"CIAAAAHHHH NILAI ULANGAN APA ISI DOMPET LO DIKIT AMAT DUA?" ejek Epot pada Bule yang melipat kertas ulangannya jadi pesawat terbang.
"Bule dua lo tiga pot, cuma beda 1 anying banyak gaya?" celetuk Jawa.
Bule berdecih. "Gue beliin kaca yang segede gaban mau lo?"
"Kata gue jangan asal, baca dulu soalnya. Ini indo, kebanyakan cerita," saran Kale yang mendapatkan nilai 79.
"Tadikan gue nyontek lo le, masa bedanya jauh banget," kesal Epot sambil kembali mengoreksi ulang nilai Kale. "Wah nggak bisa gini le, licik ini licik gue harus dapet keadilan."
"Yaudah sih bego-bego aja jangan nyalahin orang," sambar Bule.
"Bego-bego gini nilai gue lebih tinggi dari lo," jawabnya. Jawa yang mendapatkan nilai 50 tertawa.
"Remedi nanti le, kalahin si Epot," kata Jawa mendukung Bule.
"ETTTT KALE GE BISA GUE KALAHIN," ucap Bule percaya diri seraya bangkit dari duduknya. "Ngopsss ah."
"Ngopi gimana lo bertiga dipanggil BK dulu kan?" Jawa mengusap wajah mendengarkan pertanyaan Kale.
"Duh le diingetin," keluh Jawa. "Gue nggak ada wali."
"Sama," sahut Epot. "Pake armada aja." Kepalanya langsung dijitak oleh Jawa.
Bule terdiam merenung. "Yaudah lah ayo kita aja yang ngadep, keluarin air mata buaya lo pot."
"Dih apaan anjing," kesal Epot jadi korban harus dramatis dan dua temannya hanya bertugas manggut-manggut meng-iyakan.
Kale tertawa kecil. Nilainya paling gede diantara tiga temannya bukan berarti ia pintar, tidak. Otaknya masuk dalam murid-murid biasa tapi jika diantara teman-temannya jadi paling luar biasa.
"Masukin dulu bajunya," kata Kale pada tiga kawannya yang akan duduk di meja sidang. Ruang BK.
"Le bawa dasi?" tanya Jawa. Kale menggeleng. Walau bajunya dimasukan ia juga tidak memakai dasi dan sabuk.
"Ayo," ajak Bule yang bajunya sudah dimasukan dan celana yang ia angkat ke atas.
"Bule Jojon," celetuk Epot. Jawa tertawa.
Kale duduk menunggu di luar sambil memainkan ponselnya.
Stela. Cewek cantik berdarah biru yang satu kelas dengan Kale sekaligus bendahara di kelas merapikan rambutnya saat melihat Kale duduk sendirian. "Le lo belum bayar uang kas Minggu ini ya?" Bertanya untuk tujuan modus.
"Udah," jawab Kale dengan suara dingin khas. Sama sekali tidak menoleh, masih fokus pada ponsel di genggaman tangan. Ia tahu betul hal-hal berbau modus.
Stela bergumam, berpikir untuk kembali modus. "Gue jadi lho le Minggu depan pindah."
Tidak ada respon. Kale bukan juga tipikal cowok dingin yang minim kosa kata, ia hanya malas saja meladeni hal-hal yang menurutnya kurang penting.
Masih tidak ada tanggapan. Stela kembali memutar otak.
"Gue boleh ikut duduk di sebelah lo?"
Diam beberapa saat sampai akhirnya menjawab pendek, "boleh."
Senyum Stela tercetak lebar. Ia langsung duduk, sial Kale malah langsung bangkit. "Eh le mau kemana?" tanya Stela.
"WC," alibi Kale agar Stela tidak mengintili. Dan itu berhasil.
Stela hanya bisa melihat punggung tegap Kale yang semakin menjauh, ia mendengus sebal. Kale benar-benar laki-laki yang susah untuk di dapatkan.
🐟🐟🐟
KAMU SEDANG MEMBACA
KALE [END]
Teen Fiction[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka terdalam bisa saja disebabkan oleh orang yang kita anggap spesial.