21.Momen

353 36 2
                                    

Lanjutkan membaca dan nikmatilah setiap konfliknya.

_______________________________________

Hari demi hari berlalu, liburan yang dianggap menyenangkan malah menjadi petaka sial untuk Kale maupun Anya. Saat Anya mulai masuk sekolah terdengar desas-desus yang membicarakan keburukan Ayahnya. Mereka pikir Anya tidak mendengar, ia hanya bisa tersenyum getir.

Hubungannya dengan Kale semakin membaik, itu yang Anya rasakan. Berbeda dengan Kale yang merasa ia tertekan dalam hubungan ini. Kasus pembullyan memang begitu banyak terjadi di penjuru dunia, maupun Indonesia.

"Aw." Ringis Anya saat tubuhnya ditabrak oleh Kevin.

Kevin tersenyum melihat siapa yang telah ia tabrak. "Masih meleng aja, Jingga!"

Anya tak menggubris, ia kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelas, kelasnya begitu sepi. Perutnya berbunyi, ia segera melihat kolong mejanya.

Kening Anya berkerut saat tangannya mendapat note berisi:

Jika tersenyum itu kebutuhan setiap manusia untuk menutupi luka, maka berhentilah tersenyum. Tampilkanlah apa yang kamu rasakan, karena bumi ini udah cukup capek melihat orang-orang yang berpura-pura bahagia tapi tidak pada kenyataannya. Setiap kata ini tidak memiliki unsur lawakan tapi penulis note ini berharap pembacanya bisa tersenyum hari ini, walau hanya sekali...

#salam tokoh figuran.

Benar saja setelah membaca kertas dengan tulisan tangan yang rapi itu Anya tersenyum lebar. "Makasih." Ucap Anya lalu kembali meraba kolong mejanya.

Sifa datang saat Anya memakan roti, ia duduk di sebelah Anya. "Anya sabar ya." Ujar Sifa yang mengetahui masalah Anya.

"Hm, ya." Balas Anya.

Tali sepatu Sifa terputus ia kembali menalikannya. "Tokoh figuran?" tanya Anya pada dirinya sendiri.

"Apa?" tanya Sifa.

"Oh nggak." Kilah Anya, bisa berabe bila Sifa tahu.

Sifa menatap curiga pada Anya. "Jangan coba sembunyiin sesuatu dari gue!"

Anya meneguk susu hangat tersebut. "Gini, ada seseorang yang ngirim gue note dengan akhiran nama tokoh figuran, apa coba maksudnya."

Sungguh mudah ditebak bagi Sifa, ia menyengol tangan Anya mencoba menggoda temanya itu. "Cie, si tukang roti itu?"

"Sifa apaaan si, dia pasti punya nama!" kata Anya sewot.

"Cari tahu dong, Nya. Lo nggak penasaran gitu?" tanya Sifa.

"Gue lebih penasaran dengan maksud dia nulis tokoh figuran di note." Balas Anya.

Tubuh Sifa menghadap pada Anya. "Oh, mungkin ni Nya teori gue mengatakan kalau dia itu emang cuma jadi orang yang selewatan doang." Ucap Sifa dengan gaya yang meyakinkan.

Anya pura-pura percaya dan mendekati Sifa dengan tatapan serius. "Dia sejenis setan kah? Selewatan?"

Sifa langsung memukul pelan pundak Anya. "Ishhh, gue serius! maksud gue tu dia cuma suka sama lo tapi nggak berani ngungkapin bahkan gak berani ketemu lo sampai kapanpun, di kisah hidup lo dia cuma bakal jadi tokoh figuran aja, mendukung jalan cerita tetapi tidak memiliki kaitan dengan tokoh utama."

Keduanya terdiam, memikirkan apa yang Sifa katakan. Mungkin benar, sampai kapan si tokoh figuran ini tak akan memunculkan wajahnya pada Anya.

Tangan Sifa yang tidak bisa diam memegang-megang tas Anya, anak itu membawa banyak buku dalam tasnya.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang