

"hm, hanya itu. Dulu kakek selalu menemani Jihoonie saat tidur. Bahkan kakek akan menceritakan kisah para nabi, padahal Jihoonie sudah tahu bagaimana kisahnya, tapi Jihoonie tidak pernah bosan jika kakek menceritakannya."

Daniel melepaskan pelukannya, tangannya menangkup wajah Jihoon yang masih bicara dengan semangat tentang kenangan pemuda itu lalui bersama kakeknya.

"kakek terkadang menjahili Jihoonie saat akan tidur dengan membuka kelopak mata Jihoonie bergantian sampai Jihoonie harus menunggu kakek yang tertidur. Dan sekarang....tidak ada yang melakukan itu lagi."

Mata sayap itu memerah, "hiks Jihoonie rindu kakek,"

Daniel menghapus jejak air mata Jihoon, kembali memeluknya agar tenang. Daniel kali ini tidak mendiamkannya dengan kata-kata. Sebelah tangannya mengusap belakang kepala Jihoon dan yang satunya lagi berada dipunggung.

Membiarkan Jihoon melepaskan rindunya dengan menangis. Syukurlah Daniel ada di saat Jihoon membutuhkannya.

Dengan perlahan Daniel merebahkan tubuh mereka, memeluk erat Jihoon yang masih menangis di dadanya.

"Jihoonie sangat merindukan kakek," suara itu terbenam, Daniel mengangkat wajah itu kembali.

"ingin daddy ceritakan sesuatu?" tangannya menghapus air mata Jihoon.

Get Closer (NIELWINK) I√Where stories live. Discover now