Diam saat marah besar itu jalan paling aman. -ANYA-
_______________________________________
"Nggak mau!" jawab Anya spontan. Bibir Gladis langsung mengerut.
"Anto," rengeknya pada Kale agar Anya menuruti kemauannya.
"Sekali doang, Sonya," kata Kale memerintah. Anya bingung harus bagaimana ini yang melihat ada keempat laki-laki.
"Nggak mau, Le." Jawab Anya yang juga merengek. Kale jadi pusing sendiri.
Kale langsung memasang wajah datar, "Iya-iya, tapi kalian tutup mata. Kak Gladis aja yang jangan, oke?"
"Nggak asik banget lo Nya," kesal Gladis.
"Buruan!" bentak Kale. Mau tak mau saat musik dangdut mulai berbunyi Anya berjoget.
Gladis kecewa karena gerakan Anya kurang bersemangat, lagi-lagi ia merengek pada Kale. "Anto masa nggak semangat banget dia jogetnya."
"Anya yang bener dong jogetnya," kata Kale berteriak. Dalam hati sana Kale menahan kesal melihat Anya menggerakkan tubuhnya di depan ketiga teman laki-lakinya itu.
"Norak banget kalah sama Epot," ucap Bule ikut berteriak.
"Anya nggak bisa." Jawab Anya berbohong dengan wajah memelas.
"Jangan pura-pura gue tahu lo bisa!" ujar Kale. Anya terus dipaksa dan dibentak oleh orang-orang gila itu sampai ia mau untuk bergoyang.
Sontak keempat laku-laki itu langsung tertegun saat melihat Anya menggoyangkan pinggulnya. "Ajib gile," kata Bule diikuti Jawa dan Epot. Wajah Kale langsung datar menahan kesal, ini yang Kale tak mau bila Anya bergoyang-goyang.
"Mantep juga le mantan lo," ucap Jawa mengompori.
Gladis senang melihatnya karena saat Anya berjoget wajahnya sangat terlihat menahan kesal. Tiba-tiba air mata Anya jatuh begitu saja tapi dengan cepat ia usap. Merasa hidupnya dulu dan sekarang sudah sangat jauh berbeda sekali.
"Joget bebek dong nya," kata Gladis.
Dari gerakan pinggul sekarang Anya mulai berjoget bebek, "Manyunin bibirnya." Lanjut Gladis. Anya menuruti hingga membuat semuanya tertawa renyah kecuali Kale yang merasa dirinya sangat jahat, oh tentu ya.
"Joget pinguin dong nya." Perintah Gladis yang kembali Anya turuti.
Anya bergoyang satu jam lebih ia tentu merasakan lelah. "Sini-sini duduk dulu," ucap Gladis lalu memberikan Anya minuman yang ia campur-campurkan dengan dua sirup. Rasanya sangat tidak karuan.
"Dis yang-"
"Diem Anto!" seka Gladis. Anya haus sekali. "Ni minum," kata Gladis. Anya ragu-ragu untuk mengambilnya.
"Yang lain aja dis-"
"Berisik banget Anto!" kesal Gladis. Anya langsung mengambilnya. Jawa menahan kesal di hatinya, Bule terlihat sangat santai sekali sedangkan Epot menatap Anya dengan tatapan kasihan.
Glek....
Minuman itu habis Anya minum walau rasanya sangat tidak enak, keringat mulai bercucuran ditubuh dan wajah Anya hingga make up-nya mulai luntur. Anya duduk di bawah sofa. Demi apapun Kale ingin memeluk dan meminta maaf pada Anya.
"Anya boleh buka baju ini?" tanya Anya. Gladis menggeleng.
"Kan acaranya belum selesai, bentar ya." Jawab Gladis sambil memakan ciki.
Anya mengangguk, kenapa pula Gladis sikapnya jdi seperti setan.
"Main game aja yuk!" kata Bule.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALE [END]
Teen Fiction[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka terdalam bisa saja disebabkan oleh orang yang kita anggap spesial.